“POTRET CINTA ULAMA TERHADAP KITAB”
Najim Nur Fauziah
Belajar merupakan
suatu keharusan bagi setiap orang, terlebih bagi setiap orang yang memulai masa
pertumbuhannya. belajar membaca merupakan suatu proses seseorang untuk
membiasakan membaca dan lebih banyak membaca. Membaca merupakan jendela dunia.
beberapa orang bisa saja tidak menyadari bahwa dengan membaca dia akan
mengatahui banyak hal, mengetahui hal-hal yang tidak diketahui orang lain,
berwawasan luas, dan bahkan terkadang dengan membaca secara spontan kita dapat
menyelesaikan masalah yang datang secara tiba-tiba. sebenarnya membaca
merupakan perkara yang mudah, hanya saja membaca membutuhkan kegemaran yang
timbul dari rasa suka dan minat untuk membaca itu sendiri serta dengan
mencintai buku.
beberapa potret kisah
cinta para ulama salaf terhadap buku dan membaca, membuat saya merinding
mengkritik ketidaksukaan saya terhadap keduanya. seperti dalam kitab Al-Hayawan dikisahkan bahwa
Abdullah bin abdul Azis bin Abdullah bin Umar bin Khattab tidak pernah
menghadiri majelis yang didatangi banyak orang, tetapi ia gemar mengunjungi
salah satu kuburan dan setiap kali
terlihat ditangannya pasti terdapat buku yang sedang ia baca. ketika ia
ditanya mengapa, ia menjawab tidak ada yang lebih banyak memberi nasihat selain
kuburan dan bermajlis bersama buku-buku lebih berwibawa dan lebih gagah dari
pada bermajlis ditengah-tengaah menteri dan bawahannya.
sedangkan Ishak bin
SUlaiman ketika ia ditanya mengapa ia
lebih menyukai buka, ia manjawab dengan buku akan menggabungkan kewibawaan
dengan cinta, antara kemewahan dengan kemesraan dan antara kebenaran dengan
hikmah. bahkan HAsan Al-Lu'lu'i selama 40 tahun tidak pernah istirahat siang tidur malam, ataupun berbaring
melainkan diatas dadanya terdapat buku. sungguh luar biasa.
Berbeda dengan apa yang
kita alami, ketika kita membaca kita sering sekali tertidur dan mengantuk
sehingga kita tidak jadi membaca. hal ini terjdi sebaliknya dengan Ibnul Jahm
yang ketika ia mengantuk saat selain waktu tidur beliau akan membaca buku-buku
hikmah, karena dengan buku hikmah beliau akan merrinding dan gemetar karena
wejangan faedah dan goncangan hikmah yang menggugah didalamnya.
Kecintaan ulama salaf Al-Hafizh Abul Ala’ terhadap buku dan membaca
sampai ia rela menjual rumahnya dengan
seharga 60 dinar untuk membeli buku yang ia tangguhkan sebelumnya. Bahkan seorang
istri ulama menyatakan bahwa kitab-kitab yang mereka miliki lebih berharga dari
pada 3 orang istri. Tetapi terdapat salah seorang ulama yang menginginkan
memiiki 4 istri dan setiapistri memiliki rumahnya masing-masing dengan kitab-kitab
yang diinginkan.
Potret ulama akan
cintanya terhadap kitab bisa kita lihat ketika saat ulama kehilangan kitabnya,
beliau akan sedih seperti kehilangan anaknya sendiri dan setiap kali berjalan
kitab senantiasa berada dalam genggaman sedangkan kegemaran membaca para ulama bisa dibuktikan
dengan Taqiyyudin telah membaca dan
menelaah 700 jilid kitab. Selain itu
beberapa ulama telah menghabiskan seluruh malamnya hanya untuk membaca. Syafi
bin Ali Al-Kinani menunjukkan bukti cintanya terhadap kitab ialah seiap kali
menyentuh sebuah buku, beliau berkata “Buku ini karangan si Fulan, saya
memilikinya pada tahun sekian”.
Beberapa ulama kita
ternyata juga merasakan hal yang sulit dalam kehidupannya, sehingga memaksa
para ulama untuk menjual kitab-kitab yang dimilikinya. Syarif Al-Murtadha Abul
Qasim telah membeli kitab milik Hasan Al-Fali kemudian ia menemukan beberapa bait
syair didalamnya
“setelah bercumbu dengannya selama 20 tahun, namun kini aku
menjualnya”
Semoga kita tetap istiqomah untuk membaca dan mencintai kitab
0 komentar:
Posting Komentar