Judul : Kucing Gubernuran
Peresensi : Zahra
Pengarang : A.A Navis
Sumber :
Kumpulan Cerpen Bertanya Kerbau Pada Pedati
Seperti biasa, A.A
Navis dalam cerpennya selalu memberikan sentilan-sentilan cerdas baik yang
bersifat politis maupun sosial. Karyanya juga senantiasa memberikan wilayah
tafsir bagi pembaca. Amanat yang ingin ia sampaikan adalah semua yang dapat
ditangkap oleh pembaca. Nilai moral yang ingin ia sampaikan adalah semua nilai
yang dapat diambil oleh pembaca. Cerpennya selalu sarat akan makna sosial,
kejiwaan, hingga religius yang dikemas dalam bingkai realitas dan apa adanya.
Dalam novelnya kali
ini, A.A Navis menyinggung dan menyoroti tentang maraknya praktik korupsi pada
masa itu. Dimana kantor-kantor gubernuran telah menjadi sarang koruptor yang
diibaratkan sebagai tikus. Telah banyak cara dilakukan untuk memberantas
praktik korupsi yang merajalela akan tetapi berbagai upaya tersebut tidak
membuahkan hasil, malah membuat praktik ini semakin bebas dan terang-terangan. Akhirnya
seseorang mengusulkan agar memlihara kucing saja agar tikus-tikus menjadi takut.
Kucing yang dimaksud disini adalah KPK atau badan hukum yang fokus terhadap
masalah KKN. Usul itupun dijalankan dan memang benar tidak ada lagi tikus yang
berani muncul di istana gubernuran. Akan tetapi dampak negatif lain muncul. Kucing-kucing
itu semakin hari semakin malas saja bekerja. Mereka mulai malas-malasan dan
membengkakkan dana APBD Negara dengan rongrongan atas tuntutan fasilitas
mereka. Mereka juga mulai kurang ajar dan menjadi miskin norma dan etika. Ditambah
tingkat pertumbuhan mereka yang makin pesat, pemilik kucing-kucing itupun menjadi jengkel. Akhirnya
datang seorang pengusaha lalim yang tak peduli dengan negeri sendiri menawarkan
untuk memlihara seekor kucing persia, mungkin kucing ini di ibaratkan sebagai
tenaga asing yang dipekerjakan di dalam negeri. Entah bagaimana caranya tiba-tiba
selepas pak gubernur dan istrinya pulang dari luar negeri untuk memenuhi suatu
undangan mereka dapati kucing-kucing pribumi itu telah lenyap berganti sepasang
kucing parsi. Mereka disingkirkan dan dibuang. Gubernur yang merasa bersalah
selalu terbayang-bayang akan kesalahannya kepada kucing-kucing itu. Gubernurpun
jatuh sakit. Para dokter berkumpul demi membehas penyakit yang diderita oleh
gubernur mereka akhirnya memutuskan untuk membawa gubernur ke luar negeri. Namun
sebelum hasil seminar itu disampaikan, gubernur itu keburu meninggal.
Unsur Intrinsik
Tema : Politik
Latar : tempat
seminar, istana gubernuran.
Alur : flash
back
Tokoh : Banda, Aku,
Tikus, Kucing, gubernur, istri gubernur, pengusaha, kucing pers, profes
Sudut Pndang : orang ketiga serba
tahu
Amanat
·
Berhati-hatilah dalam
menjalankan amanat negara
·
Hindarilah praktik KKN
·
Jangan terlena dengan
jabatan sehingga melupakan tugas
·
Hindari campur tangan asing
untuk kesejahteran bersama
0 komentar:
Posting Komentar