Pondok Pesantren Darun Nun Malang
MENGARAK NYAWA DALAM PERJALANAN PANTAI WISATA
(Part 2)
Alhamdulillah.. tiap
tahun kita temui Idul Fitri nan indah dan berkah. Namun, marilah kita ingat
kejadian pahit yang terjadi pada 39 tahun lalu dan menimpa keluarga kita di Banyuwangi
Selatan, Jatim. Tepat pada tahun 1976, ketika Idul Fitri datang semua orang
menyambutnya dengan bahagia. Bahkan kaum muda telah mempunyai rencana untuk
mengadakan rihlah ke pantai yang sangat dianggap terindah kala itu,
yakni Pasir Putih Situbondo.
Tiada pandang bulu, mulai dari kaum muda hingga dewasa sangat
bersemangat dan antusias hendak mengikuti kegiatan itu. Hari demi hari mereka
tunggu dengan penuh rasa bahagia. Namun, ternyata ada salah satu remaja yang
dilarang keras oleh orangtuanya untuk mengikuti acara tersebut. Dia pun merasa
sedih, kecewa, karena tidak bisa ikut serta berasama kawan-kawannya dan harus
mebatalkan niatnya itu.
Datanglah hari yang ditunggu-tunggu oleh kaum muda itu. Tepat sesuai
rencana, mereka akan berangkat pada hari Ahad, tanggal 3 Syawal. Berangkatlah mereka
dengan menggunakan kendaraan berupa 1 buah truk. Karena terlalu banyaknya peminat,
maka 1 buah truk itu diisi dengan jumlah banyaknya orang yang ikut, yaitu 125
orang. Bisa dibayangkan, betapa pasaknya sebuah truk dengan isi 125 orang itu.
Perjalanan menuju pantai ini jika dari arah Banyuwangi harus
melewati jalan yang disebut dengan Arak-Arak. Jalan arak-arak ini
terlihat sangat ekstrim dengan setiap kelokan-kelokannya. Kelokan yang
dibarengi dengan kurang lebarnya jalan membuat pengemiudi harus ekstra
berhati-hati, penuh konsentrasi, dan menjaga keseimbangan. Dengan muatan yang
begitu banyak, pengemudi bisa dikatakan kesulitan. Dan ternyata, innalillahi
wainna ilaihi rooji’uun.. sampailah sudah maut menjemput rombongan
tersebut. Sebuah truk dengan isi 125 orang itu mengalami gulingan dahsyat dan jatuhlah
truk itu bersama para penumpangnya ke dalam jurang. Ternyata perjalanan yang
diharapkan akan membawa kebahagiaan berubah menjadi kedukaan. Dan perjalanan
itu tidak sampai kepada tempat yang mereka tuju.
Begitu cepatnya sebuah kebahagiaan beserta senyuman terganti dengan
sebuah isak tangis. Justru remaja yang awalnya sedih karena harus patuh dengan
keputusan orangtuanya itu berubah menjadi syukur. Kisah pahit dibalik kemuliaan
bulan Syawal ini menjadikan alarm buat umat sekalian. Janganlah terlalu
bahagia, karena kita tidak pernah tahu rencana Allah swt. Bacalah doa sepanjang
perjalanan dan jangan pernah memaksakan keadaan.
Zuhrotul Anwariyah
Bukit Cemara Tidar
0 komentar:
Posting Komentar