Oleh:
Nur Ma’rifatul Jannah
Pergi
ke kudus setiap tahunnya, bagiku adalah sebuah kerinduan yang sudah
dinanti-nanti untuk dapat segera berjumpa.
“Rif, kamu ikut ke kudus?”
“Emank kapan?”
“Sekitar akhir bulan september ini,
insyaAllah tanggal 29 berangkat Rif!”
“Wah, mau ikut! kebetulan pas ga ada UTS/UAS
nih!”
Beberapa
temanku memberi kabar via Whatsapp terkait acara rutinan setiap tahun di Kudus.
Aku pun merasa senang dan antusias sekali mendapat kabar demikian. Apalagi
kebetulan pada tanggal itu aku tidak ada agenda penting yang tidak bisa untuk
ditinggalkan. Pergi ke kudus setiap tahunnya, sudah menjadi agenda rutinan
kami, semua keluarga Pondok Pesantren Roudhotul Muttaqin. Yah di sanalah
tempatku menimba ilmu sejak bangku SMP. Seluruh santri sangat senang jika sudah
mendengar kabar hendak Ziarah ke Kudus. Tak hanya keluarga lingkup dalam pondok
saja yang turut antusias mengikuti rutinan kegiatan tersebut, pihak panitia juga membuka untuk umum bagi
para alumni dan warga sekitar serta siapapun
yang ingin turut serta pula. Kebanyakan dari mereka juga merupakan jama’ah
pengajian TAMAN SHOLAYA NKRI. Nama tersebut adalah nama kagiatan pengajian
rutinan yang dilaksanakan setiap bulan. Tidak hanya di Mojokerto saja, tapi
juga sudah menyebar hampir di seluruh kota di Indonesia seperti Sidoarjo,
Jombang, Pasuruan, Pacet, Gresik, Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Bali dan masih
banyak lagi. Tapi saya masih kurang tahu untuk wilayah yang lebih jauh lagi.
Nama tersebut merupakan singkatan dari Tahlil
Manaqib Sholawat dan Yasin. Dulu di malang juga pernah
ada, tapi sayangnya sekarang sudah tidak aktif lagi karena sesuatu yang
entahlah saya juga tidak tahu menahu. Jadi saya dan keluarga saya serta para
jama’ah, kami semua beramai-ramai pergi ke sana.
Selain
kota kudus yang menjadi tujuan utamanya, kami juga berziarah ke makam-makam
para ulama yang lain. Tujuan pertama adalah ziarah ke makam para kiai sesepuh
pendiri Pondok yang letaknya tidak terlalu jauh dari Pesantren. Seusai membaca
doa dan sebagainya, kami pun mulai melakukan perjalanan jauh. Tujuannya
langsung ke Kota Kudus. Biasanya kami menuju ke Makam sunan Muria dulu, tapi
karena ada kendala di sana masih sedang di tutup karena katanya usai terjadi
longsor jadi perjalanan ziarah kali ini langsung menuju Kudus. oh maaf, sebelum
ke kota kudus kami juga berziarah dulu ke sunan Kalijaga dan sunan Demak. Di
sana tidak lama, usai berdo’a bersama dengan di pimpin oleh Kiai kami
S.K.K.H.R.G.N.M. Habib Mastur, kami pun langsung melanjutkan perjalanan ke
tujuan utama.
Tepat
hari sabtu dini hari menjelang shubuh, kami sampai di Kota Kudus. Rasanya
dahaga rindu ini sudah terasa lega kembali. Ba’da shubuh, pemandangan remang
menjelang terbit matahari terasa begitu indah. Di sepanjang jalan depan menara
dan masjid Kudus sudah ramai orang-orang yang berbaris. Di sana juga banyak polisi dan aparat
keamanan lainnya yang memandu masyarakat agar tertib dalam mengantri. Hal yang
menurut saya unik dan membuat saya takjub adalah pemandangan seperti ini, ketika
mereka tengah berbondong-bondong datang dari segala penjuru daerah untuk antri
mendapatkan sebungkus nasi berkat. Kalau di kudus istilahnya ada yang menyebut
nasi jangkrik, sego uya asem dan juga sego kanjeng sunan. Lebih menarik lagi,
nasi itu di bungkus dengan daun jati. Nasi ini dibagikan secara gratis. Ribuan warga
rela mengantri sejak shubuh sampai siang hari. Ada juga yang dari luar kota
sudah menginap di sana untuk bisa mendapatkan nasi tersebut. Ada juga yang
sampai mengantri berkali-kali untuk mendapatkan nasi berkat yang lebih untuk
dijual ke orang lain yang biasanya enggan untuk mengantri, karena memang setiap
orang hanya mendapatkan jatah satu
bungkus saja. Mereka menjualnya dengan harga sekitar 15 ribu perbungkus.
Dari beberapa sumber yang saya
dapatkan, nasi tersebut dipercaya dapat membawa keberkahan, dapat menyembuhkan
berbagai penyakit istilah jawanya sebagai tombo karena mengandung keberkahan
dari kanjeng Sunan Kudus. Nasi tersebut dilengkapi dengan lauk daging kerbau
dan kambing. Di sana tidak menggunakan daging sapi, karena setahu saya binatang
sapi di sana masih di anggap keramat. Sebagaimana dulu awal penyebaran agama
islam oleh sunan kudus, kebanyakan warga masih beragama hindu yang mana mereka
ada yang menyembah patung sapi (samiri). Ada juga yang mengatakan kalau di sana
memang tempatnya ternak kerbau. Nah, jumlah kerbau yang di sembelih sekitar 10
ekor dan kambing sekitar 70 ekor (menurut sumber yang saya baca di internet). Tapi
kami tidak ikutan antri ketika pembagian nasi berkat tersebut. Mungkin lain
kali bisa ikutan coba, biar dapat kesannya juga hehehe...
Acara pembagian nasi jangkrik
ini, merupakan acara puncak tepatnya pada tanggal 10 Muharrom, selain itu juga
ritual penggantian Luwur (kain putih penutup makam sunan kudus). Acara rutinan
ini dimulai dari tanggal 1 muharrom. Mulai dari dilakukannya ritual pencucian kris
pusaka sunan kudus, pelepasan luwur yang sudah satu tahun lamanya, khotmil Al
Qur’an, pembacaan do’a-do’a dari para kiai dan lain sebagainya.
Di
sana sudah disiapkan tempat peristirahatan khusus untuk rombongan kami. Setelah
cukup istirahat dan membersihkan diri, saya dan teman saya pergi jalan-jalan
keluar. Melihat susana kota kudus yang amat sekali berkesan dan menyenangkan.
Sekitar pukul 9 siang, pintu gerbang masjid sudah mulai di buka. Oh iya, jadi
ketika selama pembagian nasi jangkrik tadi masjid kudus d sterilkan, hanya ada
para kiai yang ada di masjid untuk pembacaan Al Qur’an dan do’a. Setelah acara
tersbut selesai, baru pintu gerbang di buka. Seraya orang-orang
berbondong-bondong untuk masuk. Beberapa rombongan dari berbagai daerah
bergilir masuk ke makom untuk membacakan do’a. Sebagian yang lain sambil
menunggu giliran mereka i’tikaf di serambi-serambi Masjid. Ada juga yang
berfoto-foto ria mengabadikan momen mereka di masjid Kudus tersebut. Oh iya, di
sana kebetulan saya dan teman-teman sempat ketemu Dimas Back. Tapi nampaknya
dia mungkin lagi sibuk syuting. Saya dan teman-teman tidak sempat foto bareng
dia, kami selfy sendiri dan salah satu rekan dimas, kameramennya yang malah
ikutan foto bareng kita. Hahaha...
Seusai
rombongan kami melakukan pembacaan do’a bersama di makom sunan Kudus, kami pun
segera menuju ke parkiran dan melanjutkan perjalanan menuju Pasujudan sunan
Bonang. Letaknya di kabupaten Rembang. Menurut cerita, pasujudan sunan bonang
yang berupa batu tersebut merupakan tempat bekas sujudnya sunan bonang untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kami melaksanakan sholat jama’ dhuhur dan
ashar di sana.
Setelah itu kami melanjutkan
ziarah ke makom Sunan Bonang di Tuban. Ini merupakan tujuan terakhir kami. Di
sana kami istirahat cukup lama. Setelah sholat jama’ maghrib dan isya, kami pun
segera masuk berziarah ke makam serta memanjatkan tahlil dan do’a bersama.
Seusai berdo’a, kami pun mencari oleh-oleh di sepanjang jalan pintu keluar dari
makom. Para rombongan yang lain juga demikian, selain itu mereka juga
beristirahat di warung-warung sekitar masjid guna mengisi perut mereka yang
kosong.
Setelah cukup beberapa lama
beristirahat di sana, kami pun melanjutkan
perjalanan pulang. Rasanya lega, puas, bahagia dan entahlah semuanya
melumat menjadi satu dalam lelap tidurku sepanjang perjalanan pulang. Baru
sadar sekitar pukul 1 tengah malam, kami sudah sampai di rumah. Rombongan yang
lain, juga pasti langsung menuju ke daerah asal mereka masing-masing.
Keesokan paginya saya
dikejutkan oleh dua bungkus kresek merah yang ternyata berisi nasi jangkrik
dari kudus. Saya tidak tahu asal muasalnya. Katanya ada yang menaruh di jok
mobil. Harusnya saya senang karena bisa mendapatkan nasi tersebut tanpa bersusah
payah. Tapi tidak, justru rasanya sayang (eman) banget. Jadi keingat
mereka-mereka yang mengantri susah payah datang dari jauh untuk mendapatkan
nasi berkat tersebut. Tapi di rumah, itu ga ada yang makan. Nasinya juga sudah
agak menjamur. Karena itu memang tidak bisa bertahan lama. Kalau misal tahunya
sejak kemarin kan masih bisa di makan. Huuufffff....!
09/10/17
Cahaya_Ma'rifaht
Sedikit info tambahan:
*Ada
sekitar 16 pawon (kompor dari tanah liat), untuk memasak nasi di dandang raksasa ukuran 85 kg. Kerja
kolosal yang melibatkan ribuan orang.
*menyembelih
Sekitar 10 ekor kerbau dan 70 kambing
Untuk
informasi terkait yang lainnya, kalian bisa searching di google, ada banyak
kok. Atau juga bisa di youtube.
Nah,
ini salah satu link yang saya jadikan referensi juga. Silahkan menyaksikan!
Beberapa
foto-foto yang saya ambil dari google. Biar tidak perlu ribet mindah dari Hp
dulu hehe.....
0 komentar:
Posting Komentar