Pondok Pesantren Darun Nun Malang

Oleh Ninis Nofelia MPAF
Zaman
sekarang, apa sih yang tidak cepat untuk diketahui? Ternyata tidak hanya
makanan saja yang berlabel “instan”, informasi apapun pun kini menyebar
ke banyak khalayak secara instan. Pernah dengar mie instan kan? Bagaimana menurutmu,
baik tidak jika kita mengkonsumsinya secara teratur dan berlebihan? Bahkan para
pecinta mie instan pun akan mengakui akan dampak buruknya.
Saya
pun termasuk. Tak hanya suka mie instan tapi juga suka membaca tulisan-tulisan
yang sering bersliweran di media sosial (medsos). Betapa instanya sekarang
untuk menikmatinya. Padahal dulu untuk ingin tahu berita terkini haruslah rajin
membaca koran terbaru, itupun tidak semua berita disuguhkan. Sekarang, bahkan
urusan dalam rumah suatu keluarga bisa dikuak habis di media sosial. Tinggal membuka
smart phone di tangan, apapun akan terhidang secara instan di depan
mata. Jika tidak selektif memilih berita, bisa-bisa sampah pikiran akan
menumpuk dan membusuk dalam jiwa. “Allah Yahfadz..” Kemarin saya membuka
situs youtube dan berniat untuk mencari lagu salah satu pemusik idola saya, jari-jari
ini mengetik dengan lengkap namanya. Malah yang muncul berita-berita yang
mungkin akan membuat kecewa bagi siapapun yang melihatnya. Jujur, termasuk
saya. Meskipun masih belum diketahui kebenarannya. Perasaan ini tak lagi
menjadi netral, bahkan mood untuk mendengarkan musik itu seketika hilang
tenggelam bersama rasa kecewa. Betapa dampak suatu tulisan mempengaruhi
seseorang. Saya pun berpikir, betapa besar dampak berita instan itu sampai
merusak mood seseorang, mengubah cara pandang seseorang, bahkan mungkin
perubahan yang lebih besar lainnya. Hal ini membuat saya berpikir, adakah bisa terpejam
nyenyak mata-mata yang memiliki jari-jari penebar berita hoax, menebar fitnah
dan kebencian? Apapun yang disampaikannya, bisa menjadi racun bagi penikmatnya.
Mungkin nampaknya seperti hidangan kopi hangat yang nikmat, tapi siapa sangka
isinya bercampur sianida. Membunuh karakter seseorang baik pembaca maupun yang
diperbincangkan. Membenamkan sampah berbau pada setiap relung jiwa. Naudzubillah.
Saya teringat salah satu dosen yang memeriksa revisi tugas akhir saya tempo
hari. Betapa tulisan akan memberi pengaruh besar bagi pembaca, jangan sampai
pembaca banyak salah sangka, karena siapa lagi yang akan bertanggungjawab jika
bukan penulisnya.
Ya
Robbanaa, tunjukkilah bahwa yang benar itu adalah benar dan berilah anugerah
untuk mengikutinya serta tunjukkilah bahwa yang salah itu adalah salah dan
berilah anugerah untuk menghindarinya. Menulis tidak hanya sekedar
merangkai huruf-huruf menjadi sesuatu yang menarik untuk dibaca, tapi ia bisa menjadi
multivitamin atau bahkan peluru tembak bagi jiwa pembaca.
Malang, 21 Agustus 2017
www.darunnun.com
0 komentar:
Posting Komentar