Oleh : Dyah Ayu Fitriana
Yah itulah yang melandasi keberanian kami untuk melakukan PKL
“Anti Mainstream”. Seperti kata Bong Chandra, salah satu motivator sukses
termuda di Indonesia, Uang dapat dicari namun, peluang? Tiada pernah kembali.
Maka dari itu, kami ber-14 yang terdiri dari mahasiswa PAI, P.IPS dan PGMI
membulatkan tekad untuk berangkat praktik mengajar di negeri jiran Malaysia.
Persiapan kami dimulai sejak akhir desember, maklum lah untuk ke
luar negeri ada beberapa prosedur yang memang harus diikuti. Mulai dari membuat
passport, membuat perizinan ke kedutaan dan sekolah, memesan tiket dan juga
persiapan mental dan skill yang akan digunakan di sana. Hal yang sesungguhnya
agak ribet tapi dengan niat yang membaja dan keingina yang tertancap kuat,
kesulitan itu hanya terasa seperti batu kerikil kecil di jalanan lurus menuju
tempat yang diimpikan.
Dan finnaly, 31 januari menjadi tanggal special keberangkatan
kami menuju kuala lumpur. Sekolah Kebangsaan Indonesia Kuala Lumpur dan Sekolah
Titiwangsa akan menjadi saksi pengabdian dan perjuangan kami untuk belajar
menjadi pendidik terbaik, seperti Nabi Muhammad yang selalu mengajar dengan
menyenangkan, seperti diponegoro yang mengajar dengan baktinya. Harapan besar
kami dan pengalaman besar kami akan di mulai hari ini.
31 January 2016
Kami berkumpul di kos oliv sambil menunggu teman-teman yang
belum datang. Karena pemberangkatan pesawat pukul 6.00 maka sejak malam kami
sudah berkumpul. Jam 02.00 tepat, tiga mobil avanza mendatangi kami dan segera
membawa kami menuju Surabaya airport. Sebelum itu tak lupa kami berdoa bersama
agar perjalanan kami lancar. Semangat terus berkobar, doa pun terus digencar,
walau dosen satupun tak ada yang antar. Hehe.
Sampai di Djuanda International Airport, ternyata masih pukul
04.00 WIB pagi. Masih sangat pagi. Kami sempat duduk bergerombol dan bercerita,
yah maklum kami semua baru saling kenal beberapa minggu yang lalu. Sakig
lamanya menunggu kami banyak yang tertidur di sembarang tempat. Ketika airport
di buka segera saja kami menyerbu dan mulai check in. Alhamdulillah fahmi bisa
segera ikut check in walau sebelumnya ada beberapa masalah yang terjadi dengan
tiket fahmi.
Pagi itu akhirnya pukul 06.30 kami telah terbang ke negeri
jiran. Untung saja saya berada di samping jendela sehingga sangat menyenangkan
bisa melihat indahnya negeri bawah dan negeri langit. Saya jadi sadar betapa
kecilnya semua bangunan yang menjulang dan bumi serta kekayaannya yang
diperebutkan. Apalagi saya, hanyalah seorang yang kecil yang tak pantas untuk
menyombongkan diri.
Pesawat semakin turun dan turun lagi. Awan yang putih sudah
digantikan dengan indahnya bumi Malaysia. Kami sampai KLIA2 dan disambut oleh
teman kami, alfan. Serta seorang yang sangat berjasa nantinya, Bapak Budi ketua
TU sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Senang sekali, walau sebelumnya kami harus
putar-putar airport yang sangat besar dan megah ini. Sebelum melaju kami
menyempatkan diri berfoto ria dan juga membeli kartu Digi untuk aktif internet.
Cuaca di Malaysia, jangan Tanya. Di sana sangat panas. Lebih
panas dari Indonesia tentunya. Jalanan TOL yang mulus dan sangat luas menambah
panasnya cuaca. Nyesel juga tak bawa kacamata hitam. Tapi panas itu segera tak
terasa karena pak budi mengajak kita mampir di warung makan. Duh senangnya.
Kami ditraktir makan nasi lemak oleh beliau. Nasi khas Malaysia, yang walau
tanpa lauk, dia masih terasa gurih. Semacam nasi uduk lah kalau di Indonesia.
Perut sudah terisi, maka tak heran jika dalam perjalanan
seharusnya kami mengantuk. Tapi tidak kali itu. kenapa? Karena dalam perjalanan
airport-sekolah, kami disuguhkan oleh keindahan dan kemewahan Kuala Lumpur,
dengan gedung-gedungnya yang menjulang tinggi, dan taman-taman yang tertata
rapi. Apalagi melihat Twin Tower yang pertama kali, Firda dan Irma sangat
histeris sekali. Mereka berkata “Ini yang ada dalam mimpi, ini beneran kan di
depan mata?” hehe iya beneran.
Sampai di SIKL kami semua tumbang. Akhirnya istirahat dan tidur
siang dulu. Di sini waktu berbeda dengan di jawa timur, sehingga harus
menyesuaikan dengan keadaan. Pukul 3 kami siap berangkat. Tak tahu tujuan ke
mana, yah paling-paling Cuma jalan dikit. Eh ternyata jalan ke tempat-tempat
yang wow. Kami semua jadi menyesal pakaian yang kami kenakan tidak nge hits.
Alias pakaian yang dipakai sejak dari Indonesia.
Perjalanan pertama ke Patung yang sagat besar. Patung besar berwarna kuning menyambut siapa
saja yang datang ke gua kapur di distrik Gombak, Selangor, Malaysia. Patung
besar itu perwujudan Dewa Murugan yang memegang tombak di tangan kanan. Siapa
Dewa Murugan ? Dewa Hindu yang menjadi sesembahan kebanyakan orang India Tamil,
digambarkan dalam paras muda dan berkendara burung merak. Ia disembah karena
dipercaya sebagai pelindung negeri Tamil. Dewa Murugan yang juga memiliki
banyak nama lain yaitu Muruga, Kumara, Shanmukha, Skanda dan Subramaniam,
memiliki tempat tersendiri di masyarakat Hindu, hingga sebuah gua kapur
dipersembahkan sebagai lokasi pemujaan. Yup Batu cave. Ini adalah tempat peribadatan orang india. Di
sana ada patung yang sangat besar yang dinamakan Dewa Muruga di atas bukit yang
memiliki 200-an tangga tersebut, ada kuil yang digunakan untuk sembahyang. Nah
ada sesuatu yang unik yang kami temui di sini. Kami datang di waktu yang bisa
dibilang sangat tepat untuk observasi, namun sangat tidak tepat untuk rekreasi
hehe. Saat itu ada perayaan hari besar Taipusam dimana orang-orang india
malaysia akan berkumpul dan melakukan ibadah. Acara besar ini menjadi sebuah
peluang bagi para penjual-penjual india. Jadi bayangkan saja masuk batu cave
waktu itu, di semua penjuru ada orang india, jalan-jalan di penuhi dengan
berbagai macam jualan, dari manisan, makanan bert, kaset lagu-lagu india, baju
sari dan perhiasan, sampai berbagai macam minum-minuman. Sudah kebayang
bagaimana bisingnya, dan asal tahu saja, makanan india itu baunya wangi rempah
khas. Di campur dengan bau dupa, lengkap sudah penderitaan kami para pemula di
sini. Namun semua terhibur karena kami bisa berfoto ria dengan demua
teman-teman di depan patung batu besar itu.
Bangunan yang tak kalah besarnya, dengan ketinggian yang sangat
menjulang 452 meter, dan menjadi icon Negara Malaysia yakni Twin tower
petronas. Awalnya daerah ini merupakan lapangan lus yang dibuat untuk pacuan
kuda. Lalu disulap oleh pemerintah yang bekerjasama dengan para arsitek dan
pembangun. Menara ini dirancang oleh Adamson
Associates Architects, Kanada bersama
dengan Cesar Pelli dari Cesar Pelli of Cesar Pelli & Associates Architects
Amerika serikat yang selesai dibangun setinggi 88 lantai pada 1998 dengan
desain Interior yang merefleksikan budaya Islam yang mengakar di Malaysia.
Ketika kami datang dengan kereta bawah
tanah yang super cepat itu, kami disambut oleh megahnya mall suria KLCC.
Didukung dengan adanya event Chinese new year yang menjadikan berbagai ornament
cantik dan megah dipasang di dalam maupun luar mall. Sampai diluar suguhan
sangat indah dan memesona oleh tarian air mancur KLCC. Benar-benar sangat
menakjubkan dengan lagu habibi ya nurul ain. Setelah puas melihat, kami pergi
ke atas jembatan yang bisa membuat foto kami jelas di depan menara kembar
petronas.
Ada
kejadian lucu ketika naik MRT ketika itu kita beli token (tiket berbentuk
bundar) setelah itu kita naik MRT ketika itu MRT sudah akan berangkat jadi kita
lari buru-buru agar tidak terlambat tertutup. Padahal setelah 1 berangkat masih
banyak MRT lain hehe. Setelah pada ada beberapa yang tertinggal keburu ketutup
jadilah mereka yang tertinggal itu naik MRT setelah kami. Untung ada fahmi yang
sudah pernah ke sini kalau tidak, wah gak tau mereka bagaimana. Setelah sampai
sekolah kami segera beristirahat. Malam itu, surau SIKL menjadi teman hangat
kami, bersyukur sekali bisa menghabiskan hari pertama dengan sangat
menyenangkan. Segera kami mandi dan memejamkan mata untuk menikmati mimpi indah
sisa-sisa perjalanan seharian.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar