Pondok Pesantren Darun Nun Malang
HAKIKAT
RIYA’
Kata
riya’ berasal dari kata ru’yah. Sedangkan kata sum’ah bersal dari kata sima’.
Makna sal riya’ adalah mengharap orang lain melihat posisinya diantara manusia.
Terkadang dilakukan dalam bentuk amalan
bukan ibadah terkadang juga dalam bentuk ibadah.
Adapun
memamerkan pakaian yang baru nan indah, warna yang elok dipandang hingga
membuat orang lain tersengkok kagum, rambut yang indah, suara yang lembut,
pura-pura khusu’ adalah penyempurnaan riya’. Begitu pula dengan ulama’ yang menonjolkan kemampuannya
dengan melantunkan sajak-sajak indah dalam ceramahnya untuk memperlihatkan
kapasitas keilmuannya, kecuali jika tujuannya adalah agar ajaran agama yang
disampaikannya lebih memudahkan diterima disertai nilai yang tulus dalam
menyampaikan ceramahnya. Yang demikian ini dibolehkan.
Riya’
adalah bentuk mencari kehormatan. Dengan demikian ukuran kehormatan yang di
bolehkan adalah jika untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendesak saja, seperti
mencari sedikit harta yang hukumnya dibolehkan. Jadi, disamping mengandung
racun, kehormatan atau pangkat juga menjadi obat, sama halnya dengan harta.
Sebagaimana halnya harta yang dapat melalaikan dan melengahkan manusia dari
mengingat Allah, begitu pula dengan kehormatan yang banyak.
Namun,
jika engkau mendapatkan kehormatan atau pangkat berlimpah tanpa berasal dari
keinginanmu sendiri, dimana jika kehormatan tersebut hilang engkau tidak sedih
karenanya dan kehormatan itu tidak memalingkanmu dari mengingat Allah, lalu
engkau menggunakannya seperti penggunaanmu terhadap harta yang berlimpah yaitu
dengan di dermakan untuk mementingkan kepentingan orang lain dan untuk kemanfaatan
makhluk maka hukumnya boleh.
Jadi
kebolehan memiliki kehormatan atau harta yang banyak adalah jika keduanya tidak
menjadikan manusia lalai dari mengingat Allah dan saat kehormatan itu hilang,
ia tak merasa sedih.
Metode
menghindari riya’ dan terapinya yaitu engkau harus menyadari bahwa sumber dari
riya’ adalah cinta harta, kehormatan dan pujian. Selanjutnya berfikir dan
sadarilah bahwa Allah melihat isi hatimu, sehingga engkau akan berkata
kepadaNya “ aku adalah orang yang paling hina dalam pandanganMu.” Jika engkau
sudah menyadari akibat riya’, meskipun untuk menghilangkan riya’ ditempuh dengan kematian, engkau akan
mengetahui bahwa terlepas dari riya’ itu lebih utama.
Risalatul Munawwaroh
Dikutip dari “ihya’ ulumuddin”
PP Darun Nun BCT Blok F4 No 3 Sukun
Malang
0 komentar:
Posting Komentar