Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Script 1
Pertemuan Indah
“ Kamu yang namanya lusiana
dewi? ” tanya pemuda berkemeja hitam kotak kotak bercelana levis yang
menghampiri mejaku
“ iy-yya..kamu siapa yyah?” tanya ku dengan nada
gugup
“ aku sang
petualang cinta, inget kkan???”
Lama ku menanti
pangeran yang akan menjadi cinta pertamaku. Tak kusangka kini ia sudah berada
tepat di pulupuk mataku. Postur tubuh yang ideal, wajah yang rupawan seakan
membutakan rasionalku. Awal perkenalanku di situs sosial berakhir dengan
pertemuan. Nama “Sang petualang Cinta” telah merebut perhatianku sejak ia
mengirimkan pesan melalui jejaring sosial facebook. Sejak saat itu aku
ketagihan online, dan mulai mengenalnya dengan baik. Tak dapat ku melupakan kenangan indah seperti
saat ini. Restoran ayam kentucky inilah yang menjadi saksi bisu awal
cintaku. --“tuhan terima kasih kau telah mengirimkannya untukku J” batin ku dalam hati. Tiba tiba lambaian tangannya membangunkanku dari lamunan indahku..
“ hallooooooo..kok
bengong” tanyanya sambil melambaikan tangan tepat di wajahku
“ ehh... maaf maaf
mas, silakan duduk mas”
Melihat tingkahku
yang aneh membuatnya tersenyum. Mungkin ia mengetahui bahwa saat ini ku sedang
salah tingkah. Maklum, karena memang aku keluaran dari pondok pesantren yang
melarang adanya pacaran.
“udah lama disini?
Maaf yaa tadi waktu otw kesini, tiba tiba motor ku mogok di tengah jalan”
tanyanya sambi meraih kursi untuk ia duduki
“ iyya mas, nggak
papa kog, trus ketemu dimana bensinnya?” lanjutku
“ untung aja deket
jalan tadi ada yang jualan bensin, jadi nggak terlalu capek dan memakan waktu.
Ohh ya kamu mau pesen apa biar aku yang traktir, yang ngajak ketemuan kan aku,
jadi kamu boleh pesan sesuka kamu”
“ pesen minum aja
mas, tadi kebetulan sebelum berangkat kesini aku makan dulu jadi agak kenyang
ssih sekarang” jawabku
“ ya udah ku pesen
dulu, kamu tunggu disini, okke”
“ hmm, iya mas”
Ketika ia pergi
meninggalkan meja tuk memesan makanan, nafas panjang ku hembuskan, sedikit agak
lega, keringat dingin pun bercucuran di telapak tanganku, menandakan aku memang
benar benar gugup. Namun nervous kembali menyerangku ketika ia kembali
dari memesan makan. Karena penasaran yang tak kuasa ku bendung, mulut yang
awalnya sulit untuk berkata-kata kini mampu untuk mengajukan pertanyaan.“ ohh
yya, nama pean siapa ssih mas?”
“ ya ampuuunn,
sorry, sorry aku sampek kelupaan nyebutin nama, kenalin namaku muhammad rozikin”
“ ohh muhammad
rozikin, berarti aku boleh panggil apa nihh?
“ Rozi juga boleh,
terserah kamu ajah deh, suka suka kamu. Tapi biasanya kalau di rumah, orang-orang pada panggil ozi”
“ yaa udah aku
panggil rozi aja deh, bisa beda sama keluarganya mas” lanjutku
Sejak saat itu
suasana mulai mencair, berbagai pertanyaan muncul dan saat itu pula ku mulai mengenal siapa sosok muhammad
rozikin. Baik hati dan pengertian itulah kesan pertama yang menempel dalam
kalbuku. Bagaimana tidak, ketika hari sudah mulai gelap, ia tak membiarkanku
pulang sendirian. Ia sangat menjunjung tinggi wanita hingga ia tak rela apabila
ada sesorang yang menggangguku. Akhirnya aku pulang dengan diantarkannya hingga
kedepan rumah. Kesedian melandaku ketika aku harus berpisah dengannya. Ingin
segera ku bertemu dengannya kembali namun apa daya, rumahnya yang jauh dari rumahku
membuat kita tak dapat sering sering berjumpa. Hanya dengan pesan singkatlah
kita mengutarakan rasa rindu.
0 komentar:
Posting Komentar