Namaku AKU, dan aku sangat
mencintai diriku.
"Yah,
namaku AKU, kau ingin tahu tentang hobiku? alamatku? cita-citaku? yang menarik
minatku? atau apalah itu aku akan dengan sangat senang hati menceritakannya
padamu. Berjam-jam pun tak akan terasa jika yang kita bicarakan adalah aku.
Namaku? jangan ditanya lagi. hal penting itu janganlah sampai salah kau sebut,
atau bahkan salah penulisannya, aku akan sangat marah. O ya dan jangan lupa,
gelar yang tertera pada namaku, jangan sampai kau salah menuliskannya, kau kira
mudah untuk mendapatkannya? sangat sulit dan butuh waktu yang lama. Apa??? kau
ingin kita berbicara tentang dirimu? apa kau tak salah?? baiklah, bicaralah.
Aku akan mendengarkannya, hanya mendengarkannya. Karena bagiku, masalahmu tiada
pernah begitu besar, namun entah mengapa tiap hari itu-itu saja yang kau
ceritakan. Jadilah seperti diriku, yang kuat dan tangguh menghadapi segala
masalah. Hanya ini yang harus kamu lakukan, sadarilah masalahmu itu tiada penuh
arti dan jadilah kuat sepertiku."
Ngeri? Kasar?
Tulisan itu,
perkataan itu mungkin terlihat kasar dan ngeri untuk dibaca, dan mungkin saja
banyak yang berkomentar "iihh.. nih orang egois banget sih". Tapi
guys, ya itulah kenyataannya (walau nggak semua). Karena memang ilmu psikologi
dan sosiologi telah banyak menemukan bahwa seseorang akan sangat mencintai
dirinya, akan suka membahas apapun tentang dirinya, dan lagi menganggap dirinya
selalu benar.
Tapi, hello.
Kita sudah dewasa, nggak seharusnya naluri tersebut kita biarkan mengakar tanpa
terurus. Tak jarang kok, ada orang yang bisa mengenyampingkan masalahnya
demi membantu permasalahan orang lain dan masyarakat disekitarnya. Tak sedikit
pula orang yang dengan tulus hati selalu bisa menyenangkan hati orang lain, dia
bisa memberikan support dan mungkin hal-hal kecil seperti membelikan es
kesukaan temannya. Tak sulit jika kita ingin menemukan orang seperti itu. Nah
apa orang seperti itu tak punya egoistik? salah. dia tetap memiliki, namun dia
lebih memilih untuk meredakannya dan lebih memperhatikan orang lain. Lebih
melihat permasalahan orang lain sepertihalnya dirinya memiliki masalah
tersebut. Jadi, hal yang buruk jika kita selalu menomorsatukan diri sendiri,
dan menganggap remeh orang lain.
Selalu perbaiki diri, bukan
sempurna yang kita tuntut, namun usaha yang harus terus tersulut.
Dari temanmu, muslimah shalihat.
Dyah A Fitriana
@Fitriyesss
0 komentar:
Posting Komentar