Oleh
Nur Sholikhah
Seorang penulis terkemuka yang bernama Abduttawwab Yusuf pernah
menuturkan ,
“Suatu ketika
saya menjumpai cucu-cucu saya di Kairo dengan membawa bungkusan hadiah.Merekapun menyambut saya dengan meriah dan bertepuk tangan.Lalu mereka membuka bungkusan hadiah tersebut yang ternyata di dalamnya berisi sebuah kue
besar dari jenis manisan yang dihias begitu
indah dan menarik.Hal ini membuat mereka sangat antusias dan berusaha mendapatkan bagiannya, kecuali seorang anak yang hidup dan besar di Kanada.Ia tidak
berusaha mendapatkannya ,tetapi justru malah menghindar.Ketika sang kakek menyodorkan sepotong kue itu kepadanya, ia menolak dan berkata, ‘saya
tidak menginginkan kue manisan ,tetapi yang saya inginkan adalah buku.’”
Kisah ini
memberikan makna bahwa anak tersebut meminta buku karena ia ingin selalu mengisi akal dan pikirannya dengan ilmu.Allah SWT telah menyeru kita
semua dengan firman-Nya “bacalah!”maka
kita sangat perlu untuk
senantiasa membaca.
Meskipun terkadang banyak para pembaca buku yang mengeluh dan berkata,
“kami sering membaca, namun kami sangat cepat lupa.”
Hal itu merupakan sebuah kewajaran sebab setiap
orang yang membaca
pasti melupakan 50% dari apa yang baru
saja ia baca setengah jam
yang lalu.Selain itu, ia akan melupakan 80% dari apa yang ia baca sehari yang lalu jika ia memang tak mempunyai tujuan dan target yang jelas.
Saat ini kita
hidup pada era globalisasi,
dimana arus ilmu pengetahuan
dan teknoloi berkembang
dengan sangat pesat.Untuk menghadapi era seperti ini, kita harus
bisa menguasai Ilmu pengetahuan.Caranya ialah dengan membaca.
Buta pengetahuan merupakan sebuah penyakit yang menimpa banyak umat di berbagai negara.Untuk memerangi penyakit ini tidak bisa dilakukan dengan menggunakan senjata dari besi,tetapi dengan membaca dan menulis.Membaca
merupakan kunci pemusnah penyakit buta huruf dan membaca adalah sebuah
peradaban.
Banyak orang yang menyimpulkan ,”umat yang
mempunyai budaya membaca adalah umat yang maju dan berjaya.”Hal itu menjadikan
bangsa barat semakin giat dan antusias dalam membaca dan
menulis sehingga ia bisa
menjadi pemimpin dan pengendali
dunia.Sementara itu, bangsa
timur dilihatnya sebagai
poros keterbelakangan,
buta huruf,primitif dan kebodohan.Setidaknya, hal itu dapat dilihat dari kisah
antara kue dan buku di atas.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
BUKIT CEMARA TIDAR
0 komentar:
Posting Komentar