By : Siti Khoirun Niswah
(Gus miek) Ploso - Kediri
KH. Hamim Djazuli atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Gus Miek Kediri. Nama asli beliau adalah Chadzratus
Syech KH. Hamim bin Djazuli bin Ustman. Beliau
lahir pada tanggal 17 Agustus 1940 dan
meninggal dunia pada tanggal 5 juni 1993
bulan Dzulhijjah. KH.Hamim Djazuli dilahirkan asli di daerah Ploso-Kediri. Ayah beliau bernama KH.Djazuli bin Ustman yang
telah mendirikan pondok pesantren Al-Falah
di daerah Ploso-Kediri. Ibu beliau bernama Nyai Rodhiyah yang masih ada
keturunan dengan nasab Rasulullah. KH.Hamim Djazuli (Gus Miek) terlahir dari
kalangan kyai, pendiri pondok pesantren yang memiliki banyak santri. Beliau
memiliki empat saudara yang sekarang ini menjadi kyai semua. Gus Miek adalah
putra ke empat dari lima bersaudara. Diantaranya bernama KH.Zainuddin, KH.Nurul
Huda, KH.Yani Fuad, KH.Hamim djazuli, Nyai Badriyah. Kesehariannya Gus Miek
berbeda dengan saudaranya yang lain. Semasa kecil Gus Miek tidak pernah makan
bangku sekolah umum maksudnya disini beliau tidak sekolah di sekolah formal
karna dari kecil beliau sudah diyakini seperti wali. Pernah beliau di
sekolahkan di pondok Lirboyo-Kediri, akan tetapi bertahan hanya lima belas
hari. Dan pernah beliau di sekolahkan di tempat formal tapi tidak lulus karna
sering bolos tidak masuk sekolah. Sering kelihatan dari rumah pamitan sekolah
akan tetapi tidak sampai di sekolah. Kegiatan beliau tidak hanya sekedar di
lingkungan pesantrennya. Bahkan beliau dikatakan aneh dan ajaib. Istilah orang
Kediri dikatakan “nyleneh”. Karena Gus Miek tidak bergaul atau berteman dengan
orang-orang alim. Justru beliau bergaul dengan orang-orang yang istilahkanya
orang nakal. Beliau bergaul dengan pemabuk, orang-orang yang suka berjudi di
warung, diskotik, warung karaoke dan lain-lain. Padahal beliau adalah putra
dari seorang kyai terkenal di Kediri sekaligus pendiri pesantren. Biasanya
putra dari seorang Kyai bergaulnya dengan seorang yang ahli agama dan
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Berbeda dengan keempat
saudaranya. Empat saudaranya ini menunjukkan seperti layaknya anak dari seorang
Kyai. Pengurus pondok dan ahli ibadah. Walaupun Gus Miek di sekolahkan di sekolah formal dan tidak mau
berangkat tetapi kepandaiannya melebihi
kepandaian teman-teman sebayanya yang sekolah formal. Beliau memiliki ilmu
laduni yang tidak semua manusia memilki. Keanehan pada diri KH.Hamim Djazuli
ini muncul sejak lahir hingga menjelang ajalnya.
KH.Hamim Djazuli adalah salah satu ulama besar di Kediri. Namun
cara berdakwah beliau tidak seperti kyai lain. Beliau berdakwah dengan cara
mendekati dan merumpuni orang-orang yang berbuat maksiat. Cara beliau berdakwah
tidak dengan khitobah atau pidato, pengajian, ceramah agama ke orang-orang yang
berbuat maksiat. Akan tetapi beliau punya cara sendiri yang orang disekitarnya tidak
mengetahui caranya. Suatu ketika ada segerombolan orang yang hampir tiap malam
mabuk-mabukan lalu paginya sudah taubat akibat semalam berkumpul dan bergadang
dengan Gus miek. Itu juga yang dikatan “nyleneh” karena tidak belajar di pondok
atau sekolah formal tetapi bisa membuat segerombolan pemabuk taubat dari
kemaksiatannya hanya dalam waktu satu malam. Gus miek diajak minum dan mabuk
juga pernah. Akan tetapi pendapat orang disekitar, itu memang trik yang
dimiliki Gus miek.
Gus miek terlahir sebagai orang yang aneh. Hingga ada yang
menjulukinya seorang bahwa beliau seorang wali. Karna dilihat sederhana dan
seperti orang yang biasa saja tetapi mampu mengubah seseorang untuk bertaubat
dan berbuat baik. Dan itu sangat terlihat ketika Gus Miek menghadiri diskotik
(tempat orang mabuk) beliau malah ikut bergabung dengan orang-orang itu. Dan
parahnya lagi beliau ikut minum minuman terlarang itu. Salah satu orang di
tempat itu bertanya kepada Gus Miek “mengapa anda anak dari seorang kyai
bergabung ditempat kami dan kenapa anda minum minuman yang terlarang yang jelas-jelas
dilarang oleh agama?”. Lalu Gus miek menjawab aku tidak minum minuman keras
itu. Tapi aku membuangnya ke segaran (lautan). Orang-orang disekitarnya merasa
aneh dan keheranan. Padahal jelas-jelas semua orang yang ada di diskotik
melihat kalau Gus Miek telah minum minuman terlarang itu. Tapi apa yang
terjadi? Salah satu dari pemabuk di diskotik itu melihat kearah mulut Gus Miek
dan ternyata yang dilihatnya memang benar segaran (lautan). Itu benar-benar
menunjukkan kalau Gus Miek adalah seorang wali.
Beliau pernah ikut berjudi dengan orang-orang yang ada di diskotik.
Ini adalah salah satu dari berbagai cara Gus Miek untuk berdakwah. Beliau mau
mengikuti perjudian asalkan Gus Miek
yang menang,dan semua harus mengikuti kemauan Gus Miek. Para penjudi di tempat
diskotik mengira pasti tidak bisa. Seorang anak Kyai mana mungkin bisa tak tik
nya berjudi. Tetapi apa yang terjadi? Setiap ada perjudian selalu Gus Miek yang
memenangkannya. Dari situ lah mereka harus mau mengikuti kemauan Gus Miek yakni
bertaubat dan mau meninggalkan perkara-perkara yang di larang oleh Allah.
Akhirnya meraka pun bertaubat dan meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah
termasuk berjudi. Hal yang lain suatu hari Gus Miek pernah menemui seorang yang
kaya raya lalu beliau mencuri kekayaan itu. Orang yang ada di sekitar heran,
kok bisa sampai mencuri? Tetapi karna beliau wali hal itu dianggapnya bahwa harta yang
dicuri itu bukan harta yang halal, mungkin karna harta nya itu subhat atau
hasil yang tidak halal.
Suatu hari Gus Miek berjalan-jalan dari tempat diskotik dan
berhasil membuat satu orang bertaubat.di tengah perjalanan, beliau bertemu
dengan seorang perempuan yang amat cantik. Beliau tertarik akan kecantikan
gadis itu. Lalu diikutinya gadis itu sampai pada rumahnya. Dan pada saat itu
Gus Miek jatuh hati pada gadis itu dan mencari tahu tentang gadis itu. Setelah
tahu tentang gadis itu beliau berniat melamar lalu menikahi gadis cantik itu.
Awalnya dari pihak keluarga Gus Miek kurang setuju. Abah Gus Miek (Djazuli bin
Usman) tidak setuju kerena gadis tersebut kurang memiliki pengetahuan mengenai
agama islam. Lalu ada salah satu kyai di pondok Al-Falah yang menyangga bahwa
gadis ini lah yang akan bisa menjadi pendamping Gus Miek. Keyakinan itu
dikuatkan oleh kyai. Karna Gus Miek berdakwah nya berbeda dengan orang biasa.
Beliau sering merantau ke berbagai daerah, berbagai tempat perjudian, tempat
dikotik dan tempat-tempat orang dugem lainnya. Lalu semakin dikuatkan oleh kyai
akhirnya Abah Gus Miek setuju atas
pernikah anakanya dengan gadis itu. Gadis ini bernama Lilik. Beliau adalah seorang
pemain tenis meja yang handal. Sering diajak lomba-lomba yang berkitan dengan
olahraga. Ibu Lilik ini tidak pernah
mondok atau sekolah yang ada hubungannya dengan pelajaran agama islam. Akan
tetapi KH.Hamim Djazuli menyukainya dan menikahinya. Sewaktu Nyai Lilik menjadi
istrinya, malam pertama sampai malam ke 30 Nyai Lilik tidak pernah keluar
kamar. Itu merupakan kemauan dari Gus Miek. 30 hari di kamar tidak boleh
bertemu dengan siapapun kecuali dengan Gus Miek. Apabila beliau lapar,makanan akan
diantarkan ke kamarnya dan segala kebutuhan di siapkan oleh Gus Miek ini adalah
cara Gus Miek mengajari istrinya 30 hari diajari ilmu-ilmu agama dan 30 hari
pula Nyai Lilik menghafal Al-Quran 30 juz. Dan Nyai Lilik sangat berubah
setelah menikah dengan Gus Miek. Beliau yang awalnya hanya seorang wanita biasa
pemain tenis meja yang tidak mengerti
kaitannya dengan ilmu-ilmu agama menjadi mengerti karna di ajari oleh Gus Miek.
Gus Miek dan Nyai Lilik di karuniai enam anak emat putra dan dua
putri. Diantaranya ialah H.Agus Tajjuddin Heru Cokro, H.Agus Stabuth
Panoto Projo, Agus Tijani Robert Syaifunnawas, H.Agus Orbar Sadewo Ahmad, Hj.
Tahta Alfina Pagelaran, Ning Riyadin Dannis Fatussunnah. Diantara putra putri
Gus Miek semuanya menjadi orang terpandang. Maksudnya menjadi tokoh di
masyarakatnya. Ada yang sampai sekarang belum menikah yakni Ning Riyadin Dannis
Fatussannah. Ia putri terkecil dari pasangan Gus Miek dan Nyai Lilik. Keseharian
Gus Miek hidup sederhana dan damai bersama Nyai Lilik. Tetap seperti yang di
jalankan sebelumnya Gus Miek selalu bepergian untuk berdakwah menyebarkan agama
islam. Suatu saat Gus Miek pergi ke suatu tempat menghadiri undangan didesa
sebelah dan Nyai Lilik yang selama menjadi istrinya Gus Miek jarang keluar
bareng akhirnya Nyai Lilik menginginkan ikut Gus Miek ke acara undangan.
Akhirnya Gus Miek pun setuju dan mengajak Nyai Lilik menghadiri undangan
tersebut. Betapa senangnya Nyai Lilik bisa keluar dengan Gus Miek. Beliau
dandan secantik mungkin karna itu pertama kalinya bisa keluar dengan Gus Miek.
Memakai konde berjilbab, dan memakai baju yang paling bagus sampai hingga dua
jam sudah Nyai berdandan. Hingga Gus Miek merasa jenuh dan lama menunggu Nyai,lalu
di panggillah Nyai berkali-kali namun Nyai tetap berdandan. Lalu setelah Gus
Miek lelah menunggu, Gus Miek masuk ke kamar dan menemui Nyai lalu meniup
kepala nyai yang memakai konde. Setelah kejadian itu sampai sekarang konde Nyai
tidak bisa di lepas.
Menjelang kepergian Gus Miek, beliau diserang sakit tiga hari
berturt-turut sampai dibawa ke rumah sakit. Dan di rumah sakit beliau tidak
merasa ada yang sakit pad dirinya. Padahal dokter mendeteksi beliau sakit. Saat
di rumah sakit beliau malah jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Semua orang
mencari dengan panic Gus Miek hanya tersenyum. Gus Miek meninggal dunia tepat
bulan Dzulhijjah tepatnya tanggal 5 juni 1993 di rumah sakit Budi Mulya
Surabaya.
Berdirnya
jamiyah dzikru ghofilin
Gus Miek adalah seorang penghafal Al-Quran pada saat mondok sebentar
di Lirboyo. Padahal beliau terlihat malas di pondok pada saat itu.. Memang ilmu
laduni tidak dimiliki semua orang hanya hamba-hamba pilihan yang mendapatkan
nya. Tidak hanya berdakwah di Diskotik, lorong-lorong gelap, hotel-hotel mewah,
beliau juga berdakwah lewat dzikir bersama dan beliau juga berhasil mendirikan
jam’iyah dzikrul ghofilin atau yang biasa disebut dengan “jantiko”, minggu pon,
dan sema’ an Al-Quran dan beberapa jam’iyah lainnya.
Pada tahun 1964, Gus Miek sedang
sowan kepada gurunya yaitu Nabi Khidir dan Nabi Ilyas. Lalu Gus Miek
diperintahkan untuk mendirikan Wirit Aurot Lailiyah. Lailiyah menurut bahasa arab
artinya malam. Dzikir artinya mengingat. Jadi dzikir kepada Allah di malam hari
atau mengingat Allah di malam hari. Pada tahun 1965 Aurot Lailiyah didirikan
pertama di Tulungagung. Isi dari Aurot Lailiyah diantaranya terdapat pada
Al-Quran seperti Al-fatihah, asmaul husna, ayat kursi, lalu para wali dan para
ulama diseluruh dunia dikirimi al-fatihah.
Awal aurot lailiyah pertama kali
jamaahnya tidak lebih dari 5 orang dan dipimpin langsung oleh Gus Miek dan
berjalan sampai 5 tahun, lalu diteruskan oleh sahabat-sahabatnya, berjalan
sampai tahun 1975. Dan pada tahun ini juga aurot lailiyah diganti namanya
menjadi dzikrul ghofilin yang artinya dzikirnya orang-orang yang lupa maksudnya
manusia selalu lupa kepada Allah dengan adanya dzikrul ghofilin bertujuan agar
orang-orang selalu ingat kepada Allah kapanpun dan dimanapun dia berada.
Dahulu pada saat merintis jamaah
dzikrul ghofilin ini sangat banyak tantangan.
Dahulu dzikrul ghofilin banyak di tentang oleh tokoh-tokoh kyai besar
seperti Kyai dari Lirboyo Kediri, Kyai Ponorogo, Kyai Jember, Kyai Jombang,
Kyai Pasuruan dsb. Akhirnya Gus Miek berhijrah ke Jember menggandeng KH. Ahmad
Siddiq untuk bisa mengerti apa tujuan diadakannya dzikrul ghofilun, lalu di
pasuruan menggandeng KH. Hamid Abdillah, di Kediri menggandeng KH. Mudzir, di
Magelang mengandeng KH. Dalhar. Beliau-beliau adalah wali dan tokoh di
masyarakat. Tujuannya adalah untuk menyebarkan dzikrul ghofilin lewat kyai
besar menjadi tokoh disitu, meskipun begitu masih banyak yang tidak cocok. Dan
perlu adanya pemahaman kenapa adanya dzikrul ghofilin (jantiko) terlahir.
Susunan
dzikrul ghofilin berisi rangkaian tawasul dengan fatihah bagi para wali dan
hamba-hamba sholeh dan pengikut Gus Miek. Kegiatan sema’an Al-Quran rutinan
biasanya dimulai setelah subuh hingga bakda maghrib lalu di lanjutkan dengan
membaca dzikrul ghofilin lalu setelah isya’ diakhiri dengan pembacaan doa yang
di pimpin oleh salah satu yang tokoh masyarakat yang dianggap mampu memimpin
doa dari segi pemahaman dan kefashihan dalam berdoa. Beliau tidak membedakan
antara NU (Nahdatul Ulama) dan Muhammadiyah. Semua golongan dirangkul dan di
ajak dalam kebaikan. Gus Miek termasuk salah satu pejuang Nahdatul Ulama (NU)
dan pejuang islam yang tangguh di tanah jawa dan memiliki ikatan darah kuat
dengan berbagai tokoh kuat dengan berbagai tokoh Islam yang gigih, dan pengikut
hukum agama yang setia dan patuh, Gus Miek memiliki spritualitas atau derajat
kerohanian yang memperkaya sikap, taat, dan patuh terhadap Tuhan. Namun, Gus
Miek tidak melupakan kepentingan manusia atau intraksi sosial (hablum minallah
wa hablum minannas). Hal itu dilakukan karena Gus Miek mempunyai hubungan dan
pergaulan yang erat dengan (alm) KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Achmad Siddiq. Gerakan-gerakan
spritual Gus Miek inilah, telah menjadi budaya di kalangan Nahdliyin (sebutan
untuk warga NU), seperti melakukan ziarah ke makam-makam para wali yang ada di
Jawa maupun di luar Jawa. Hal terpenting lain untuk diketahui juga bahwa amalan
Gus Miek sangatlah sederhana dalam praktiknya. Juga sangat sederhana dalam
menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para pengamalnya, yakni berkumpul
dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun akhirat. Gus Miek meninggal pada 5 juni 1993 bertepatan bulan
dzulhijjah beliau meninggalkan seorang istri dan lima anak. Dimakamkan
disebelah timur kompleks para auliya’. Haul Gus Miek dilakukan setiap satu hari
setelah hari raya idul adha di PP Ploso-Kediri.
Sumber : wawancara kepada salah
satu santri Al-Falah Ploso
0 komentar:
Posting Komentar