Oleh Rofikatul Islamiyah
Pagi yang cerah, cahaya sang fajar
menyusup dalam setiap sela dalam gedung ini. Membuat yang didalam terpesona
akan baying-bayang yang ada diluar ruangan. Sambil menunggu hidupnya computer,
kupandangi tabung-tabung cahaya itu, menerpa dari setiap yang melewatinya.
Fikiran ini, teringat akan matakuliah tentang cahaya, dimana cahaya memiliki
beberapa sifat seperti memantul, membias, polarisasi dan tramsmisi. Sungguh
mengagumkan.
Siluet itu, sepertinya saya tahu.
Gumamku. "Ah, jelas saya tahu. Kan ini kantor otomatis si siluet itu
bayangan dari salah seorang rekan disini, jadi jelas saya seperti tahu. Tapi,
kok ada yang mengangjal ya?" Lanjutku dalam gumaman. "Ah, hanya
perasaan aja kali". Segera ku tepis lamunan itu. Ku hidupkan komputer,
lihat jadwal tugas dan segera ku kerjakan tugas-tugas yang deadline hari ini.

Selai istirahat, kita kembali pada meja
masing-masing. Tak lama, saat saya baru duduk di depan komputer dan . . .
"Craak craak...."
Disaat semua mulai hening tiba-tiba ada
suara, kita semua tertuju pada sumber suara. Di depan pintu dekat tempat sampah
seseorang menginjak sterofom bekas wadah makan siang kita. Ya orang itu mirip dengan
siluet tadi pagi, tapi kali ini jelas dia adalah seorang programer di kantor
kita. Saat mata tertuju padanya, ku ingat siluet tadi pagi itu memang jelasa
mirip dengan seseorang yang datang dalam mimpiku semalam. Namun ku tak yakin
jika siluet itu sama dengan seorang programmer itu. Rasanya hanya mirip. Tapi
dari sekian banyak orang yang terdapat di kantor ini, dialah yang paling mirip
dengan siulet itu.
“kenapa
Ran?” Tanya
Meta
“eh,
gak kok”. Jawab
ku singkat.
Dia mengagetkanku.
“kaget
ta kamu?”
Tanya Meta lagi.
“gak
juga ko”.
Jawabku sesingkat tadi.
“terus
kenapa kamu mlongo gitu?”
Tanya Meta penasaran.
“hehehe
iya ta? Gak kok. Cuman kepikiran tugas pondok aja”. Jawabku alas an.
Bukan masalah mlongonya sekarang. Tapi aku
sendiri penasaran, mimipi tadi malam itu mulai ku ingat-ingat. Ya, sangat jelas
kalau siluet pagi ini adalah sosok yang tadi malam ada dalam mimpi. Sosok yang
sepertinya sudah akrab dengan keluargaku. Bahkan, keluargaku tak melarang kita
berdua dalam satu ruang. Seperti saya sepenuhnya milik dia, tapi? Saya tak
pernah merasa menikah sebelumnya. Disisi lain, kenapa orang siluet itu mirip
dengan salah satu teman kantorku yang notaban nya saya sendiri saja tidak
begitu kenal, apa lagi keluarga. Ah,, kejadian apa ini?
“ya,
ini hanya kebetulan, atau ini kesalahan bahwa bukan dia dalam mimpi ataupun siluet
itu”. Ku yakinkan
hati dan fikiran.
Jemariku terus menari-nari di atas
keyboardku. Sembari memfokuskan fikiran pada pekerjaan, yang beberapa menit
lalu telah teralihkan. Namun, tetap saja kejadian itu menyita hampir 80%
fikranku kali ini. Waaah apa-apaan ini. Energy terbuang hanya karena siluet
misteri itu.
0 komentar:
Posting Komentar