
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Oleh: Ninis Nofelia
Keberadaan pesantren senantiasa eksis dalam memberikan sumbangsih
di dunia pendidikan di Indonesia. Khususnya di bidang agama. Hal ini menjadi
basis dan warna tersendiri bahwa kehadirannya diharapkan mampu menuntun para santri
di dalamnya untuk menjadi sebaik-baiknya insan yang orentasi terbesarnya adalah
akhirat. Sehingga sebagaimana yang banyak dikenal masyarakat pada umumnya, pesantren
merupakan tempat pendidikan agama yang sangat kental akan tradisi yang pusat
pembelajarannya dipegang oleh satu tokoh yang dituakan ilmunya lagi karismatik,
yakni Sang Kiai. Sejarah pernah mencatat bahwa dunia pondok pesantren sangat
menghindari budaya koloni, seperti mempelajari ilmu umum yang dirasa tak begitu
urgen untuk dijadikan bekal hidup, sehingga banyak pesantren yang masih
mempertahankan kesalafannya hingga kini. Menghindari ilmu-ilmu umum dan
teknologi yang dikhawatirkan akan menjadi sumber kontaminasi untuk ilmu agama
yang sudah diperoleh. Hal ini menimbulkan kesan dikotomi keilmuan.
Menengok para ulama terdahulu yang alim terhadap ilmu agama juga
keilmuan sains rasanya patut dijadikan sumber rujukan. Siapa yang tak kenal Ibnu
Sina. Beliau faqih dalam ilmu Al-Quran, hadis, fiqih namun juga tak sekedar
paham ilmu kedokteran bahkan menghasilkan karya yang sangat fenomenal,
berkontribusi besar dalam dunia kedokteran. Al-Khawarizmi seorang saintis dalam
bidang aljabar yang menemukan angka nol, yang sangat berkontribusi dalam
berbagai bidang terutama rekayasa mesin dan komputer. Beliau faqih dalam agama
juga sains. Beliau semua adalah bukti kejayaan Islam yang gemilang.
Berdasarkan sejarah gemilang tersebut seyogyanya bisa dijadikan
semangat tersendiri bagi para santri yang mengenyam pendidikan di pesantren. Sehingga
rasanya pihak pesantren perlu menciptakan atmosfer baru dilingkungannya, tanpa
meninggalkan warna khas pesantren.
Mengaji Al-Quran dan menerapkannya dalam penelitian sains rasanya
akan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi bagi santri. Sehingga lahirlah
kreatifitas untuk melanjutkan keingintahuannya untuk mencipta karya yang
bermanfaat. Sedang ilmu akhlak yang diperoleh di pesantren mampu menjadi
pengendali agar ia mampu berakhlak terhadap dirinya dan juga sumber daya alam
yang ia fungsikan. Kemudian diharapkan temuan serta teknologi yang
dihasilkannya mampu menambah kemasahatan ummat.
Pesantren yang melahirkan ulama yang saintis diharapkan mampu
merealisasikan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini, yakni menjadi
kholifah yang memakmurkan bumi yang kita tempati.
Wallahualam bisshowwab
Wallahualam bisshowwab
0 komentar:
Posting Komentar