Oleh :
Nur Sholikhah
Identitas cerpen
Judul Cerpen : Tamu Masa Lalu
Nama Pengarang : Risda Nur Widia
Penerbit : Suara Merdeka
Pendahuluan
Risda Nur Widia adalah mahasiswi di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Dia pernah menjadi Juara II sayembara menulis sastra mahasiswa se-Indonesia UGM (2013), unggulan Sastra Profetik Kuntowijoyo UHAMKA (2013), penerima Anugerah Taruna Sastra dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2015). Masuk tiga besar buku sastra terbaik Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Yogyakarta 2016. Buku cerpen tunggalnya Bunga-Bunga Kesunyian (2015).
Judul Cerpen : Tamu Masa Lalu
Nama Pengarang : Risda Nur Widia
Penerbit : Suara Merdeka
Pendahuluan
Risda Nur Widia adalah mahasiswi di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Dia pernah menjadi Juara II sayembara menulis sastra mahasiswa se-Indonesia UGM (2013), unggulan Sastra Profetik Kuntowijoyo UHAMKA (2013), penerima Anugerah Taruna Sastra dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2015). Masuk tiga besar buku sastra terbaik Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Yogyakarta 2016. Buku cerpen tunggalnya Bunga-Bunga Kesunyian (2015).
Isi
Tarno dan Lestari adalah sepasang suami istri yang
hidup pada tahun 1965, ketika negeri ini terjadi kudeta politik. Lastari
sangat mencintai Tarno dan ia begitu setia dengannya. Tarno memiliki sorot mata
yang cerdas dan ia tak pernah kehilangan
kata-kata dalam menyatakan sesuatu. Namun semua itu berubah saat ia mulai pergi.
Tahun
1965, Tarno masuk daftar pencarian orang yang harus ditumpas. Keluarga yang
dianggap sesat oleh Negara akan ditumpas sebagai wujud “bersih lingkungan”.
Tarno meninggalkan Lastari,
pergi dari rumah entah kemana. Sepeninggal Tarno, Lastari mengalami krisis yang
benar-benar parah. Hampir setiap hari ia selalu mendengar kabar muram mengenai
anggota partai terlarang itu, banyak nama yang mati tertangkap dan terbunuh.
Suatu
pagi Supri, teman Tarno, datang dari kota untuk mengabarkan pesan titipan Tarno
kepada Lastari. Supri berkata
pada Lastari, “Tarno berpesan untukmu: lebih baik melupakannya dan menikah
lagi. Mungkin Tarno tidak akan pernah kembali.” Pesan itu membuat hancur hati
Lastari. Sampai di kemudian hari datang kembali salah seorang sahabat Tarno ke
rumah, Sukram. Pemuda alim, putra seorang kiai di desa seberang. Saat itu
Sukram membawakan kembali kabar dari Tarno bahwa ia bertemu Tarno di jalan
kemudian ia disuruh menikahi Lestari.
Akhirnya
Lastari menikahi Sukram karena rasa “cinta” dan “patuh” pada Tarno. Hingga pada
suatu hari, Tarno datang kembali seperti datang dari masa lalu. Ia hadir dan
berdiri di depan pintu gerbang rumah dengan wajah murung, namun ia pergi
kembali. Lastari hanya bisa menatap Tarno karena, jauh di dalam hati, Lastari
berpikir Tarno sudah mati.
Analisis
Unsur Intrinsik
1. Tema : cinta dan kesetiaan
2. Setting: depan pintu gerbang rumah, ruang tamu
3. Alur : campuran
4. Tokoh : tarno, lastari, supri, sukram
5. Perwatakan:
Tarno : baik dan cerdas
Lastari : Baik dan setia
Supri : Baik
Sukram : bijak
6. Sudut Pandang: pengarang sebagai orang ketiga serba tahu.
7. Amanat : setia dan patuh terhadap perintah suami merupakan hal yang sangat penting.
6. Sudut Pandang: pengarang sebagai orang ketiga serba tahu.
7. Amanat : setia dan patuh terhadap perintah suami merupakan hal yang sangat penting.
Analisis
Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Moral : setialah pada suami dalam keadaan apapun dan patuhilah perintah suami jika perintah tersebut mempunyai tujuan yang baik untuk hidupmu.
2. Nilai Sosial : Jangan pernah melupakan tanggung jawab.
3. Nilai Budaya : pernikahan yang dilakukan secara terpaksa.
Kekurangan & Kelebihan
Kekurangan : konflik yang disajikan dalam cerita ini kurang begitu menarik.
Kelebihan : Dalam cerpen ini, pengarang menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya dan isi ceritanya berhubungan dengan sejarah kelam di negeri ini.
Penutup
Melalui cerpen ini penulis ingin menyampaikan bahwa setia dalam cinta sangat diperlukan. Adakalanya setia itu membutuhkan pengorbanan besar, entah itu berwujud harta benda, pikiran maupun perasaan.
1. Nilai Moral : setialah pada suami dalam keadaan apapun dan patuhilah perintah suami jika perintah tersebut mempunyai tujuan yang baik untuk hidupmu.
2. Nilai Sosial : Jangan pernah melupakan tanggung jawab.
3. Nilai Budaya : pernikahan yang dilakukan secara terpaksa.
Kekurangan & Kelebihan
Kekurangan : konflik yang disajikan dalam cerita ini kurang begitu menarik.
Kelebihan : Dalam cerpen ini, pengarang menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya dan isi ceritanya berhubungan dengan sejarah kelam di negeri ini.
Penutup
Melalui cerpen ini penulis ingin menyampaikan bahwa setia dalam cinta sangat diperlukan. Adakalanya setia itu membutuhkan pengorbanan besar, entah itu berwujud harta benda, pikiran maupun perasaan.
Sumber: https://lakonhidup.com/2017/09/17/tamu-masa-lalu/
Pondok Pesantren Darun Nun
BUKIT CEMARA TIDAR F3 NO.4 MALANG
0 komentar:
Posting Komentar