“Bila apa yang kita harapkan
terwujud, maka bersyukurlah”
“Namun bila ternyata apa
yang kita harapkan belum terkabulkan, maka harus lebih bersyukur”
Kata-kata ini yang
abi nasihatkan kepada kami ketika kajian kitab mu’asyaroh zaujiyyah tadi pagi. Sekilas
kata-kata ini memang sederhana. Namun bila kita dalami maknanya mampu
mengirimkan rasa berbuah air mata. Kata ini mungkin terlihat mudah untuk di aplikasikan
ketika kita berada pada zona aman dan nyaman. Namun, ternyata tidak semua orang
mampu mengaplikasikan kata ini ketika kegagalan, kesedihan,dan kegalauan
menimpa kita. Terlihat lebih banyak orang lebih memilih menangis, menyendiri ,
marah bahkan mengakhiri kehidupan bila apa yang terjadi tidak sesuai dengan
harapan.
Setelah mendengar
nasihat dari abi, seketika memori masa
lalu terungkap kembali. Dalam hati muncul berbagai pertanyaan yang
menimbulkan segunung penyesalan. PANTASKAH DIRI INI MARAH KETIKA APA YANG KITA
HARAPKAN TIDAK TERWUJUD?? PANTASKAH ORANG LAIN MENJADI KORBAN KESEDIHAN
BILA SEBENARNYA ITU SEMUA SKENARIO
TUHAN????
Astaghfirullahal Adziiiimm.....
Ternyata baru kusadari
bahwa diri ini begitu sombong. Ternyata baru kusadari bila hati ini begitu keras
sehingga membutakan nikmat Tuhan yang tersembunyi di balik kesedihan. Berbagai penyesalan
menyelimuti hati ini. Banyak sekali nikmat Tuhan yang tak aku syukuri. Kini baru
aku menyadari bahwa tak selamanya kesedihan,
kegagalan, dan putus asa menghampiri kita. Sebenarnya itu semua adalah
siklus yang tak selamanya kita alami. Ia hanyalah pemberhentian sementara
menuju nikmat yang hakiki.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Miftachul Chusnia
0 komentar:
Posting Komentar