Oleh: Nilatul Mufarrihah
Dalam sejarah perjalanan Indonesia, pesantren memiliki
peran yang sangat besar dalam khazanah perkembanggan peradaban masyarakat Indonesia.
Pesantren telah memainkan peran penting dalam proses perbaikan moral kehidupan bangsa
melalui system pendidikan formal maupun informal. Pesantren memiliki kelebihan
yang tidak dimiliki lembaga pendidikan lain. Kelebihan tersebut terletak pada
sosok kyai. Ia tidak hanya dikenal sebagai guru, namun sekaligus sebagai
seorang figur dan tokoh dengan sebutan kiai atau ulama yang disematkan padanya.
Beliau para kyai memiliki komitmen tersendiri untuk melakukan gerakan
transformasi sosial dengan pendekatan keagamaan. Salah satunya adalah pendirian
lembaga pendidikan yang merupakan ciri khas dari pondok pesantren yang
merupakan transformasi sosial keagamaan para ulama. Hal
ini menandakan peran
penting mereka dalam pembanggunan sosial secara umum melalui media pendidikan.
Seiring dengan bergeraknya waktu, penyelenggaraan
pendidikan dibeberapa pesantren menggalami perkembangan dan inovasi pada aspek manajemen, organisasi, dan administrasi penggelolan keuanggan. Perkembanggan
ini dimulai dari perubahan pola kepemimpinan di pesantren yang mulanya
karismatik ke rasionalistik.
Perkembangan dan inovasi pola kepemimpinan dan
tata kelola lembaga pesantren dapat di lihat dari banyak pesantren yang sudah
membentuk badan pengurus harian sebagai lembaga payung yang khusus mengelola
dan menanggani kegiatan-kegiatan pesantren. Misalnya pendidikan formal,
diniyah, penggajian majelis ta’lim, kepenulisan, kerumah tanggaan, dan
kehumasan yang diatur sedemikian rupa
dan rapi. Pada tipe pesantren ini pembagian kerja antara unit sudah perjalan
denggan baik, meskipun tetap saja kyai memiliki pengaruh yang kuat. setidaknya
sudah terjadi distribusi wewenang dalam konteks manajemen modern.
Menuju pesantren lebih maju
dengan konsep manajemen.
Dalam banyak tempat, Pondok pesantren
menerapkan pola manajemen yang berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan,
keiklasan, dan kesukarelaan sebagai pengabdian. Konsep tersebut menjiwai hampir
semua aktifitas pada pondok pesantren. Namun, konsep tersebut pada era
globalisasi saat ini memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi dengan
kemampuan manajemen yang kurang memadai.
Implementasi Konsep manajemen yang
dikembangkan pada pondok pesantren tersebut harus lebih terbuka terhadap
perubahan yang serba cepat di era global saat ini. Oleh karena itu idealisme”lillahi
ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan profesionalisme yang memadai,
sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang ideal dan utuh yaitu idealisme-profesionalisme. Dengan
kombinasi konsep manajemen yang ideal tersebut diharapkan akan tetap dapat
mempertahankan eksistensi pondok pesantren, serta dapat menigkatkan daya
kompetitif pesantren di era global saat ini.
Sekilas Tentang Konsep
Manjaemen
Konsep
manajemen dapat diterapkan di suatu lembaga apapun dengan tujuan tata kelola
yang lebih baik. Setidaknya, ada empat komponen penting yang harus di pahami sebagai
pilar dalam konsep Manajemen. Yakni, Planning,
Organizing, Actuating, dan Controlling yang disingkat menjadi POAC. Konsep
tersebut sudah banyak diimplementasi oleh organisasi baik skala kecil maupun skala
besar yang tujuannya adalah untuk mengembangkan serta mengelola organisasi tersebut
dengan lebih baik.Empat komponen yang dimaksud dapat di uraikan sebagai
berikut:
1.
Planning (perencanaan)
Planning merujuk pada tujuan organisasi,
dalam suaha pencapaian tujuan tersebut dibutuhkan strategi dan pengembangan
rencana aktivitas kerja dalam sebuah organisasi. Perencanaan memiliki nilai
urgensi yang tinggi dalam segala bentuk fungsi Manajemen, sebab, tanpa adanya
perencanaan yang matang dan baik, semua fungsi-fungsi lainnya akan menemui
hambatan tanpa mendapat bagaimana cara penyelesaiannya.
2.
Organizing (pengorganisasian)
Fungsi kedua dalam manajemen
adalah Pengorganisasian. Tahap ini dapat dimaknai sebagai proses kegiatan penyususnan
struktur organisasi sesuai dengan tujuan, sumber-sumber dan lingkungannya. Pengorganisasian
juga menjadi urgen untuk meraih tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
3.
Actuating (tindakan atau pelaksanaan)
Tahap ketiga ini sudah masuk
pada pelaksanaan dengan mengusahakan agar perencanaan dan tujuan yang telah
direncanakan sedemikian rupa dapat terwujud dengan baik. Walaupun Perencanaan
dan pengorganisasian dikemas sebaik-baiknya namun tanpa diiringi dengan
pelaksanaan, maka sebuah rencana dan pengorganisasian menjadi sia-sia.
4.
Controlling (Pengawasan)
Seluruh kegiatan mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan suatu kegiatan biasa tidak
maksimal tanpa adanya pengawasan. Pengawasan atau controlling dapat diartikan
sebagai pengamatan, penentuan standar yang akan diwujudkan, menilai kinerja
pelaksanaan, dan jika diperlukan mengambil tindakan korektif, sehingga
pelaksanaan dapat berjalan dengan semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan
teretentu sesuai apa yang sudah direncakanan
Implementasi
Konsep Manajemen Pada Pesantren
Secara sederhana,
manajemen dapat di urai dalam empat hal yakni Planning, Organizing, Actuating,
dan Controlling. Empat hal tersebut dapat di implementasi dalam suatu wadah
tertentu termasuk pesantren.
Pertama, perencanaan
(Planning). Pada tahap awal ini pesantren harus menentukan
visi dan misi pesantren. Sebab dua hal tersebut akan menjadi spirit dan ruh
yang di jabarkan dalam bentuk kegiatan atau program-program yang akan
direncanakan.
Contoh Visi :
menjadikan pesantren sebagai wadah dalam mencetak santri yang bertaqwa,
berakhlakul karimah dan bersaing di era modern
Contoh Misi :
mewujudkan dan membekali para santri dengan pengetahuan dan wawasan keislaman
guna meningkatkan ketaqwaan, serta menanamkan perilaku sopan santun.
Dalam
perencanaan tersebut harus di rencanakan mengenai standart dan indikator dan
keberhasilan pesantren yang ingin dicapai. Serta strategi dan taktik apa yang
harus dilaksanakan untuk diterapkan di pesantren baik dari segi rekrutment
sampai pada lulusannya.
Kedua, pengorganisasian (organizing), pada tahap ini berhubungan
dengan bagaimana strategi yang telah dirumuskan di perencanaan dapat didesain
dalam sebuah struktur organisasi yang tangguh, sehingga semua pihak dalam
organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan dengan
baik.
Agar seluruh aktifitas di pesantren
dapat terorganisir dengan baik, maka sangat dibutuhkan struktur dalam
pengelolaannya guna pembagian tugas dan peran sesuai kemampuan dan posisi
masing-masing. Misalnya, dibuat struktur paling sederhana mulai dari ketua/pengasuh
yang dinahkodai para kyai, kemudian dibentuklah bidang-bidang seperti bidang
keamanan dan ketertiban yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban para
santri, bidang keuangan yang mengurusi keluar masuknya uang termasuk
pengelolaannya, bidang kesekretariatan yang membidangi urusan surat menyurat,
administrasi, pendaftaran santri baru termasuk pendataan santri masuk dan
keluar begetu pula pembuatan arsip alumni dari tahun ke tahun, bidang
peningkatan kapasitas dan keahlian santri, bidang pengajian atau ta’lim, bidang
kepenulisan dan lain ya. Apabila dalam satu bidang menangani banyak, jika
diperlukan maka buatlah tambahan bidang menjadi sub bidang dari bidang yang sudah
ada. Misalnya bidang pengajian maka dapat ditambahi dengan sub bidang pengajian
ibu-ibu warga sekitar, sub bidang pengajian fatayat dan lain-lain.
Ketiga, pelaksanaan (Actuating),
serangkaian rencana yang matang kemudian didukung dengan struktur yang disusun
oleh pesantren akan menjadi sia-sia saja tanpa adanya tindakan apapun. Oleh sebab
itu pelaksanaan menjadi urgen untuk mewujudkan visi dan misi pesantren.
Dalam proses pelaksanaan, sosok
pemimpin sangat diperlukan dalam memandu setiap aktivitas yang sedang
berlangsung. Namun demikian setiap orang memiliki pola kepemimpinan yang unik,
ada yang dengan gaya kepimpinan karismatik, situasional, konservatif dan
lain-lain. Terlepas dari semua ragam model kepemimpinan, sosok pemimpin sangat
di butuhkan dalam menahkodai dan mengarahkan setiap aktifitas kepesantrenan
dengan penuh kebijaksanaan.
Seorang pemimpin dalam hal ini
adalah pengasuh pesantren (kyai) atau ketua
pondok di perlukan secara langsung untuk memberikan bimbingan dan
motivasi sesuai kebijakan yang diberikan pada bidang-bidang untuk menjalankan
tugasnya secara efektif dan efisien.
Keempat, pengawasan (controlling).
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang terakhir. Pada konteks
ini setiap komponen perlu untuk melakukan evaluasi bidang-bidangnya termasuk
top leader mengenai target capaian dan standart waktu yang telah ditetapkan
pada awal tahap perencanaan pengelolaan pesantren. Apakah semua komponen sudah
melakukan tugasnya sesuai visi misi dan standart waktu yang telah
ditentukan.lalu seberapa besar tingkat kemajuan dan perkembangan serta kualitas
dan kuantitas para santri, begetu pula dengan tingkat ketertiban di pesantren
termasuk hubungan pesantren dengan masyarakat sekitar. Pada saat itulah seorang
kyai sebagai top leader perlu melakukan tindakan korektif untuk mengatasi
segala kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan menimpa pesantren yang ia
pimpin. Sehingga dengan demikian seorang top leader biasa mengambil sikap untuk
mengantisipasi hal-hal yang dapat merugikan pesantren.
0 komentar:
Posting Komentar