Judul :
Dewi Fajariyah
Potret Ulama
Masa Kini
Sangat banyak
ulama yang dapat dijadikan tauladan, perjalanan hidup beliau-beliau sangat luar
biasa, dapat saya uraikan sebagai berikut:
- Syaikh Allamah
Jamaludin Al- Qasimi ad- Damasyqi (wafat tahun 1332H)1911 M
Beliau
memaparkan dalam kitabnya Al-Fadlul Mubin
, yakni
1. Membaca Shahih Muslim secara lengkap selama 40
hari
2. Membaca Sunan
Ibnu Majah selama 21 hari
3. Membaca kitab Al-
Muwatho’ selama 19 hari
4. Membaca kitab Tahdzibul
Tahdzib selama 10 hari, disertai dengan membetulkan penulisan yang terlupa
dan membuat catatan pinggir selama 10 hari.
5. Membaca kitab Tarikhul
Baghdad karya Ibnu Asakir, yang sekarang telah dicetak dalam 70 jilid.
Dan beliau berpesan, “ Wahai orang yang terhina!
Buanglah rasa malasmu jauh-jauh, dan bersungguh-sungguhlah memanfaatkan waktumu
dengan mempelajari ilmu dan berbuat mala kebajikan.
- Syaikh
Muhammad Badruddin (wafat tahun 1354H)1933
M, ulama yang pakar dalam hadits, beliau menghafal
1. Kitab Shahih Bukhori dan Shohih Muslim lengkap dengn
isnadnya
2. Hafal 20.000 bait natan ilmu
Selain kelebihan
beliau mampu menghafal juga dikenal sangat sibuk dengan ilmu serta sangat giat
mencari dan berpetualang hingga ia merasa puas.
- Syaikh Ali
Thanthawi
Beliau
memiliki sebuah kebiasaan duduk pada malam hari untuk membaca. Jika sudah mulai
terasa mengantuk maka ia sediakan bantal disampingnya dan tidur sebentar antara
2-3 jam dengan terputu-putus pada malam hari. Sedangkan siang harinya hanya
tidur satu jam. Kemudian ia suka sekali membaca kecuali saat tidur, sholat,
mengajar atau ketika berjalan dari masjid menuju rumahnya, sungguh ia tidak
pernah dengan terpisah dengan buku. Selain itu ia tidak membutuhkan kacamata
untuk membaca. Bahakan ketika meninggal dunia kondisi matanya masih sehat dan
normal.
Setiap
kali terdapat buku yang diterbitkan, akan dibeli. Dalam kisahnya, sekalipun
diterbitkan negeri sebrang India tetap akan dibeli. Bahkan jika ia ingin
membeli kitab yang masih berbentuk manuskrip walaupun dengan emas akan ia beli.
Beliau juga memiliki sebuah makalah dalam kitab Adz-Dzikrayat dengan tema “kesibukan rutin saya adalah menelaah
buku”. Dalam makalah ini dijelaskan kecintaannya dalam menelaah buku-buku sejak
ia masih kecil, ketika ia duduk dibangku sekolah dasar, tanpa bimbingan dari
seorang pembimbing atau pengarahan dari seorang guru.
Sempat
Syaikh Ali Thantahawi berkata, “ saya sekarang adalah saya yang kemarin,
sebagaimana saya masih kecil dahulu. Saya menghabiskan kebanyakan hari-hari
saya dalam perpustakaan untuk membaca. Dalam sehari barangkali saya membaca 300
halaman buku. Sedangkan rata-rata bacaan rutin saya setiap harinya sejak tahun
1340 H hingga tahun 1402 H adalah 100 halaman. Lebih lanjut ia berkata, “ Saya
membaca semua tema buku, bahkan tema-tema ilmiah sekalipun.
Dalam
kitab Adz- Dzikrayat juga ada
penjelasan tentang syaikh Ali tentang kadar bacaan. Selain itu, ia pun sibuk sebagai
qodhi di Damaskus (setiap hari hampir 30 kasus yang mesti diseleseikan), ia
juga seorang pengawas pada majelis kehakiman. Dismaping itu pun bertugas
sebagai kepala pada tiga majelis penting; Majelis Wakaf (keagamaan), Majelis Anak-anak
Yatim dan Majlis A’la untuk perkuliahan agama. Ia juga aktif sebagai dosen di
kampus dan pengajar di sekolah menengah untuk lelaki dan perempuan.
Selain
itu, menjadi khatib pada hari Jum’at penceramah pada berbagai studi klub, aktif
berceramah di siaran radio (televisi), dan menulis secara rutin setiap hari di
salah satu surat kabar. Meskipun demikian, ia mampu melaksanakan semuanya
dengan baik. Ditengah-tengah kesibukannya, masih mampu membaca 200 atau 300
halaman. Beliau mengatakan bahwa hal ini merupakan kebiasaannya di waktu kecil
dengan usia kurang lebih 7 tahun.
Sungguh sangat luar biasa, ulama
dikala itu memiliki kebiasaan yang luar biasa. Kecintaan mereka terhadap ilmu,
mereka salurkan dengan membaca, menulis, memecahkan persoalan masyarakat, dan
berdakawah. Sungguh kehebatan mereka dalam membaca, menulis dan lainnya adalah
bentuk pengamalan terhadap ketinggian ilmu yang mereka miliki serta
kecintaannya terhadap ilmu. Maka kita sebagaia generasi masa kini, dapat
mentauladaninya sedikit demi sedikit. Jika sehari di atur untuk minimal membaca
50 halaman maka dirutinkan setiap harinya mampu membaca sejunlah itu. Jika
telah terbias maka bisa ditambahakan menjadi 100 halaman dan seterusnya. Sehingga
semakin kita sering membaca maka akan terasa semakin bodoh, kurang dan kurang. Maka
dari situlah kita dapat menambahkan jumlah bacaan kita setiap harinya. Setelah membaca
maka sebaiknya sedikit demi sedikit pula kita menulis apa yang telah kita
ketahui agar tidak lupa, selain itu juga agar bermanfaat untuk orang lain.
Sehingga nantinya kelak kita meninggal dunia. Ilmu yang kita miliki telah
tertulis dan dapat dibaca banyak orang sehingga benar-benar bermanfaatlah ilmu
kita.
Dewi Fajariyah
Pondok Pesantren Darun Nun
Bukit Cemara Tidar
0 komentar:
Posting Komentar