Seri takbir Dalam setiap gerakan
Halimi Zuhdy
Pada tulisan saya sebelumnya BELAJAR HIDUP DARI GERAKAN
SHALAT saya menulis tentang takbir al-ihram dan gerakan mengangkat
tangan. Maka pada seri kedua ini, saya akan membahas tentang makna takbir dalam
setiap gerakan.
Makna takbir “Allah akbar” (Allah maha besar) adalah Allah
memiliki kekuasaan, kekuatan, kehebatan yang luar biasa, Dia maha besar
(akbar), bukan besar (kabir), apa pun yang ada di muka bumi bahkan seluruh alam
ini ada dalam kekuasaan-Nya, kebesaranNya melampaui segala apa yang kita
ketahui atau kita rasakan, dan kita perkirakan. Dan yang digambarkan oleh para
peneliti tetang alam semesta, hanya 30 persen dari alam semesta sesunguhnya,
itu hasil diskusi saya dengan salah seorang dosen fisika di Indonesia.
Kalau dalam anggapan kita gedung pencakar langit besar,
Allah swt lebih besar dari itu, kalau dalam anggapan gunung adalah besar, Allah
swt lebih besar dari gunung, kalau bumi (yang kita tempati lebih dari 5 miliar
manusia, adalah pelanit yang sangat kecil dibandingkan dengan keberadaan
langit) menurut anggapan kita sangat luas dan besar, Allah swt lebih besar dari
bumi, kalau semesta kita anggap besar, Allah swt jauh lebih besar dari semesta
ini. Dan seterusnya. Sungguh kita seperti pasir, bahkan lebih kecil dari pasir,
jika kita menghayati akan kebesaran Allah, kita tidak mampu menghitungnya atau
bayangan kita pun tidak akan pernah sampai, walau otak kita luar biasa, tetapi
kapasitas otak ini masih dalam jauh di luar kekuasaan Allah yang sesungguhnya.
Ta’bir ini sering kita ulang-ulang dalam shalat, dari satu
gerak kegerak lainnya, kita mengucapkannya–kecuali bangun dari rukuk-, dari
pengulangan ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam setiap gerak yang harus
selalu kita ingat adalah kebesaran-Nya (akbar), kita tidak mampu menggerakkan
tubuh, pikiran dan hati kecuali atas kebesaran-Nya, kita tidak mampu berbuat
apa-apa kecuali atas kehendaknya, kita bisa sukses juga atas kehebatannya,
semuanya kita kembalikan kepada-Nya, karena kita tidak mempunyai sedikit pun
kekuasaan untuk mengendalikan diri apalagi harus harus sombong, karena
kesombongan itu hanya milik-Nya.
Dalam beberapa dialog antara seorang sahabat dengan Sayyida
Ali tentang beberapa makna gerakan dalam shalat, Sayyida Ali menafsirkan
sebagaimana berikut :
Mengangkat tangan dalam takbir pertama
Seorang laki-laki bertanya kepada Ali tentang mengangkat
tangan “Apa arti dari takbir al-ihram: Allah adalah satu tidak ada duanya,
tidak ada yang serupa denganNya,dan
tidak dapat diindra oleh panca
indra”.
Makna Rukuk
Seorang laki-laki bertanya kepada Ali tentang arti rukuk,
Ali menjawab “saya tetap akan beriman kepada Allah walau leherku diputus
(dipenggal, digantung)”.
Makna mengangkat kepala setelah membungkuk
Seorang laki-laki bertanya kepada Ali bin Abi Thalib tentang Makna mengangkat kepala
setelah membungkuk, ia menjawab ,” Allah mendengar orang yang memuji atau
memuji Tuhan semesta alam?, dan “saya keluar dari ketiadaan menjadi ada”.
Makna sujud
Seorang laki-laki bertanya kepada Ali bin Abi Thalib
tentang makna Sujud”makna sujud yang pertama “Ya Tuhan, Engkau
menciptakan aku dari tanah” dan ketika mengangkat kepala “Engkau membawa kami
keluar” , dan sujud makna sujud kedua “dan Engkau membawa kami kembali kedunia”,
Dan mengangkat kepala yang kedua “dan Engkau telah mengeluarkan kami yang kedua
kali”.
Setiap gerakan takbir selalu memberikan kita kekuatan luar
biasa, di mulai dari takbir al-ihram, sampai dengan takbir terakhir sebelum tasyahhud
akhir.
Takbir al-ihram
Penjelasan takbir ini saya sudah saya jelaskan dalam tulisan
sebelumnya, namun perlu saya tambahkan
sebagai pelengkap makna takbir dalam setiap gerakan, bahwa takbir pertama ini
adalah sebagai takbir pembuka, bahwa dalam setiap kesempatan, setiap pekerjaan,
setiap aktifitas, harus kita mulai dengan nama Allah, dengan mengagungkannya.
Karena tiada yang mampu menggerakkan, menjalankan, dan mensukseskan kecuali
dengan kebesaran Allah. Dan dalam hadis, ketika takbir al-ihram disunnahkan
untuk mengangkat tangan.
Takbir untuk Rukuk
Rukuk (membungkuk) dalam takwilnya Sayyidina Ali adalah
“saya tetap akan beriman kepada Allah walau leherku diputus (dipenggal,
digantung)”. Adanya kometmen yang luar biasa dalam rukuk walau leher dan tubuh
sebagai taruhannya, ia relakan semuanya untuk membela keimanan, karena tiada
yang lebih berharga dalam menjalani kehidupan kecuali adanya iman. Ketika
bertakbir sebelum rukuk, mengagungkan kebesaran Allah dalam kondisi setengah
terpuruk, atau dalam kondisi membungkuk, atau setelah berjaya kemudian dia
mengalami kejatuhan tetap harus mengagungkan kebesaran Allah, karena tiada yang
mampu mengembalikan kejayaann dan tiada yang mampu menyelamatkan kecuali
kebesaran Allah.
Takbir bangun dari Rukuk
Kalau dalam rukuk ada kepasrahan total kepada Allah dan
adanya pertaruhan hidup untuk menemukan manisnya iman, maka ketika manusia
sudah kembali pada kejayaannya (bangun dari rukuk) ia juga tidak boleh
melupakan kebesaran Allah (Allah Akbar), bahwa Allahlah yang memberikan
kebangkitan dan kesejahteraan dan juga yang mampu mengembalikan dari
keterpurukan menuju sebuah pencapaian yang luar biasa. Dalam hadist pula,
ketika bangun dari rukuk disunahkan mengankat tangan ketika bertakbir, ini ada
kesamaan mengangkat tangan seperti mau melakukan rukuk, dan bangun dari
tasyahhud awal.
Bersambung pada pembahasan (takbir sebelum sujud, takbir,
bangun dari sujud, takbir sujud yang kedua, takbir bangun dari sujud untuk
berdiri)
Nex 3.
0 komentar:
Posting Komentar