Oleh Rofikatul Islamiayah
Dewandaru, 02/02/2017
Sejauh
apapun ku melangkah, sekuat apapun ku berlari, selama apapun ku menjauh, sebisa
apapun ku berdamai dengan jarak dan sebertahan-tahannya ku diam dalam ruang
yang tak sama. Pada dasarnya ada titik, ruang, langkah dan menit atau bahkan
jam dan jam lagi ku merasakannya. Tiga kata, maknanya juga tidak tersirat,
jelas ya sangat jelas dan sungguh di damba bagi para perindu halaman apa lagi
saat benar-benar butuh teman. Butuh kasih dari mereka-mereka yang tersayang.
Butuh pelukan dari orang yang paling membuatnya nyaman. Butuh nasihat dari
orang yang mengajarkannya kuat. Semua terasa berat dan semakin berat saat diri
menjadi pecundang, takut atas kicauan burung-burung sebelah, sesak dengan
goyangan rerumputan. Dan akhirnya berdusta dengan keaadaan, pura-pura baik di
kejauhan, sok sempurna dengan realita.
Semakin di
tahan rasa itu, semakin sering datangnya. Perih. Sendiri. Ingin jumpa tapi tak
berdaya. Entah, benar-benar tak berdaya atau hanya ketidak berdayakan yang di
budayakan demi terlihat keren. Terlihat berkilau dari jauh dan selalu harum
dengan status dunia. Inikah taqdir?? Atau budaya kepecundangan??
Bermanis-manisan dengan kalimat "ini adalah perjuangan, suatu saat akan
ada kebersamaan yang di rindukan". Terlalu munafik atau sekedar penghibur
belaka?? Bukankah perjuangan di ruang dan waktu yang sama akan lebih sempurna??
Haruskah kerepisahan ini di anggap sub bagian dari dinas yang dinamakan
perjuangan?? Bagaimana jika nanti, sebelum waktu yang di tunggu, kita
benar-benar terpisah oleh dimensi??

Namun...
Berkat kicauan dan goyangan rerumputan itu, ku melangkah jauh dengan penuh ketidak pastian. Ku pergi dengan rasa sakit dalam dada. Ku tinggalkan halaman tanpa menoleh sedikitpun, namun dengan buliran-buliran air yang terus berjatuhan dari indera penglihatan. Sepertinya akan berat. Al hasil, ku berjumpa dengan tokoh-tokoh hebat dan inspiratif.
Tak akan ku biarkan kepecundangan ini terus menggerogoti nyali. Ku katakan pada
dunia termasuk para burung dan rerumputan itu. Inilah aku, karena kalian aku begini.
Ya, menjadi sosok kuat, mandiri tentunya terhormat. Terimakasih
0 komentar:
Posting Komentar