
By : Siti
Khoirun Niswah
Setiap manusia
pasti menginginkan kehidupan yang berkah di dunia dan di akhirat, memiliki ilmu yang bermanfaat dan berjuang di
jalan Allah dengan khusyu’ serta memiliki keluarga yang penuh dengan
kebahagiaan. Tidak menutup kemungkinan itu bisa di dapatkan oleh orang-orang
yang benar-benar melakukannya ikhlas karena Allah, beribadah yang tenang dan
penuh keikhlasan. Berbagai rintangan dan ujian yang menghampirinya akan
dijalani dengan sabar dan ikhlas serta pantang menyerah dan tidak mengeluh.
Keimanan dan
ketaqwaan seorang hamba akan terlihat saat seseorang itu diuji oleh kesabaran
dan rasa syukur. Seorang yang senantiasa bersabar dalam setiap musibah yang
dihadapinya, maka tanda seorang tersebut berserah hanya kepada Allah, mengakui
bahwa setiap musibah akan dapat diselesaikan. Musibah itu sebagai ujian
seberapa besar tingkat keimanan seseorang dan percaya bahwa Allah lah sang
pemberi petunjuk. Bersyukurnya seseorangpun akan menjadi tanda keimanan
seseorang. Dimana seseorang yang telah diberi kenikmatan harus bersyukur karena
segala kenikmatan itu datangnya dari Allah.
Betapa
dasyatnya kehidupan di era modern seperti sekarang ini. Siang hari setelah saya
selesai sholat dhuhur di masjid At-tharbiyah bertemu dengan teman semasa kecil.
Dahulu saya mengenal dia dengan sangat akrab, hampir setiap hari bermain
dengannya. Dia seorang anak yatim piatu, dan dia tinggal bersama kakak
kandungnya, hanya saja kakaknya sudah bisa bekerja dan memenuhi kebutuhannya
sewaktu masih di bangku sekolah dasar. Setelah lulus dari sekolah, kehilang
jejak tentangnya. karena setelah lulus SD dia pindah keluar kota bersama
kakaknya. Saya hampir kaget mengetahui dia berada di Malang dan hampir lupa
wajahnya. Setelah mengingatnya, saya bertanya bagaiaman perjalan hidupnya
setelah sekian lama menghilang dari daerah kelahiran.
“sungguh, aku
terkejut kau berada di Malang Fan,?!” Namanya Ifan. “ceritanya sangat panjang
dan penuh rintangan tapi Alhamdulillah penuh kebahagiaan”. Sedari kecil ifan
hidup seorang diri bersama kakaknya tanpa orangtua. Dia merasa takut akan
tergantung pada kakaknya. Dahulu setelah lulus ternyata ikut kakaknya ke
Surabaya karena kakak lelakinya menikah dengan orang Surabaya, jadi dia
mengikuti kakaknya dan melanjutkan sekolah di Surabaya. Waktu dijenjang
SMP,ternyata kakaknya sudah tidak mampu membiayai sekolahnya karena kebutuhan
hidup kakaknya semakin bertambah. Akhirnya setiap sore setelah pulang sekolah,
ia bekerja sebagai tukang cuci di rumah orang-orang kaya yang berada di
Surabaya. Setiap hari begitu, kalau tidak ada job mencuci, menyemir sepatu. Uang
yang terkumpul setiap sore hari itu, ia gunakan sebagai tambahan membeli buku
pada waktu tahun ajaran tiba. Ia bahkan tidak merasakan uang jajan, selalu uang
jajan ia tabung manakala kakaknya tidak punya uang untuk kebutuhan sekolahnya.
Hari terus
berjalan, setelah di bangku SMP, ia berkeinginan melanjutkan SMA namun ia
berfikir kembali, biaya dari mana lagi karena kakaknya sudah punya anak dan
ifan pun merasa malu ingin sekolah kembali, karena kakaknya pun sekolah hanya
sampai SMP. Tekat dia untuk melanjutkan sekolah tak luntur. Ia meminta izin
untuk mengikuti beasiswa yang berada di Malang. Beasiswa itu hanya
diperunntukkan bagi siswa yatim piatu. Awalnya ia malu mengikuti beasiswa itu,
malu karena ia punya kesehatan dan ia laki-laki kenapa tak sekolah sambil
bekerja saja. Namun rasa itu dihilangkan sejenak, mungki ini jalan awalnya.
Saat pendaftara dimulai, ia melengkapi berkas-berkasnya. Setelah beberapa hari
ada pengumuman, ia lolos. Dia sangat bahagia dan pada waktu ia lega karena
setelah ini dia tidak lagi merepotkan kakaknya. Saat itulah ia mulai belajar mandiri.
Ia tinggal di asrama yang merupakan fasilitas dari beasiswa yang ia dapatkan.
Hari-hari yang ia jalani terasa bahagia namun ada kalanya sedih melanda
dirinya. Karena selama ia kecil ingin sekali memiliki orangtua. Ayahnya
meninggal karena punya sakit, dan ibunya meninggal saat melahirkan dia. Di
bangku SMA sepeser pun ia tak meminta uang saku dari kakaknya. Ia dibiayai
beasiswa tanpa membayar apapun tetapi dia tidak bisa diam saja hanya belajar,
menurutnya ia harus sambil bekerja karena kebiasaan ia bekerja sewaktu di
bangku SMP. Setiap sore setelah pulang sekolah, ia mengajar ngaji tpq dan les
pelajaran apapun di asrama tempat ia tinggal. Dari situlah, uangnya di buat
saku, jajan dan mungkin ada kebutuhan yang lain. Setiap hari hidupnya begitu,
dan selalu ia rasakan bersyukur. Pernah dalam hatinya waktu hari raya bisa
berkumpul seperti keluarga yang lain. Namun Allah mempunyai rahasia lain.
Kekuatan manusia terletak pada kesabarannya. Ingatlah, walaupun tidak ada
orangtua, tapi kita mempunyai kehidupan dan sudah menjadi kodrat kita hidup di
dunia.
Setelah di
bangku SMA ia juga menginginkan melanjutkan kuliah. Karena Malang banyak sekali
kampus, teman-teman SMA pun banyak yang melanjutkan kejenjang perkuliahan.
Namun kendala dia dari dulu soal biaya. Dia ingin mendaftar Bidikmisi di
perkuliahan namun karena sekolah SMA nya bukan Negeri, kampus Negri tidak bisa menerima
Bidikmisi dari sekolahnya. Akhrnya ia bekerja dahulu selama beberapa bulan
setelah ujian Nasional. Beasiswa dari SMA nya hanya berlaku sampai ia lulus
sekolah. Selanjutnya sudah menjadi urusan dia sendiri.
Suatu hari,
karena hari-harinya dia mengajar ngaji di tpq dan bimbel, ada salah satu wali
siswa yang kaya memiliki panti asuhan
dan memerlukan tenaga pengurus panti. Orang tersebut menginginkan ia menjadi
salah satunya. Masalah apapun tentang kepengurusan akan di fasilitasi
pemilik namun tidak ada gaji tetap. Dari
situlah ia memberanikan untuk mendaftar kuliah di kampus swasta dengan jurusan
teknik informatika. Hari-harinya pun terhiasi kembali dengan berbagai
kegiatan. Pagi kuliah, setelahnya ia
bekerja dipanti, sorenya mengajar les
dan mengajar ngaji anak-anak dipanti. Walaupun kegiatannya banyak, tugas
kampusnya banyak, namun ia mampu membagi jdwal kegiatannya. Tidak tidur
semalaman sudah menjadi kebiasaan dia kadang sampai sakit dan tidak masuk
kuliah. Tidak ada kendala masalah semesternya. Tiap semester tidak ada mata
kuliah yang tidak lulus. Sekarang, karena semester akhir hanya sks yang diambli
hanya beberapa, makanya dia bekerja sebagai tukang gojek yang kebetulan bertemu
dengan saya di kampus.
Begitulah
rintangan dan perjuangan hidupnya, sabar, syukur, dan penuh semangat serta
mampu bertahan. Menjadi motivasi bagi kita agar selalu semangat dalam menjalani
kehidupan ini. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, memanfaatkan peluang
dengan ketepatan dan menikmati hidup dengan penuh rasa syukur.
0 komentar:
Posting Komentar