Najim Nur
Fauziah
Selama satu minggu terakhir ini banyak sekali hal-hal kecil yag
telah saya alami, yang tanpa saya sadari mampu meyingkirkan kebiasaan yang
memang sebenarnya tidak ingin saya lakukan. Hari ini adalah hari minggu, yang
ritualnya para penghuni kontrakan mulai berdatangan dari kampung halamannya
masing-masing dengan membawa se-ambrek makanan. Makanan itu sudah
seperti isi warung depan kampus yang dipindah di atas meja di ruang tengah
kontrakan kami. Terkadang karena terlalu banyaknya makanan pada hari minggu,
makanan tersebut bisa menjadi persediaan kami sampai beberapa hari kedepan.
Tidak jarang pula, puluhan koloni semut bersliweran mengelilingi
tumpukan makanan, dan bahkan sesekali semut tersebut tak sengaja termakan oleh
kami yang membuat kami geli sendiri telah memakannya.
Salah satu dari penghuni kontrakan tersebut adalah saya.
Akhir-akhir ini saya mengalami kekhawatiran mengenai BB (berat-badan), sehingga
saya putuskan untuk diet. Tentunya ketika saya memutuskan untuk diet, banyak
hal yang perlu saya lakukan yaitu salah satunya dengan mengurangi makan dan
terlebih lagi untuk tidak makan apapun di malam hari. Nah, suatu ketika, di hari minggu salah satu teman datang dari
rumahnya dengan membawa banyak oleh-oleh, salah satunya adalah makanan kesukaan
saya, yaitu ayam panggang dengan sambal super pedas. Malam itu, semua
teman-teman berkumpul di ruang tengah untuk makan bersama, begitu pula saya
juga berada di ruang tengah tetapi hanya diam sambil membaca buku. Sebenernya
muncul keinginan untuk makan bersama dengan teman-teman tetapi saya tetap
menahan untuk tidak ikut makan sampai akhirnya semua mata tertuju kepada saya
karena salah satu seorang teman memanggil untuk ikut makan bersama.
“Najim, ayok ikutan makan. Ini lho enak sambelnya....” ajak salah
satu teman.
“Ia mel, terima kasih. Tadi saya
barusan makan banyak sekali” jawabku sambil tersenyum.
“Najim, ayok makan lagi gak papa. Ini makanannya masih banyak, enak
lagi” sahut temanku yang lain.
“Hehe,, ia kayaknya enak ya,,,tapi perut ini sudah nggak muat mau
di tambah lagi” balas.
Akhirnya dengan beribu keikhlasan saya merelakan untuk tidak makan
malam bersama mereka. Dan kekukuhan saya ini pun membuahkan hasil, malam-malam
selanjutnya saya jadi terbiasa untuk menolak makan malam, demi mensukseskan
program diet.
Esok hari, saat saya dengan seorang teman berjalan-jalan di Mall,
kami melewati sebuah toko tas dan sepatu yang sangat cantik-cantik. Seketika
itu teman saya menggandeng tangan saya untuk memasuki toko tersebut. Saat kami
masuk ke toko tersebut, semua kaum hawa tersenyum lebar sambil melihat
barang-barang tersebut. Tentu saja mereka tersenyum lebar, karena hari ini
berbagai gantungan merah putih dengan tulisan “Diskon 50%-70%” bergantungan
dimana-mana.
Ketika berkeliling, saya tertambat dengan tas kecil yang sangat
bagus, sesuai dengan apa yang saya inginkan selama ini. Saya menyukai warna dan
bentuknya yang sangat unik. Ketika saya melihat tas kecil tersebut saya tak
lupa untuuk melihat sesuatu yang lebih penting disuduttak tersebut,
yaitu”Brandol Harga”
“Ini mah sama aja nggak ada diskon, mahal banget”. Batin saya dalam
hati
“Ih... ini bagus banget jim, cantik lagi”. Sahut teman saya dari
belakang
Spontan saja dia langsung meraih tas itu dari tangan saya
“Eh jim beli
yuuukk, murah-murah lo ini” kata Esty
“Mahal ty...”jawab
ku
“Enggak jim,, ini udah murah banget. Kamu kan dari dulu kepingin
tas yang kayak gini kan?” tanya Esty
Saya melihat-lihat tas itu kembali. Saya berfikir apa yang
dikatakan teman saya benar sekali. Dari dulu saya ingin membeli tas yang
seperti itu, hanya saja tidak menemukannya di tempat lain. Kemudian saya melihat lagi bandrol harga tas
tersebut, dan memikirkan isi yang ada di dompet saya. Jika saya membeli tas
tersebut, saya kira uang saya cukup. Tetapi saya tidak ada uang untuk simpanan
lagi karena saya masih harus berhemat untuk beberaapa hari kedepan. Benar-benar
pilihan yang sangat sulit. Namun dengan segenap paksaan untuk berfikir
realistis, melihat kondisi dan menimbang mana yang menjadi prioritas, akhirnya
saya angkat bicara.
“Esty ayok ke toko buku. Ntar keburu malem lo” ajakku
“Lah ini tasnya gimana jim?”tanya Esty
“Besok aja balik lagi kesini” kataku
Dan besoknya kami tidak kembali ke toko tersebut.
Dua penggal cerita yang tanpa saya sadari telah saya alami ternyata
saya mampu untuk menahan semua keinginan demi sebuah kebaikan. Berani berkata
tidak.
0 komentar:
Posting Komentar