Pondok Pesantren Darun Nun Malang
![]() |
Gambar 1.1 Lailatun Nadzifah, sang pebisnis bermetal Baja (dua dari kiri) |
Cita dan cinta tak mengalahkan apa yang tumbuh dan menjadi
rintangan. Bekerja keras semampunya, bergerak melawan arus dalam tungku kegelapan.
Melawan kebinasaan dalam masa kesendirian. Mencetak mental baja tak harus
selalu dengan mengeraskan apa yang menjadikan hati seseorang ikut-ikutan keras.
Namun dengan stagnansi usaha, doa, disertai tekad kesungguhan yang mendalam.
Ialah Lailatun Nadzifah, seorang gadis kelahiran Blitar, 18 Juli
1993. Memulai pendidikan di tingkat SD, SMP, hingga pada taraf Madrasah Aliyah
di kota kelahiranya. Tidak ada yang mampu dimaknai secara mendalam mengenai
makna namanya. “Malam yang bersih”. Atas alasan apa dinamai demikian? Entahlah,
Guru lah yang memberikan pilihan nama tersebut untuk bayi yang terlahir di hari
Jumat dan bertepatan juga selepas shalat jumat. Berharap berkah atas hal yang
demikian.
Masa kecil yang ia lalui begitu menggoreskan kenangan tersendiri.
Penuh tawa, adapula duka. Jika teringat saat – saat bermain di kala masih kecil,
maka seketika ia akan teringat manakala mencuri tanaman seperti mentimun,
beserta jenis buah yang lain menjadi salah satu keisengan bersam teman-temannya
pada masa itu. Aktifitas yang padat namun masih penuh dengan rona kegembiraan,
lantaran ia mampu menghabiskan masa kecilnya untuk bermain layaknya anak kecil
pada umumnya merupakan suatu anugerah tersendiri. Setidaknya, dalam setiap harinya
ia selalu mengakhri pada pukul 14.00 WIB, dilanjut dengan pendidikan diniah
yang usai hingga pukul 15.30. Tak berhenti sampai disitu, rutinitasnya yang
penuh kedekatan dengan tempat yang biasa disebut dengan “langgar” menjadikannya
akrab dengan tempat tersebut. Sampai-sampai tidurpun juga di langgar. Sungguh
tempat yang bersejarah. Benar-benar masa yang penuh dengan kenangan.
Seiring pertumbuhan waktu, cara berfikirpun mulai berkembang hari
demi hari. Kedewasaaan mulai terbentuk, hingga beragam tanggung jawabpun sudah mulai
menanti. Bisnis menjadi salah satu hal yang sangat identik dengan sosok yag
satu ini. Perempuan yang akrab disapa Nadzifah ini memulai karir bisnisnya
sejak berada di bangku sekolah. Bisnis seakan menjadi kecintaannya dan jalan
hidupnya. Bisnis seolah mampu mengubah cara padangnya. Seringkali ia mengikuti
acara pelatihan maupun seminar yang diadakan oleh instansi maupun kalangan
tertentu. Motivasi sukses selalu menjadi tanduk dalam setiap hal yang ditempuh.
Di bangku perkuliahan, ia memulai bekerja pada tahun kedua
perkuliahan, mulai dari bisnis dalam bidang accesories, tas laptop, hingga yang
berjenis jasapun sudah perah ia tekuni. Terjun langsung di dunia bisnis seakan
mampu mengajarkannya dan menjadikannya merasakan jerih payah seseorang dalam
mengais rezeki. Memiliki seorang rekan kerja yang bermental pekerja keras,
tangguh, dan pantang menyerah menjadikannya semakin kuat dalam menciptakan
mental bisnis. Ia begitu kagum dengan rekan kerja yang demikian. Pasalnya, buah
dari keberhasilan serta kerja keras dalam berbisnis mampu menjadikannya mandiri
secara finansial, hingga mampu membiayai kuliahnya sendiri. Lebih dari itu,
rekan kerjanya tersebutpun mampu mengirimkan sejumlah uang sebagai penompang
hidup orang tua. Hal inilah yang menyebabkan Nadzifah begitu terngiang dalam
proses usahanya selama in. Orang lainpun bisa sampai demikian, mengapa saya
tidak?
Senantiasa membumbui dengan
semangat tinggi dan komitmen yang penuh kesungguhan dalam setiap action nyatanya. Berdalih bahwa ia dan
orang-orang di sekitarnya haruslah bebas finansial, ammapu memenuhi kebutuhan, hingga mampu menciptakan dunia
usaha bagi diri sendiri, lebih-lebih bagi orang lain. Tidak hanya stagnan di
bidang bisnis, namun iapun menjajal dunia perpajakan dengan menjadi seorang
yang bergelut di bidang Tax Centre. Disisi lain, bergabung dengan badan
pengelolaan zakat “Elzawa”, menjadikannya semakin memiliki banyak relasi dan
konektivitas yang semakin luas. Tentunya ini menjadi salah satu hal yang amat berarti dalam perjalanan
hidupnya.
Dalam pandangan jangka kedepan, anak pertama dari tiga bersaudara
ini berharap keluarga masih menjadi Best Supporting System dalam karir
dan kehidupannya. Ia bercita - cita pada sustu hari nanti dapat memiliki CV,
sehingga Nadzifah mampu memberdayakan orang disekitarnya yang memiliki potensi
Sumber Daya Manusia (SDM) yang patut untuk dikembangkan. Layaknya sayap yang
selalu beredar, tekadnya diharapkan mampu membantu membinasakan kesengsaraan
orang lain menjadi harapan besar dalam lingkup perekonomian keluarga. Terus
mengedarkan diri dan mencari anak-anak burung yang sedang merangkak, lemah
untuk bisa terbang, hingga akhirnya anak burung mampu terbang bersama dalam roda
kehidupan yang lebih baik. Bergerak dalam rona kebaikan, berinvestasi untuk tujuan
kebaikan yang abadi. Semoga.
Indah Nurnanningsih
0 komentar:
Posting Komentar