Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Amanatul Mubtadiah
Amanatul Mubtadiah
Sebuah
cerita diawali dengan pertemuan dan kesan. Inilah dia salah satu pemberi kesan yang menyenangkan ketika
bertemu dengannya. Di sebuah Pesantren di perumahan Bukit Cemara Tidar tinggalah
seorang gadis yang namanya selalu disebut, menjadi impian setiap wanita muslim
dimanapun berada. Sebuah nama yang memunculkan kata “Aamiin” setiap kali
dikumandangkan, menjadi doa setiap ibu di dunia. Inilah dia seorang gadis
berkulit kuning langsat bersih, bertubuh mungil, dengan sebuah senyum yang tak
pernah lekang. Sebut saja dia Sholikhah, seorang santri putri. Bernama lengkap
Nur Sholikhah, teman-temannya sering memanggil dengan sebutan dek Shol, Likha, atau
panggilan mesra lainnya. Beginilah penampakan kecantikannya.
Sholikhah, terlahir di di bumi
santri, Jombang pada tanggal 13 September 1998. Merupakan anak ke-7 dari
sembilan bersaudara, pasangan bapak Haji Mahmud dan Ibu Juariyah. Ketika bercerita,
sholihah ini memiliki kebiasaan lucu, dia sangat suka sekali menambahi
embel-embel gelar Haji di depan nama ayahnya. Bukan karena sudah berhaji, namun
sebagai perwujudan impian seorang Sholihah. Manis sekali bukan. Selain kepada
ayahnya, Sholikhah juga suka memanggil ibunya dengan sebutan-sebutan mesra
seperti “mama sayang”, “Bunda” atau yang lain. Untuk ukuran orang kampungnya,
keluarga Sholikhah termasuk keluarga yang sederhana yang penuh dengan
kebahagiaan, membuat setiap orang yang melihatnya menjadi iri, ingin memiliki
keluarga sebahagia itu.
Sholikhah
mengenyam pendidikan tingkat dasar sejak usia 3 tahun, di MI Miftahul Ulum
masih sangat muda bukan. Sejak kecil kecerdasannya sudah nampak jelas, terbukti
dengan diraihnya juara harapan saat mengikuti olimpiade IPA tingkat kabupaten
Jombang saat kelas 6. Selain itu, dia juga termasuk 10 besar olimpiade
matematika tingkat kabupaten Jombang. Pendidikan menengah pertamanya dilanjutkan
di MTs Darul Ulum, dan tingkat menengah atas dilalui di MA Al Hikam Diwek. Tidak
berbeda dengan sebelumnya, pada tingkat MA inilah prestasi Sholikhah semakin
melambung. Tercatat dengan diraihnya juara 1 olimpiade ekonomi, sehingga
membuatnya terpilih mewakili kabupaten untuk berkiprah di kancah provinsi. Meskipun
tidak membawa pulang medali emas, namun namanya tercatat sebagai terbaik ke-28
dari 120 peserta dari seluruh daerah Jawa Timur.
Kepandaian,
kecerdasan, serta perangai yang baik dan menyenangkan membuat Sholikhah disukai
semua teman dan guru-gurunya. Meskipun dengan keterbatasan ekonomi tak
menyurutkan niatnya untuk menimba ilmu ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan perjuangan
yang tidak mudah untuk meyakinkan kedua orangtua, para guru memberikan dukungan
yang kuat untuk dirinya. Melalui jalur beasiswa Bidikmisi, Sholikhah berjuang
dengan keyakinan yang teguh. Dia menjadi satu-satunya siswa dari MA Al Hikam yang
mampu diterima di Universitas Negeri Malang dengan jurusan Ekonomi Pembangunan.
Sempat
ada titik dimana kedua orangtuanya sedikit pesimis, karena keadaan yang tidak
memungkinkan. Namun bersyukur sekali, dukungan para guru membuat orangtuanya
yakin seyakin-yakinnya. Ada sebuah cerita ketika kelulusan, seluruh siswa lain
harus lunas membayar biaya Ujian Nasional untuk membawa pulang ijazah. Namun tidak
dengan Sholikhah, karena terdesak dengan berkas-berkas yang harus dipenuhi
untuk beasiswa, guru-guru memutuskan untuk menangguhkan segala beban pembiayaan
sekolah. Sungguh luar biasa sekali, yang penulis ingat ketika Sholikhah
bercerita tentang hal ini, nada suaranya bergetar seakan tak mampu mengungkap
betapa hormat dan terimakasihnya pada guru-guru di kota seberang sana.
Kami
memiliki seorang ustad yang juga berperan sebagai guru di sekolah asal
Sholikhah, ustadz Izzudin namanya. Beliaulah yang memberikan informasi tempat
tinggal terbaik di malang, di Pesantren Darun Nun. Cerita tak berhenti sampai disini, ketika
awal masuk kuliah seorang Sholikhah tak memiliki sedikitpun uang saku untuk
kehidupan sehari-hari. Kali ini peran seorang guru kembali meyakinkan dirinya
bahwa semua dapat dilalui dengan baik. Guru-guru disekolahnya mengumpulkan uang
secara swadaya demi memberi uang saku untuk Sholikhah, demi keberlangsungan
kehidupannya di kota perantauan.
Jika
ditanya siapakah guru yang paling kamu kagumi dan kamu jadikan inspirasi? Dengan
mantab gadis manis ini pasti langsung menjawab, Bu Ika. Sama seperti nama
panggilannya dirumah, Ika. Beliau adalah salah seorang inspirator hebat, selain
sebagai guru agama, bu Ika juga menjabat sebagai kepala sekolah yang memiliki
sosok tegar, kuat, pantang menyerah, positif thinking, tak peduli seberapa
kejamnya dunia, beliau akan terus maju demi anak-anaknya. Bagaimana Sholikhah
tidak tumbuh menjadi sosok yang berani dan megagumkan? Inilah jawabannya,
karena dia memiliki guru-guru dan orangtua yang luar biasa hebat.
Gadis
ini memiliki cita-cita yang luhur, tidak terlalu muluk-muluk tapi layak untuk
diperjuangkan. Salah satu diantara banyak impiannya adalah mencerdaskan
generasi muda warga di kampungnya dengan cara membuat lembaga bimbingan
belajar, gratis tentunya. Sasarannya selain anak yang masih sekolah, diharapkan
warga yang ingin belajar berbagai bentuk pengembangan diri dapat tertolong. Yang
terpenting baginya adalah bagaimana keberadaannya dapat bermanfaat dengan membangun
masyarakat di sekitarnya, itulah sebabnya dia memilih jurusan ekonomi
pembangunan di Universitas Negeri Malang.
Secara
pribadi, penulis mengenal sosok Sholihah ini adalah pribadi yang sangat baik,
pendiam, dalam artian tidak akan berbicara sesuatu yang menyakitkan orang-orang
disekitarnya, ramah terhadap siapapun, dan malas mecampuri urusan orang lain. Sesuai
dengan namanya ‘Sholikhah’, Sholikhah pula pribadinya. Gadis ini sangat suka
terhadap kucing, bahkan dia memiliki 9 ekor kucing dirumahnya. Hal yang paling
disukainya adalah membaca, apapun. Beberapa waktu lalu pihak Pesantren mulai
berlangganan koran pagi, siapa pembaca setianya? Jawabannya adalah Sholikhah. Bagaimana
tidak, setiap pagi dia adalah makhluk
pertama yang sibuk membuka lembar demi lembar koran pagi, sampai habis, sampai
puas.
Penyuka
warna hijau, biru dan ungu ini saat ini sedang aktif belajar di Universitas
Negeri Malang, semester 3 dengan jurusan Ekonomi Pembangunan. Selain eksis di
dunia perkuliahan, dia juga aktif berkarya bersama para santri di PP. Darun
Nun. Salah satu tulisannya yang telah terbit berjudul “Bolehkah Aku Memiliki
Cinta?” di buku antologi bertajuk “Jodohku Bersabarlah”.
Ingin lebih mengenal
kepribadiannya, kalian bisa hubungi e-mail berikut:
nursholikhah99@yahoo.com, atau akun Facebook
Nur Sholikhah
0 komentar:
Posting Komentar