

Kepergian memang tak pernah disangka
Siapa yg merencanakan untuk pergi
Siapa yg berencana ingin tetap
tinggal
Tiada yg tau kecualiMu
Bahkan airmata pun tak dapat
meluruhkan
kedukaan batin yang tak mampu
terungkap oleh lisan
Hanya terkatup yg mampu bibir
lakukan
Membungkam duka terpendam
Hanya indah lakumu yang mampu kuingat
Tapi mengapa justru semakin menyesakkan
Haruskah ku kais ingatan burukmu,
Agar tak sesakit ini menerima nyata
kepergianmu
Kau, seringkali menjadi
perantara
Apa yg tak mampu ayahku ungkap
padaku
Justru tercurahkan padamu
Yang dengan indah kau sampaikan
padaku
Meluruhkan perasaanku
Dada ini semakin sesak
Kala teringat
Seringkali ku abaikan dering
panggilanmu,
pesan singkat sederhana darimu...
Mataku semakin memanas, tak
terbendung mengalir bercucuran
Apa yang mampu ku ungkapkan padamu
lagi?
Mendengar suaramu pun kini hanya
tinggal samar dalam ingatan
Bertemu denganmu, apalagi?
Mengapa kepergian selalu saja
diiringi dengan kedukaan?
tak menangis tak mesti tak berduka
Mungkin justru semakin dalam
Dinginnya perasaan duka, membekukan
airmata
Itu yang ku tangkap dari mata ayahku
Tak ada butiran bening yg menetes
Tapi ku mampu menafsirkan dukanya
Begitu hebat membendung dalam
gumpalan mendung
Tak ada lagi yang bisa kulakukan
kini
Hanya menguntai bait bait do'a tuk
ku terbangkan bersama sayap-sayap malaikat
Berharap semoga tersampai padamu
Semoga jalanmu terang, layaknya namamu yang kan selalu mengiringi
Menuju surga Tuhan yang kau maktub abadi
pada nama buah hatimu
Ma'rifaht
tertulis 15:28, 140517
Masjid
Sabilillah Malang
0 komentar:
Posting Komentar