Terik matahari menyengat tubuh ini, dikala aku sedang duduk
dibawah menara UIN. Sambil bercanda tawa bersama teman-teman, sebelum
keberangkatan ke Bedengan dimulai, semua peralatan sudah siap dibawa menuju
Bedengan untuk keperluan hidup sementara disana seperti baju, makanan, air
mineral dll yang membuat tas ku penuh dan berat dibawa saat perjalanan nanti.
Namun panitia tak kunjung memberangkatkan aku dan teman-teman , dalam benak
berkata “bagaimana siih panitia ini kok tidak tepat waktu, padahal perjanjian awal
jam setengah 2 harus kumpul semua dan jam
2 berangkat bareng-bareng ..” .
kemudian salah seorang dari panitia menghampiri kami yang sedang ngomel, ngoceh
, mondar-mandir kesana kesini. Sambil kita melakukan
aktifitas yang nggak jelas
panitia ngajak kita ngobrol “kakak-kakak sudah siapkah berangkat ke Bedengan..”
dengan Nada kesal kami menjawab (yaa..!! sudahlah L) “ . ya sudah kalian
baris dengan kelompoknya masing-masing. Lalu kita baris dengan intruksi yang
sudah disuruh sama panitia. Panitia menyiapkan setiap barisan dan
diberngkatkanlah kita 1 per 1 kelompok. Akhirnya perjalanan dimulai..
yeyeyeye..!! “ We Coming Bedengan, Wait..!!” . berjalanlah kita menuju Bedengan
dari UIN menuju Bedengan yaaa sekitar 21 KM. Semangat membara yang ada dalam
diri anak pramuka meski tantangan begitu berat tetap saja dihadapi. “Fighting
Fighting and Fighting..!! J
“. Semangat Banget diawal perjalanan menuju Bedengan meski terik matahari
menyengat tubuh ini, sambil bernyanyi bersama canda tawa dijalan perjalanan
nggak terasa jika dilalui bersama apalagi sama teman-teman yang koplak.. nggak
terasa perjalanan semakin jauh lama kelamaan kaki ini terasa kaku, sakit dan
capek. Perjalanan mulai membosankan disaat perut mulai laper keroncongan..
disamping jalan terlihat penjual bakso membuat ngiler ajah tukang bakso itu,
nggak tahan nahan laper akhirnya aku menghampiri si tukang bakso “pak baksonya
1 yaa dibungkus.. iya mbak kata si tukang bakso sambil membungkus pesananku..”.
alhamdulillah perut sudah semangat diajak kerjasama untuk menempuh No GuDep.
Perjalanan dilanjutkan kembali, Dengan cuaca sedikit menyengat tubuh karena
hari sudah mulai sore. Bernyanyi sambil menyemangati diri sendiri biar
perjalanan nggak terasa membosankan “naik naik ke Bedengan jauh-jauh sekali,
kiri kanan kulihat saja banyak orang jualan. Kiri kanan ku lihat saja banyak
perumahan..” . Ditengah perjalananku aku nggak merasakan kesakitan yang bagitu
parah, Cuma capek saja nggak seperti yang dialami temenku ,”dia kseleo kakinya
kayak patah “kata dia ,akhirnya perjalanan terpaksa diberhentikan untuk
mengobati temen yang sedang merengek kesakitan “aduuuhh.. kakiku kenapa ini,
sakit sekali.” Aku nggak tega sambil ku pijit kakinya “kamu yang sabar yaa ..!!
berdoa saja agar pertolongan segera datang menghampiri kita..” selesai
istirahat kita berjalan pelan-pelan dan berharap pertolongan datang. Nggak ku
sangka banget pertolongan itupun tiba-tiba datang begitu saja ternyata teman ku
juga yang menolong.. “Alfi.. ada yang memanggilku dari belakang,” kutengoklah
dia.. iya (sambil tersenyum).. “sini ku bawakan tas kamu biar bebanmu
berkurang..” , “Ya Allah terimakasih Kau telah mengirim pertolongan ini
kepadaku dan teman-temanku..”. Sore pun mulai berganti malam, perjalanan ini
hampir sampai namun kondisi badan mulai letih , lunglai , capek . namun
semangat masih tertanam dalam diri ini. Diperjalanan akhir menuju Bedengan aku
dan teman-teman kebingungan karena tak ada 1 pun dari kita yang membawa senter
( penerang cahaya ), salah satu solusinya yaa Handphone meski kurang terang
nggak masalah dari pada perjalanan gelap gulita. Jalan yang besar sudah
terlampaui sekarang waktunya melewati jalan setapak suasana mencekam seperti di
film-film ajah yaa.. J
nggak mencekam gimana lha wong kuburan disamping kananku gemetar tubuh ini melewati
kuburan yang berbau bunga kamboja, bibir ini hanya bisa berkata “shallahu ala
muhammad..” sepanjang perjalanan ku ucap terus sampai kuburan sudah tak
terlihat lagi oleh mata. Tinggal sedikit lagi sampai di lokasi tempat
perkemahan, udara dingin menghampiri tubuh ini, gemetar badan ini kelaparan
yang kurasa saat ini, untung bekal yang tadi tak bawa belum kumakan akhirnya ku
lahap langsung bekal ku tadi bareng temen-temen yang lain. Selesai makan
barulah kita semua mendirikan tenda untuk tempat tidur selama di Bedengan.
Itulah sedikit kisah perjalanan pengorbanan dari UIN menuju
Bedengan yang berakhir bahagia meski melelahkan. Alhamdulillah ucap syukurku
pada-Mu Ya Allah karena dengan pertolongan-Mu lha aku bisa sampai bedengan
dengan selamat dan tetep sehat dalam keadaan yang kurang bersahabat ini. Cobaan
rintangan telah terlampaui tinggal memetik hasilnya nanti.
Salam PRAMUKA..!!
Salam.
Prok.. prok.. prok..
Prok.. prok.. prok..
Prok.. prok.. prok.. prok.. prok.. prok.. prok..
Nur Alfiyatul Hikmah
PP Darun Nun
2 berangkat bareng-bareng ..” . kemudian salah seorang dari panitia menghampiri kami yang sedang ngomel, ngoceh , mondar-mandir kesana kesini. Sambil kita melakukan
aktifitas yang nggak jelas panitia ngajak kita ngobrol “kakak-kakak sudah siapkah berangkat ke Bedengan..” dengan Nada kesal kami menjawab (yaa..!! sudahlah L) “ . ya sudah kalian baris dengan kelompoknya masing-masing. Lalu kita baris dengan intruksi yang sudah disuruh sama panitia. Panitia menyiapkan setiap barisan dan diberngkatkanlah kita 1 per 1 kelompok. Akhirnya perjalanan dimulai.. yeyeyeye..!! “ We Coming Bedengan, Wait..!!” . berjalanlah kita menuju Bedengan dari UIN menuju Bedengan yaaa sekitar 21 KM. Semangat membara yang ada dalam diri anak pramuka meski tantangan begitu berat tetap saja dihadapi. “Fighting Fighting and Fighting..!! J “. Semangat Banget diawal perjalanan menuju Bedengan meski terik matahari menyengat tubuh ini, sambil bernyanyi bersama canda tawa dijalan perjalanan nggak terasa jika dilalui bersama apalagi sama teman-teman yang koplak.. nggak terasa perjalanan semakin jauh lama kelamaan kaki ini terasa kaku, sakit dan capek. Perjalanan mulai membosankan disaat perut mulai laper keroncongan.. disamping jalan terlihat penjual bakso membuat ngiler ajah tukang bakso itu, nggak tahan nahan laper akhirnya aku menghampiri si tukang bakso “pak baksonya 1 yaa dibungkus.. iya mbak kata si tukang bakso sambil membungkus pesananku..”. alhamdulillah perut sudah semangat diajak kerjasama untuk menempuh No GuDep. Perjalanan dilanjutkan kembali, Dengan cuaca sedikit menyengat tubuh karena hari sudah mulai sore. Bernyanyi sambil menyemangati diri sendiri biar perjalanan nggak terasa membosankan “naik naik ke Bedengan jauh-jauh sekali, kiri kanan kulihat saja banyak orang jualan. Kiri kanan ku lihat saja banyak perumahan..” . Ditengah perjalananku aku nggak merasakan kesakitan yang bagitu parah, Cuma capek saja nggak seperti yang dialami temenku ,”dia kseleo kakinya kayak patah “kata dia ,akhirnya perjalanan terpaksa diberhentikan untuk mengobati temen yang sedang merengek kesakitan “aduuuhh.. kakiku kenapa ini, sakit sekali.” Aku nggak tega sambil ku pijit kakinya “kamu yang sabar yaa ..!! berdoa saja agar pertolongan segera datang menghampiri kita..” selesai istirahat kita berjalan pelan-pelan dan berharap pertolongan datang. Nggak ku sangka banget pertolongan itupun tiba-tiba datang begitu saja ternyata teman ku juga yang menolong.. “Alfi.. ada yang memanggilku dari belakang,” kutengoklah dia.. iya (sambil tersenyum).. “sini ku bawakan tas kamu biar bebanmu berkurang..” , “Ya Allah terimakasih Kau telah mengirim pertolongan ini kepadaku dan teman-temanku..”. Sore pun mulai berganti malam, perjalanan ini hampir sampai namun kondisi badan mulai letih , lunglai , capek . namun semangat masih tertanam dalam diri ini. Diperjalanan akhir menuju Bedengan aku dan teman-teman kebingungan karena tak ada 1 pun dari kita yang membawa senter ( penerang cahaya ), salah satu solusinya yaa Handphone meski kurang terang nggak masalah dari pada perjalanan gelap gulita. Jalan yang besar sudah terlampaui sekarang waktunya melewati jalan setapak suasana mencekam seperti di film-film ajah yaa.. J nggak mencekam gimana lha wong kuburan disamping kananku gemetar tubuh ini melewati kuburan yang berbau bunga kamboja, bibir ini hanya bisa berkata “shallahu ala muhammad..” sepanjang perjalanan ku ucap terus sampai kuburan sudah tak terlihat lagi oleh mata. Tinggal sedikit lagi sampai di lokasi tempat perkemahan, udara dingin menghampiri tubuh ini, gemetar badan ini kelaparan yang kurasa saat ini, untung bekal yang tadi tak bawa belum kumakan akhirnya ku lahap langsung bekal ku tadi bareng temen-temen yang lain. Selesai makan barulah kita semua mendirikan tenda untuk tempat tidur selama di Bedengan.
0 komentar:
Posting Komentar