Pondok Pesantren Darun Nun Malang
By :
Miftachul Chusnia
Masih terekam jelas di dalam otakku
kejadian itu. Pagi yang cerah, suasana yang sejuk dan kicauan burung yang merdu
tak seiringan dengan wajah cantiknya. Aku kehilangan senyuman. Seakan akan cuaca berubah menjadi hitam kelam. Seperti
petir yang siap menyambar dikesunyian hari. Namun itu hanya bayangan masa lalu,
ku temukan lagi kehangatan yang selama ini membeku. Meski senyumannya tak seperti dulu, setidaknya
akan ku rajut kembali kisah yang sempat pergi.
Cinta memang melumpuhkan. Merubah hitam
putih nampak seperti bewarna. Mengirimkan rasa yang berbeda hingga terjebak
oleh kenikmatannya. Hingga timbullah pertanyaan. Masihkah diri ini tersadar
atau kah sudah gila. Terlalu lama aku meninggalkan sahabat yang selalu menjadi
sandaran hidupku. Ia selalu menyejukkan dikala hati bersedih. Sahabat yang
selalu menasihati di saat diri ini tersesat cinta duniawi.
Sore itu, awan sedang bermurung hingga
langit berwarna biru keabu-abuan. Namun tidak dengan diriku. Meski awan tak
kuasa menahan air mata, namun hatiku tak sejalan dengan suasana. Ada pelangi
dihatiku yang dikirim lewat signal cinta. Membuat mata seakan buta, membuat
pikiran melayang layang hendak ke surga.
Tak akan ada kejadian bila tak ada sebab. Dan pasti ada kejadian
dibalik sebab cinta yang tak tepat letaknya. Sore itu, bagaikan granat yang
mendarat di hati. BOMMMM...!!!!! seketika meretakkan lempengan suci.
Mempengaruhi otak melukiskan imajinasi. Pesan yang terkirim melalui akun facebook
seperti bom atom yang melumpuhkan syaraf dan hati. Pesan dari ikhwan inilah
penyebab hilangnya senyuman sahabat sejati.
1
Januari 2015
Assalamu’alaikum
ukhty, Bagaimana kabarnya?? Saya berharap ukhty selalu diberikan kesehatan oleh
Allah. Ukhty, maafkan lah hati yang tega
meninggalkan cinta suci. Namun percayalah namamu masih terukir, senyumanmu
selalu tergambar di relung cinta.
- Muhammad zaki -
***
Muhammad Zaki, bagaikan butiran debu
yang melekat di dinding hati. Namanya sulit terhapuskan meski waktu dan tempat
telah memisahkan. Meski bukan seperti kisah remaja pada umumnya, namun kuakui memang ada perasaan tak halal yang sempat
singgah di hati. Ia luka lama yang datang kembali. Kedatangannya yang tiba
tiba membuatku tak tahu harus bergembira atau bersedih. Ia kirimkan kata kata
cinta yang membuat memori lama terungkap
lagi. Hingga seakan luka yang perih
seketika terobati.
Muhammad
zaki, lelaki asal Madura ini memang sempat mencuri hati, ia sosok yang ku
kagumi karena kepandaiaan dan kepribadian yang ia miliki. Ia hadir, dengan
membawa segudang nasihat yang menenangkan hati. Ia mampu merubah kesedihan yang
menghadang menjadi sebuah senyuman yang tak terbentang. Ia hapuskan air mata
yang jatuh tak beralasan. Ia adalah kedamaian di hati setiap orang.
Pribadinya
yang lembut mampu menghadirkan perasaan asing yang singgah di hati. Ia adalah
sosok yang aku idamkan kehadirannya dikala hati sedang sepi. Namun, tak pernah
kusangka. Dari sekian hati yang ingin memiliki. Hati ku lah yang ia pilih untuk
saling berbagi.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun berganti tahun
kami menjalani hubungan ini. Belum pernah sedikitpun terbesit dipikiran kami
untuk segera mengikuti sunah nabi. Bagi kami menuntut ilmu adalah prinsip utama dalam hidup. Ku tahu, memang
tak ada pacaran secara islami. Ku tahu pula cinta ini tak ada dalam syariat
islam. Namun apa daya hati seakan tak mampu terbendung lagi, diri ini seakan
dikuasai oleh kenikmatan yang tiada arti.
***
Tepat
tiga tahun kami menjalani hubungan ini. Saling berbagi senyuman, saling
mengobati kesedihan dan saling membantu dalam kesulitan Hingga –- kejadian yang tak pernah kubayangkan
itu datang.
Tak
kusangka, lelaki yang selalu menyinari hari itu tega mengakhiri hubungan ini.
Ia ucapkan kata yang seketika menyayat hati. Ia pergi meninggalkan cinta tanpa
alasan yang pasti. Ia pergi, membuat hari yang telah terlewati seakan tak
berarti.
***
Ukhty…
Maafkan kata yang pernah lancang terucap
Aku tahu, mungkin hati tak akan mampu memaafkan diri
ini.
Aku tahu, bila perasaan sedih masih menyelimuti hati
mu..
Namun izin kan aku untuk menjelaskan arti kepergianku.
Ukhty…
berhari hari aku di rundung kegelisahan…
Berhari hari aku seakan menjadi buronan Tuhan…
Berhari hari pula aku tak mampu bila kelak melihatmu di
siksa karena cintaku
Ukhty…
Ku memang tak pantas menjadi pendamping hidupmu..
Berhari hari aku hanya menjadi pemisah antara mu
dengan Tuhan…
Berhari hari aku pula menjadi penghalang antara mu
dengan Al-Qur’an
Ukhti…
Ketahuilah
cinta itu menyelamatkan bukan menyesatkan…
Oleh
karena itu, maafkan cinta yang hanya menyesatkan..
Ku hanya ingin kau tetap menjadikan Al-Qur’an sebagai
sahabat yang kau inginkan
Hingga kelak kau sempurna menjadi sang hamilal
qur’an
***
0 komentar:
Posting Komentar