Pondok Pesantren Darun Nun Malang
*Setiap
gerak sendi adalah Lillahi* ( Lillahi ta’ala karena Allah, setiap perbuatan
harus ikhas lillahi ta’ala, dengan ikhlasnya hati melakukan apa yang sedang
kita laksanakan sekarang insyaallah akan bermakna dihadapanNya).
Mukhlis
Fuadi,S.Kom yang memiliki arti Hati yang ikhlas. Sosok dosen yang memiliki multitalent
dibidangnya yakni dibidang IT, bidang IT inilah yang membuat beliau menjadi
programer disalah satu kampus ternama di malang yakni Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kota
yang terkenal dengan Sotonya ini menjadi tempat Lahir beliau di kota Lamongan
yang bertepatan pada tanggal 23 maret 1987. Beliau tinggal dilamongan yang beralamat
lengkap di Penanjan, Paciran, Lamongan. Namun beliau sekarang berdomisili asli
di Perumahan Bukit Cemara Tidar Karangbesuki Sukun Malang yang berdekatan
dengan pondok yang penulis tempati yakni pondok DarunNun. Beliau memiliki 5
saudara dan kebetulan sekali beliau anak ke 2 dari 5 saudaranya itu, beliau
dalam keluarganya mampu menjadi contoh bagi adik maupun kakaknya dalam hal
mengatur keuangan atau hal yang lainnya.
Dengan
keunggulan yang beliau miliki beliau menjadi panutan bagi saudarnya dalam hal
keilmuannya maupun hal mengatur uang serta memanfaatkan waktu dengan baik. Kelihaian
inilah yang mampu membuat beliau lebih suka dengan mengotak atik alat dapur masak
dan serta mengotak atik alat yang memiliki ritme serta irama yang mampu
menggoncangkan dunia yakni masak dan musik. Sudah banyak album yang sudah
beliau rilis bisa dilihat di media sosial, kalau masakannya pun tidak bisa
diragukan lagi beliau sudah ahli dalam hal masak memasak.
Awal
memulai pendidikan beliau menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Paciran
Lamongan, TK ditempuh seperti biasanya yakni 2 tahun. Setelah menempuh
pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) beliau melanjutkannya di Sekolah Dasar Negeri
Paciran 1 Lamongan, selama SD beliau belum melihatkan kemampuannya dalam hal
pelajaran, beliau lebih pendiam dan kurang dalam pelajaran namun saat meginjak
ke jenjang Madrasah Tsanawiyah Mualimin Jogja beliau sudah mulai menunjukkan jati
dirinya yakni bisa menjadi juara kelas mulai awal masuk hingga kelulusan beliau
mampu membanggakan kedua orang tua yang selalu mensupport beliau dalam bidang
pendidikan selain menjadi siswa beliau juga menjadi Mujanib kalau di UIN biasa
disebut musyrif yakni pendamping siswa yang baru masuk dalam sekolah disana itu
sekolahnya harus berada di asrama. Awal mondok beliau merasakan sakit serta
isakan tangis yang begitu mendalam dirasakan saat mondok pertama kali karena
harus berjauhan dengan orang tua serta keluarga yang lainnya, rasa sakit yang
diderta oleh beliau begitu parah sampai-sampai beliau harus merasakan opname selama
3 hari dirumah sakit terdekat dengan pondoknya. Setelah opname selesai beliau
ditawari oleh orang tuannya “nak kamu ingin apa?” aku pengen jam tangan
pak, akhirnya demi kesembuhan anaknya kedua orang tuanya membelikan jam tangan.
Disinilah awal beliau lebih suka memakai jam tangan, ciri khasnya beliau itu selalu memakai jam tangan.
Untuk
melanjutkan kejenjang selanjutnya beliau melanjutkan di Sekolah Menengah Atas
Mualimin Jogja sama seperti Mts nya yang dahulu merangkap menjadi Musrif dan
jabatan musrif di uin seperti Murobbi, selain itu beliau juga menjadi wartawan
dan bekerja jualan koran. Dalam hal berjualan ini beliau tidak bilang kepada
kedua orang tuanya karena takut dimarahi oleh kedua orang tuanya, beliau
diam-diam belajar mencari uang hanya untuk merasakan bagaimana sulitnya mencari
uang serta beliau takut ketergantungan kepada orang tuannya, beliau lebih
memilih jalan bekerja ini untuk membelajari dirinya agar menjadi pribadi yang
mandiri.
Sebelum
memasuki jenjang yang lebih tinggi yakni Universitas, beliau menganggur selama
1 tahun karena bingung dengan pilihan yang diberikan oleh orang tuanya. Bapak
menginginkan beliau menjadi ahli tafsir namun apalah daya tangan tak sampai
sehinga beliau memilih jalannya sendiri menjadi seorang IT yang handal
dibidangnya. Meski awalnya beliau harus bersabar selama 1 tahun. Berawal dari
cerita yang disampaikan oleh Prof Imam suprayugo yang sedang menyampaikan
tausyiyahnya di lamongan, pada saat tausyiyah itu Prof Imam menyampaikan
sedikit profil tentag kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang. Dengan sedikit ulasan yang Prof Imam sampaikan disaat ceramah
ini bapaknya ustadz muchad tertarik dengan UIN Malang , hingga akhirnya beliau
diperbolehkan kuliah di UIN Malang, namun beliau menawarkan kepada bapaknya
“saya mau memilih kampus UIN Malang , tapi bolehkah saya memilih jurusan sesuai
hati nurani saya”. Bapak dengan tegasnya menjawab “iya nak.” Jawaban inilah
yang membuat beliau semakin tergerak hatinya untuk tambah semangat lagi dalam
mencari ilmu.
Beliau selalu menjadi yang terbaik
di manapun beliau berada baik di bangku pendidikan maupun dibidang yang
lainnya, ada kalanya beliau menjadi yang terbaik karena beliau ingin
membanggakan kedua orang tua, berbakti kepada orang tua dengan cara menjadi
yang terbaik dimanapun beliau berada. Dengan niat dan tekad yang kuat beliau
berhasil meraih juara mulai jenjang Mts sampai perkuliahan. Inilah yang membuat
beliau berbeda dengan saudaranya yang lain. Sehingga beliau selalu dijadikan
contoh oleh orang tuanya dalam hal permisalan kecerdasan maupun dalam menata
keuangan.
Selain
pengalaman belajar di jenjang formal beliau juga belajar di jenjang non formal
yakni kursus di pare, disana beliau bukan hanya kursus saja tapi beliau
mengamalkan ilmunya yang sudah dipelajari yakni mengenai komputer. Semenjak
beliau menginjakkan kaki di pare beliau bingung harus bagaimana untuk menopang
hidup yang jauh dari orang tua, beliau berfikir keras dan berusaha untuk
mencari uang tambahan agar tidak selalu membebankan orang tuannya, dan akhirnya
beliau menemukan sebuah rental komputer yang sedang membutuhkan karyawan,
daftarlah beliau menjadi karyawan sebuah rental komputer sehingga beliau bisa
menopang hidupnya sendiri disana dengan menjadikaryawan rental serta menjadi
guru les komputer di pare.
Beliau
mulai menyukai komputer itu sejak membuka bukunya kakaknya yang menurut beliau
menarik untuk dipelajari dan beliau mencoba-coba apa yang ada dibuku kakaknya
dan tertariklah dengan komputer. Ketertarikan beliau dengan komputer berawal
dari skripsi sang kakak yang tak kunjung kelar-kelar hingga pada akhirnya
beliau penasaran ingin mempelajarinya, dengan itu beliau bisa membantu kakaknya
yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhirnya yakni skripsi.
“Saya
takut kehilangan orang tua mendadak dan ingin membahagiakan orang disekitarnya”.
Inilah pernyataan beliau saat diwawancarai oleh penulis. Beliau mengatakan
seperti yang sudah dijabarkan diatas, bahwa beliau ingin hidup mandiri tanpa
membebani orang tua serta orang sekitarnya. Ketakutan yang dialami beliau ini
berawal dari salah satu temannya yang ditingal oleh ayahnya lebih dahulu,
setelah ditinggal oleh ayahnya beban yang dialami teman saya semakin buruk, dia
semakin tidak menentu hidupnya amburadul pokoknya. Ini semua disebabkan kurang
mandirinya teman saya dan ketergantungan dia kepada kedua orang tuanya sehingga
saat ditinggalpun dia belum siap menerima kenyataan yang ada serta dia cemas
akan kehidupan selanjutnya. Saat itulah beliau memutuskan untuk bekerja agar
beliau tidak bergantung kepada orang tuanya.
Kunci
sukses yang harus digaris bawahi saat saya melakukan wawancara bersama beliau, “berusaha
menyenangkan orang tua itulah yang menjadi kunci kesuksesan sehingga beliau
selalu mendapatkan nilai yang terbaik”. Terharu mendengar apa yang diungkapkan
oleh beliau, sungguh takjub rasanya jika memiliki seorang anak yang seperti
beliau. Kebahagiaan yang dirasakan oleh orang tuanya tidak bisa diungkapkan
oleh kata-kata lagi hanya syukur yang mampu orang tuannya katakan kepadaNya.
Untuk
menu masakan yang beliau sukai yakni gado-gado, meski asalnya dari lamongan
yang memiliki kekhasan soto lamongan namun beliau ternyata penggemar gado-gado
yang memiliki kekhasan di bumbunya. Di malang masih belum ada yang bisa
menyaingi gado-gado selezat di pare. Saat beliau kursus beliau lebih sering
mampir ke warung gado-gado yang rasanya gak ada duanya.
Untuk
kata terakhir dari beliau “Yang bisa membentengi diri ya kita sendiri”, jadi
intinya kita harus bisa menjaga diri kita sendiri dengan kata lain kita harus
bisa memerangi rasa males, rasa ingin memiliki segalanya dll. Itu semua harus
di rem karena tidak akan ada manfaatnya bagi kita kelak.
Beliau
ini sebenarnya orang yang tidak suk bergaul dengan teman sekitarnya, beliau
termasuk bukan orang supel, beliau lebih ke sifat yang kaku , jaim dan gak
supel sama lingkungan sekitar.
Kesan
buat darun nun :
-
Sangat bagus,
hal-hal yang spele harus dipelajari meski dengan diskusi kelompok
-
Alangkah
baiknya ilmu yang didapat segera di share ke yang lain.
-
Belajarlah dari
teman-teman yang ada
0 komentar:
Posting Komentar