Oleh : Dyah Ayu Fitriana
Permasalahan
Generasi Muda Indonesia
Indonesia dirundung duka. Beberapa waktu terakhir banyak berita
bermunculan tentang kekerasan dan tindak asusila yang dilakukan oleh para pelajar
muda. Siswa-siswa SMP, SMA bahkan SD beberapa diantaranya tercatat dalam tindak
penyimpangan moral maupun kekerasan. Namun bukan menemukan solusi, pelanggaran
tersebut hanya menjadi wacana dan tranding topic sebentar saja dan hilang
seiring munculnya berita hangat lain.
Permasalahan tersebut menyebabkan dilema besar terjadi di
masyarakat, dimana pelajar yang
diharapkan menjadi percontohan di masyarakat justru memberikan kesan
tidak terdidik lantaran tindakan-tindakan menyimpang yang dilakukan. Lalu
dimanakah letak kekurangan system pendidikan yang diterapkan di indonesia?
Dilema
Pendidikan
Pendidikan yang baik tidak hanya
bertitik pada kecerdasan akademik saja. Beberapa Negara besar dunia memilih
memasukkan anak-anaknya ke camp yang bisa menambah kepekaan emosional dan moral
anak, juga tingkat kreativitas yang sangat penting untuk kehidupannya. Salah
satu contoh yakni Supercamp yang diprakarsai Bobby D’Potter. Peningkatan
kepekaan emosional seperti bertambah sayangnya terhadap keluarga dan teman,
serta memiliki semangat juang tinggi dalam sekolah dan berbisnis menjadi salah
satu hasil yang ingin dibidik oleh para orang tua.
Mengacu dengan supercamp,
indonesia sesungguhnya telah memiliki system serupa bahkan sejak ratusan tahun
silam yakni sistem pendidikan pesantren. Pendidikan pesantren memasuki abad
ke-20 semakin berkembang. Jika dahulu pelajaran yang diampu hanya ilmu agama
beserta ilmu bahasa arab, maka sekarang beberapa pesantren telah berinovasi
dengan menambah ilmu-ilmu lain dalam kurikulumnya. Disamping itu pendidikan
moral dan karakter yang dibentuk lewat kebiasaan sehari-hari ditambah
pembelajaran agama di kelas menjadi bekal para santri (pelajar di pondok) dalam
menjalani kehidupan nyata.
Pesantren Sebagai
Pembentuk Pemuda Berkualitas
Misi besar Indonesia untuk memperbaiki karakter bangsa
sesungguhnya sudah tercakup dalam Kurikulum 2013. Terbukti dengan adanya
perubahan dalam segi aspek proses pembelajaran dan juga evaluasi. Evaluasi
dengan penilaian autentik mengharuskan siswa siap untuk dinilai kejujuran,
kesopanan dan banyak aspek moral lain. Tetapi ternyata sekedar pembelajaran di
kelas saja tidak cukup. Untuk itu salah satu solusi yang dapat diterapkan
adalah menitipkan anak-anak dan siswa-siswanya di Pondok Pesantren.
Alasan utama mengapa pondok pesantren menjadi solusi bagi
pembentukan pemuda berkualitas yakni pemanfaatan waktu yang sangat efisien di
lingkungan pesantren. Membiarkan anak berada dalam waktu luang yang
tersia-siakan sama saja dengan membuka pintu lebar-lebar untuk berbuat hal-hal
negative. Untuk itu persiapan matang perlu dilakukan oleh pesantren.
Ada beberapa kriteria yang dapat dipersiapkan oleh pesantren.
Mengingat pesantren akan menjadi wadah bagi berkembangtumbuhnya pemuda-pemuda
berkualitas tinggi, maka kegiatan dan program yang ada di dalamnya pun harus
mencakup banyak tujuan kompetensi. Beberapa diantaranya yakni pembenahan moral
dan pendalaman keagamaan, pembelajaran kepemimpinan, penguatan
entrepreneurship, dan pemantapan professionalitas.
1. Pembenahan
moral dan pendalaman keagamaan
Sudah
semenjak puluhan tahun lamanya pesantren memiliki sumbangsih dan andil yang
besar dalam menciptakan masyarakat berkualitas tinggi. Murid-murid Hadratus
Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dari pesantren tebu ireng contohnya, banyak diantar
muridnya saat ini telah menjadi para ulama besar yang juga berhasil membina
pesantren-pesantren besar sepertihalnya Pesantren Lirboyo Kediri.
Pesantren
yang dibutuhkan untuk menuntaskan misi saat ini yakni yang mengedepankan pembelajaran
agama dan akhlak sebagai pondasinya. Pembelajaran ini tentunya tidak hanya
dikaji di dalam kelas dan dijadikan wacana saja seperti di kampus-kampus pada
umumnya. Namun pembelajaran diterapkan setiap hari dalam hal-hal kecil dengn
dibuatnya peraturan-peraturan pondok. Disamping itu teladan yang diberikan oleh
sang kyai, dengan rendah hati, sopan santun, sabar, jujur dan penuh dengan
kasih sayang akan melekat di hati para pembelajar dan dibawa ke dalam
perjalanan kehidupannya sendiri.
2. Pembelajaran
kepemimpinan
Leadership
adalah skill yang diidamkan setiap orang. Banyak diantara persyaratan penerima
beasiswa, peserta didik baru dan pekerja yang menuntut adanya skill tersebut.
Beberapa orang bahkan menghabiskan puluhan juta untuk mengikuti pelatihan
kepemimpinan dengan coach-coach terkenal.
Pesantren
seyogyanga memberikan kesempatan bagi para santrinya untuk belajar memimpin.
Karena nanti para pemuda tersebut akan menjadi pemikul nama besar bangsa
Indonesia. Ada beberapa hal yang dapat diterapkan contohnya dengan mengadakan
kepengurusan pesantren, membuat acara-acara yang memberi kesempatan santri
untuk meng-handle-nya, dan menerjunkan santrinya untuk mengabdi di
masyarakat untuk membawa perubahan yang baik.
3. Penguatan
Entrepreneurship
Sudah banyak
contoh pesantren yang berhasil mengembangkan entrepreneurship salah satunya
yakni pesantren Sunan Drajat Lamongan yang diprakarsai oleh Prof. KH. Abdul
Ghofur. Tidak tanggung-tanggung pesantren ini bahkan menghidupkan sektor jual
beli di beberapa desa sekitar, memberikan lapangan pekerjaan pada sekitar 1000
masyarakat kanan kiri pondok. Usaha yang dimiliki pun beragam dari pembuatan
pupuk, penjualan air mineral, perkebunan sampai peternakan. Santri yang tinggal
diberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk belajar bisnis dengan terjun
langsung.
Indonesia
membutuhkan banyak pengusaha untuk mewujudkan pembangunan. Bahkan sesungguhnya
tidak perlu semua membuat bisnis, namun jika semua menerapkan prinsip dan nilai
entrepreneurship mereka akan menjadi para pekerja, pegawai yang berintegritas
tinggi yang tidak mudah menyerah, kreatif, visioner dan siap untuk bekerja
keras memberikan sumbangsih terbaik tanpa banyak komplen.
4. Pengembangan
Soft Skill
Ilmu pendidikan mengajarkan bahwa setiap anak adalah unik dan
memiliki kelebihan yang berbeda dari orang lain. Multiple intelligence
menegaskan ada tujuh kecerdasan yang berbeda yakni kecerdasan logic, music,
visual, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan bahasa. Ketujuh
kecerdasan ini menjadi dasar untuk tidak menuntut anak pandi dibisang akademik
atau matematis. Karena biasanya mereka memiliki kecenderungan ke arah
kecerdasan lain yang bila diasah akan melebihi kemampuan orang pada umumnya.
Untuk memfasilitasi potensi dan mengembangkan bakat tersembunyi
anak pesantren bisa menerapkan kurikulum yang berbeda dengan biasanya. Misalnya
saja dengan hal simple membuat berbagai ekstrakurikuler penunjang. Atau dengan
membuat kelas-kelas khusus sehingga siswa-siswa tidak perlu mengikuti pelajaran
yang bukan bidangnya, tetapi menekuni apa hobi dan potensinya. Dengan begitu
kreatifitas akan muncul dan kepercayaan diri akan semakin berkembang. Jadilah
mereka remaja yang tidak hanya stress karena tuntutan pandai akademik yang
tidak dimiliki, namun mereka akan produktif dalam bidangnya serta memberikan
sumbangsih positif pada masyarakat sekitarnya.
Beberapa
point tersebut merupakan solusi untuk pengembangan pesantren yang dirasa cocok
demi mmbenahi kualitas para pemuda calon pemimpin bangsa. Jika hal itu terwujud
maka tidak aka nada lagi orang pandai yang berkorupsi atau pemimpin yang lalai
akan tanggungjawabnya.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar