oleh : zahra
Ada perasaan aneh yang mengalir sejuk di dada Sayyidah Halimah kala itu. Bayi yang ia gendong itu seperti diliputi oleh cahaya,senyumnya indah, dan menenangkan siapapun yang
melihatnya. Bahkan Abu Lahab yang terkenal keras pun luluh hatinya ketika
melihat keponakan tercinta sekaligus musuh bebuyutannya itu.
Apa
yang tidak dapat kau tolak maka sambutlah kehadirannya, paceklik dan kemarau
panjang yang melanda kota Makkah memaksa penghuninya untuk belajar
bertahan dan menjadi kuat. Panas matahari tak memberi ampun sedikitpun pada sahara-sahara
yang menganga kehausan. Debu-debu beterbangan dalam putaran angin panas yang kebingungan, jika bukan karena
alasan bertahan tidak akan ada orang yang cukup nekat melewati punuk-punuk
sahara yang membakar dan seakan berusaha mengenyahkan apa saja yang berjalan
diatasnya.
Bani Sa
ad yang terkumpul dalam sebuah rombongan kecil menuju Makkah. Mereka berjalan
beriringan tak peduli dengan perut yang mengempis apalagi menyerah pada
gertakan panas padang pasir. Tahun itu mereka harus mendapatkan bayi susuan. Sudah
menjadi sebuah tradisi di Arab kala itu untuk menyusukan anak-anak mereka
kepada wanita-wanita Arab dusun dengan harapan anak-anak mereka akan menjadi
seorang yang fashih dalam bertutur kata dan santun dalam berperilaku.
Perjuangan
tidak pernah mengecewakan hasil, meskipun terkadang kita terlalu dungu untuk
memahami esensi dari hasil itu sendiri dan kemudian kecewa akibat dangkalnya
kita memahami makna keberhasilan. Mereka sampai di Makkah. Segera para
perempuan Bani Sa ad memilih bayi-bayi dari keluarga terpandang dan terkemuka
untuk disusui. Berbeda dengan mereka, Sayyidah Halimah dan suaminya kala itu
tengah kebingungan karena belum mendapatkan bayi untuk disusui. Yang tinggal
hanya bayi yatim Abdullah bin Abdul Munthalib. Sedangkan disisi lain ada sebuah
anggapan bahwa menyusui seorang bayi yang yatim itu hanyalah sebuah kerugian
semata. Tapi ternyata Sayyidah Halimah dan suaminya tidak memiliki pilihan lain
selain mengambil bayi laki-laki tersebut. Maka merekapun mendatangi Sayyidah
Aminah dan memohon izin untuk menyusui bayi laki-laki beliau yang akhirnya
mereka ketahui bernama Muhammad. Keajaiban pun DIMULAI.
Pengalaman
pertama Sayyidah Halimah memandang Nabi adalah ketika beliau masih dalam
gendongannya. Ketika mata mereka bersapa dan senyum penuh cahaya dari bayi yang
merona itu membuat Sayyidah Halimah tak mampu lagi berucap. Yang ia tau kini ia
sangat menyayangi sosok mungil yang ada di belaiannya itu layaknya ia menyayangi anak
kandungnya sendiri.
Musim kemarau
ganas melenyapkan sungai-sungai kecil, mengeringkan danau dan tak memberikan
kesempatan kepada tanaman untuk tumbuh. Paceklik nan parah kala itu juga
berimbas kepada air susu Sayyidah Halimah yang sudah lama kering, bahkan anak
beliau sendiripun sudah mulai bosan menangis yang tinggal hanya rengekan-rengekan kecil yang dijawab oleh tatapan kebingungan. Tapi ajaib,
dihari datangnya Rosulullah dalam keluarga tersebut air susu sayyidah Halimah
mengalir deras sehingga Muhammad kecil dan bayi sayyidah Halimah sendiri dapat tidur dalam
keadaan kenyang. Begitupula keanehan yang terjadi pada kambing kurus beliau. Mendadak
kambing kurus yang susunya kering tersebut berubah menjadi penuh dan berisi
sehingga Sayyidah Halimah dan keluarganya dapat memerah dan meminumnya sampai
kenyang.
Begitulah
Sayyidah Halimah merasa bahwa bayi ini adalah anugerah dan keberkahan dari
ALLAH untuk keluarganya. Karena itulah setelah lima tahun menyusui Nabi,
Sayyidah Halimah pergi ke Makkah bukan untuk memasrahkan Rosulullah kembali kepada
orang tuanya melainkan untuk meminta izin kepada Sayyidah Aminah untuk mengasuh
Nabi setahun lagi, Sayyidah Aminah pun memberinya izin. Dan ia pulang membawa
kebahagiaannya yang akan terus bertambah dalam satu tahun kedepan.
untuk mereka yang mencintai rupa..
dia adalah yang tersempurna...
untuk mereka yang mencintai akhlak...
perkenalkan akhlaknya adalah AlQuran..
untuk mereka yang mencintai kekayaan...
sesungguhnya seluruh dunia berpihak padanya...
untuk mereka yang mencintai ilmu..
ketahuilah ia adalah kotanya...
dan untuk mereka yang merindukan cinta...
inilah dia yang telah mencintaimu sebelum kau pernah melihat dunia..
maka bersyukurlah dan jangan sia-siakan cintanya...
-zahra-
0 komentar:
Posting Komentar