Beliau tidak
memiliki uang untuk sekedar bisa memasuki kelas belajar. Tapi apakah hal itu
menyurutkan semangat belajarnya? Tidak sama sekali!
Oleh : Dyah A Fitriana
Tahukah anda siapa orang yang saya
sebut sebelum ini? Beliau merupakan putra Qurays, dari bani Abdul Muthallib
keturunan Rasulullah SAW. Baliaulah Imam Syafi’i RA.
Imam syafi’i sewaktu kecil, karena
begitu cintanya beliau pada ilmu, apapun kendala beliau hadapi. Suatu hari
karena tiada bisa membayar guru untuk belajar Al-Qur’an, Imam Syafi’I berjalan
mondar-mandir di depan kelas tersebut. Beliau jalan ke depan ke belakang
berulang kali, sejak kelas di mulai hingga berakhir. Maka guru qur’an tersebut
keluar dan bertanya pada iman syafi’i.
“Anakku apa yang kau lakukan sedari
tadi? Mengapa kau mondar mandir di depan ruang kelas ini?” Tanya beliau.
Maka imam syafii pun menjawab
“Saya anak yatim, yaa ustadz. Ibu saya
tiada mampu untuk membayar sekolah. Maka saya mohon dihalalkan ilmu yang sejak
awal tadi saya dengarkan sembari mondar-mandir di depan kelas ustadz.”
Sejenak ustadz itu berfikir. Lalu
imam syafii pun diuji hafalan pelajaran yang didengarkannya tadi. Dan subhaanallah
bahkan anak-anak yang duduk di dalam kelas pun kalah dengan hafalan yang
didengarkan imam syafii dari luar kelas.
Tiada kata menyerah bagi beliau
untuk terus belajar. Disebutkan pula bahwa beliau karena tak memiliki uang
untuk membeli buku, maka dicatatnya pelajaran yang didapat di berbagai macam
benda, seperti batu, pelepah kurma, tulang dan banyak lagi. Sampai-sampai saat
hijrah ke Yaman, catatan beliau tersebut memenuhi tiga gerobak. Subhanallah.
Begitulah semangat belajar
orang-orang yang dimulyakan Allah. Mereka begitu mencintai ilmu,
memprioritaskannya, selalu mencari cara untuk mengatasi kekurangan yang ada
demi untuk mendapat ilmu yang bermanfaat.
Berbeda jauh dari kita ini, ighfirlanaa
ya rabb. Allah telah mencukupkan segala keperluan kita untuk belajar,
memberikan rizkiNya lewat bapak ibu kita. Kita dapat membeli buku, memiliki laptop,
membayar uang kos, makan dengan lauk yang serba enak, bahkan membeli
keinginan-keinginan kita yang terkadang jauh dari kebutuhan sesungguhnya.
Namun setelah itu tak jarang kita
masih mengeluh dalam do’a, Ya Allah kenapa tak kau berikan aku ini-itu? seperti
milik dia dan dia. Kenapa riski saya hanya ini saja.
Yang pasti Allah lah sebaik-baik
pemberi rezeki. Dan beliaulah yang akan dengan mudah memberi yang kita butuhkan
dari tempat-tempat yang tiada kita duga. Maka kenapa kita tak brusaha selalu
khusnudzon kepada Allah? Dan berusaha lebih teliti dengan banyaknya rizki yang
masih kita kufuri.
Mari berusaha selalu bersyukur,
dengan apapun kondisi kita. Dengan terus berusaha menjadi lebih baik tanpa
mengeluhkan keadaan. Karena, Bahkan kita tak merasakan bagaimana capeknya kaki
imam syafii saat ingin belajar tapi harus mondar-mandir di depan kelas untuk
mendengarkan.
Jadi buat kamu, iya kamu.
Yang udah dimudahkan bayar SPP nya
Yang udah diberi rizki buat beli buku catatan dan buku text
lainnya
Yang diberi kesempatan sehat
Yang diberi akal yang kuat
Yang diberi lingkungan mendukung
Sok atuh, :D
Tunggu apalagi mau semangat belajarnya?
Yuk pandai bersyukur atas apa yang kita miliki dengan
menggunakannya untuk dakwah fi diinillah. Belajar juga termasuk loh ;)
Semoga manfaat minimal buat saya sendiri. J
0 komentar:
Posting Komentar