Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Judul Cerpen :Foto-Foto Raisa
Nama Peresensi :
Ninis Nofelia
Pengarang Cerpen : M. Rosyid HW (Alumnus Fakultas
Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
Sinopsis
Paiman adalah seorang suami juga ayah yang sangat
totalitas perihal tanggungjawabnya dalam menafkahi keluarganya. Pekerjaannya sebagai
pegawai sebuah kantor travel membuatnya sibuk hingga tak terlalu ambil pusing
perihal keluarga kecilnya. Ia selalu positive thinking terhadap
tanggungjawab istrinya untuk mengurusi serba-serbi urusan rumah selama ia bekerja.
Ia hanya berfokus bagaimana bisa mencukupi kebutuhan finansial keluarga juga sesekali
memenuhi kebutuhan batin anak dan istrinya seperti mengajak mereka berlibur ke
tempat-tempat yang menarik.
Paiman memiliki seorang istri yang bernama Raisa. Ia adalah
sosok perempuan cantik yang bisa dibilang kekinian. Keaktifannya di sosial media
berbanding lurus dengan hobinya berfoto-ria, istilahnya sekarang suka berselfie.
Ia gemar sekali meng upload foto-foto segala aktifitasnya di
tempat-tempat yang menurutnya memiliki spot yang wah. Hal aini
berbanding terbalik dengan suaminya, Paiman. Bahkan sampai tak pernah suaminya
tahu akan aktivitasnya, hingga suatu waktu rekan kerja suaminya itu yang bisa dibilang
dekat , Tio namanya, memberitahu perihal
aktivitasnya yang kebetulan berteman di jejaring sosial yang sama.
Tio menceritakan kepada Paiman bahwa istrinya sedang asyik berbalas komentar dengan
laki-laki lain di jejaring sosial milik istrinya. Perkataan rekan kerjanya ini hampir
setiap waktu didendangkan hingga timbul keresahan yang mendalam. Hal ini
berujung dengan perceraiannya yang ia sayangkan. Bahkan menorehkan luka lebih
dalam ketika melihat kenyataan bahwa
empatbelas hari pasca perceraian dengannya, ia melihat unggahan foto mantan
istrinya, Raisa, sedang berpelukan dengan Tio yang tak lain adalah rekan kerja
yang biasa menasehatinya.
***
Tema :
Keluarga
Latar
tempat :
Rumah dan kantor
Alur : Maju mundur
Sudut
Pandang :Aku (Orang Pertama)
Amanat : Menjaga
keutuhan keluarga hendaknya semaksimal mungkin, agar tidak terjadi penyesalan
di kemudian hari. Tabayyun dan bijak berpikir serta bertindak dalam
menerima masukkan dari orang lain sangat dibutuhkan pada seorang sosok kepala
keluarga.
Nilai
Moral : Menjaga diri dan
keluarga adalah keharusan dan jangan mudah
melepaskan keutuhan rumahtangga yang sudah dibangun
hanya karena omongan atau hasutan dari orang lain sekalipun orang tersebut adalah
orang terdekat.
Kelebihan : Penulis menyajikan
pesan implisit bagaimana menjaga keutuhan
suatu hubungan dengan begitu menarik seperti fenomena yang
banyak terjadi pada masa sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar