By :
Izzati Ruba’ie
Duhai jiwa
yang kian merindu, rindukan ia dalam nafas do’amu
Hingga ia
akan menjelma dalam sebuah pertemuan hakiki
Yang penuh
cinta dari Sang pemilik Cinta.
Bismillah,
menguatkan azzam dan himmah yang sudah tertanam dalam jiwa, melangkah dengan
keputusan yang bulat bahwa harus merantau meninggalkan kampong halaman.
Berbekal dukungan dan do’a orang-orang tercinta, ayah bunda selalu terngiang
dalam bayangan, beliau berdua sudah tenang di alam sana, beliau lebih dicintai
olehNya, Allahummaghfirlahum warhamhum.
Aku
adalah gadis nekat yang punya cita-cita yang tinggi, kami empat bersaudara
telah ditinggal kedua orang tua menghadap keharibaanNya. Namun, itu semua tak
mengurangi semangat juang kami untuk menuntut ilmu, kami ingin menjadi
putra-putri terbaik yang bisa membuat beliau tersenyum disana, anak
shalih-shalihah yang senantiasa mendoakan mereka. Hari ini adalah langkah awal
perjuangan, meninggalkan kampong halaman, perempuan seorang diri berkelana ke
kota Mataram untuk menuntut ilmu. Didalam benakku selalu ku yakini hadist Nabi
ini : “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
akan mudahkan baginya jalan menuju syurga” . Selalu kutanamkan dalah hati bahwa
Allah selalu menolong hambaNya yang melakukan niat yang baik, maka apapun itu,
tak pernah menyerah menghadapinya.
Hari-hariku
berjalan lancar di perkuliahan , semua yang ingin kudalami terus semangat
mempelajarinya, tak pernah lupa dengan pesan paman yang membesarkan kami
setelah ayah bunda meninggalkan kami, jangan pernah tinggalkan shalat , dan
baca qur’an nya ,,kata beliau. Dirumah , beliau tak pernah lupa mengajak kami
shalat berjamaah dan setelah shalat , membaca al-qur’an bersama-sama. Kebiasaan
itu tak pernah kutinggalkan. Kami sangat bersyukur masih punya keluarga yang
menyayangi kami, beliau mendidik kami layaknya anak sendiri dan terus membiayai
sekolah kami sampai perguruan tinggi. Kami pun berjanji akan menjadi anak yang
baik untuk beliau, sebagaimana beliau sangat berharap kami tumbuh menjadi
anak-anak yang baik, berakhlak yang baik, dan bisa bermanfaat untuk masyarakat.
Suatu
hari aku sibuk mengerjakan tugas bersama sahabat tercinta, ukhty Mutiya. Dia
adalah sahabat terbaik selama berjuang di bangku kuliah, kami selalu sekelas
dan sekarang sudah menginjak semester tiga. Setelah selesai mengerjakan tugas,
dia menatapku serius, sambil berkata : Sweety, aku mau ngomong sesuatu nih,
penting banget, dan kamu jangan kaget yah? Katanya menatapku dalam-dalam. Kamu
kenal si Joel gak? teman kelas kita di semester pertama dulu,?. Iya kenal,
jawabku. Kenapa? Tanyaku heran. Dia bercerita panjang : tadi tu ketemu dia di
kantin, tak sengaja, dia langsung menegurku dan ngajak bicara sebentar,
ternyata dia nanyain kamu. Hehehe
Panjang
lebar sahabatku bercerita tentang perbincangannya dengan lelaki itu. Entahlah,
ada ketenangan mengalir dalam jiwa, menyebut namanya saja belum berani. Namun
terus menguatkan hati bahwa semuanya adalah bukan hal yang mudah, semua harus
di adukan padaNya sang pemilik cinta, ridhakah dengan kedua hati yang ingin
menyatu ini. Sejak pertemuan itu, sahabatku itu menjadi perantara kami berdua.
Bertemu dengannya saja belum mampu, akhirnya dia yang rela menjadi pos untuk
kami berdua.
Diam-diam
ku ingin mencari tahu siapa sosok dia, aku hanya ingin memastikan bahwa dia
memang berniat baik atau hanya untuk main-main. Dan kudapati bahwa memang baik
adanya sosok yang sederhana itu, dia yang selalu ramah pada siapapun,
penampilan yang sederhana , akhlaknya yang baik, faham agama dan dia siap
menerimaku apa adanya. Akhirnya kuputuskan untuk istikharah,, apakah Allah akan
berkenan mempertemukan kami berdua. Sungguh,hanya ingin yang terbaik untuk
menggapai sebuah keluarga kecil yang penuh cinta, tentunya itu bisa digapai
dengan seseorang yang punya cinta yang luar biasa kepadaNya.
Waktu
begitu cepat mengalir, tak terasa kami sudah di ujung semester, menyusun
skripsi untuk syarat kelulusan kami. Aku terkagum dengan kesabarannya, selama
itu dia bersabar menanti semua keputusanku. Memang untuk masalah ini bukanlah
perkara yang cepat diputuskan. Kami berdua akan selesai bersama, insyaallah
setelah itu akan mengambil keputusan bersama. Kami sudah sepakat akan bersama
setelah wisuda nanti, mengikat janji setia sampai disyurga nanti.
Suatu hari perjumpaan di perpustakaan yang tak terduga :
Joel : Yan, Assalamualaikum..
Yan : Walaikum salam warahmah, ,
Joel : apa kabar yan?
Yan : Alhamdulillah baik, (hanya tertunduk malu )
Joel : yan, aku bisa maen ke kos kamu gak?
Yan : Maaf gak bisa, maen kerumah aja.
Joel: oh gitu ya, rumahmu kan jauh, nanti setelah liburan
gimana?
Yan : ya silahkan, tapi tetap gak boleh ke kos.
Joel : ya Yan, makasi yah
Yan : sama-sama
Begitulah
percakapan singkat yang berjalan diantara kami, hanya biasa-biasa saja, tapi
selalu kusematkan dalam do’aku untuk sebuah pertemuan yang hakiki. Dia pun
sangat mengerti dengan inginku, dan dia hanya bisa bersabar jika ingin main ke
kos, karena selalu kularang, lebih baik nanti main kerumah saja pintaku.
Hingga akhirnya,
tiba saatnya hari wisuda, tak kuasa ku bending
air mataku, karena mengingat kedua orang tuaku yang telah tiada, semua
teman-teman berbahagia bersama orang tua masing-masing ,dan aku hanya tersenyum
dalam kepahitan yang amat dalam. Ku persembahkan toga ini untuk kalian Ayah
bunda, maafkan anakmu ini yang belum bisa membuat kalian bangga dan bahagia,
hanya do’a do’a indah yang selalu kukirimkan untuk bisa membuatmu tersenyum.
Seminggu
setelah wisuda, dia datang bersama keluarga besarnya. Ku tak menyangka dia
secepat ini, dia hanya bilang ingin main kerumah, ternyata datang bersama
keluarga besarnya, sampai rumah kami tak cukup menampung tempat duduknya. Dengan
gagahnya dia mengatakan ia ingin meminangku, dan pamanku bertanya, bagaimana
Yan? Apakah kamu menerimanya? Ku hanya tertunduk seraya menjawab,
Bismillah,,,semoga Allah ridha dengan dua hati yang merindu ini. Semua mengucap
syukur setelah mendengar jawabanku, dia menatapku dengan penuh senyum, tapi aku
hanya tertunduk malu.
Hari pernikahan
kami berjalan lancar walau dengan sederhana, dia memberikanku mahar Tafsir
Al-Misbah karya Prof Quraish Shihab yang ku kagumi itu, setelah dia mengucap
janji suci , dia tertunduk dalam didepan pamanku, ku perhatikan ada yang
mengalir di pipinya, tak kuasa pula ku membendung air mata ini, syukur ku
padaNya sang pemilik cinta yang telah mempertemukan kami dalam ikatan suciNya,
ada kebahagiaan yang tak terlukiskan, pada jiwa-jiwa yang sabar dalam merindu. Dulu
hanya bisa merindukannya dalam do’a, kini sudah tersenyum di depan mata, dia
mengecup keningku dengan syahdu seraya menyematkan do’a cinta, ku mengamini
dengan penuh harap, semoga cinta ini akan terus tumbuh subur dalam hati kami,
bergandengan tangan mengarungi samudra hidup, melahirkan mujahid yang shalih
shalihah, hingga bersua kembali di syurga nanti.
0 komentar:
Posting Komentar