Oleh Rofikatul Islamiyah
Pagi
yang indah. Langit dengan warna khasnya di hiasi awan seputih salju. Tanpa
malu-malu sang fajar menyoroti bumi dengan sinar terbaiknya pada periode ruang
dan waktunya. Suasan hangat, nyaman, mendamaikan. Hati penuh harap, semoga hari
ini jauh lebih baik dari hari kemarin. Di suatu kota dengan koordinat yang
terdapat pada lingatang selatan dan bujur timur
tepatnya di perumahan elit terdapat sebuah kantor dari perusahaan IT.
“assalamualaikum,”
sapa Tina.
“waalaikumsalam”.
Jawab mereka serempak.
“P.Jojo
belum datang ya?” Tanya Tina
“kalau
udah datang ya kita udah masuk kali Tin”. Jawab Ambar agak kesal.
“wah
mulai kesal nih orang, hahaha”. Sahut Andi menggoda.
“gini
nih kalau punya satpam tapi sahabatnya direktur. Semaunya sendiri”. Clatu
Linda.
Di
perusahaan tersebut, terdapat 25 karyawan dengan jumlah laki-laki 11 orang
selebihnya perempuan. Tak berbeda jauh dari peusahaan IT yang lainnya, kantor
yang santai, WIFI berserakan di setiap sudut berjajar dengan server rahasia.
Para programmer yang bertempat khusus berjarak dengan para operator yang lebih
termanage. Di perusahaan tersebut karyawanya juga diberikan kebebasan dalam
berpakaian yang penting sopan. Kebanyakan seperti perempuan pada umumnya, sudah
dewasa. Mulai berani memakai make up. Ingin tampil maksimal tak ada masalah. Semua
orang punya stilenya masing-masing. Fashion islmi juga sudah banyak di
publikasikan. Tak sulit mencari model baju yang mengikuti tren modern namun
tetap islami. Make up pun begitu, ada ala hollywood yang terkenal dengan ke
eleganannya. Ala bollywood yang terkenal dengan ketajaman matanya. Ala Korea
dan Thailand dengan kenaturalannya. Jadi ala Nusantara seharusnya dengan
kekalemanya?? Namun apa iya??
“eh,
itu p.Jojo sudah dateng”. Kata Riko
“iya
tuh, awas kedengeran loh Lin tadi itu”. Goda Andi
“Alhamdulillah
kalau kedengeran, kan jadi gak ghibah”. Jawab Linda santai
“lalu
apa? Kalau bukan gossip?”. Tanya Siska.
“cerita”.
Jawab Linda singkat.
Dalam
sebuah komunitas, grup, pertemanan atau bahkan keluarga memang selalu ada
beberapa atau salah satu rang yang paling sering buat onar, buat ketawa, buat
jengkel, buat damai, ada yang suka buat gosip terutama kalau sudah emak-emak
yang kumpul, namun kali ini sangat berbeda. Udah bapak-bapak, paling senior
alias tua juga keamanan nih.
Semua
karyawan menempati mejanya masing-masing. Keadaan kantor mulai sibuk dengan
aktifitas dan tugasnya masing-masing. Dan selalu, si p.kemanan ini keliling
kantor bukan untuk mengamankan tapi cari temen gossip.
“eh,
kamu sama pondoknya mau di cetak jadi wanita primitive lagi itu. Gak boleh
celanaa”. Kata P.Jojo pada Ainta yang sedang sibuk dengan tugasnya yang
deadline siang ini.
Sinta
pura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan P.Jojo, sebab Sinta sudah tahu dan
sangat faham seperti apa sosok seseorang yang satu-satunya di panggil bapak ini.
Dengan sangat jelas di meja sebrang dia baru gosipin Sinta. Entah apa saja yang
di omongin hingga dia berkata seperti itu. Sebab Sinta tak menggubrisnya
akhirnya dia memaksakan dengan mengetok-ngetok meja Sinta.
“Eh,
ada apa pak?” jawab Sinta
“kamu
itu mau balik ke jaman dulu ya. Gak pakek celana kayak orang primitive, nanti
pakek sewek.” Kata P.Jojo
“loh
gak papa pak, kalau hanya primitive gara-gara gak pakek celana toh ibu kita Kartini
juga gak pakek celana kok. Malah… pengen saya pakek sewek! Lagian dari
orang-orang yang bercelanaan emang ada yang sehebat ibu Kartini? Ada yang
cerdas Khodijah?”
“oh
iya sekarang jamannya IWAK TERRI”. Jawab Sinta singkat dengan jari-jari masih
berkelana di keyboard
“maksunya?.
Tanya p.Jojo
“iya
kan Iwak terri mana ada yang pakek baju. Jadi sekarang udah musim gak pakek
baju. Bigini ya pak, sekarang orang Nusanta yang sok Hollywood itu bukan nya
sangat mirip dengan leluhur si Meganthropus. Mana ada mereka pakek baju. Trus
sekarang yang di bilang jadul itu yang berbaju atau yang di jemur kayak terri?”
jelas Sinta agak pelan namun tegas.
“iya,
begitulah pikiran wanita yang tak tahu tentang Gender”. Jawab P.Jojo sengit sambil pergi dari area itu.
Sinta
hanya tersenyum tipis, mengeti lawan bicaranya sebenarnya kenak skakmat.
Islam
sangat menjaga perempuan, dengan aturan-aturan yang ada semata untuk
menjaganya. Melindungi dari iblis-iblis yang berwujud. Kesetaraan Gender buakan
berarti melanggar kordratnya, boleh saja perempuan bergerak dalam bisnis
seperti Khodijah, bergerak dalam kesehatan dan juga tidak mustahil menjadi
seorang pemimpin. Dalam Al-qur’an pun perempuan di gambarkan dalam satu surat, saking Alloh mengistimewakan perempuan. Berbahagialah perempuan karena tak pernah ada
surat AR-RIJAL. (bercanda, J J)
0 komentar:
Posting Komentar