Kau tumbuh kembangkan aku dari setiap kalbu hambaMu
Hingga aku sebagai sumber kesedihan dan kebahagiaan pada
setiap hambaMu
“Perasaan” itulah aku….
Sabtu malam minggu, 11 April 2015 yang lalu, di saat semua santri Darun Nun
terlelap di kebun bunga peristirahatan, ku diam-diam menyipitkan mataku,
perlahan kuaktifkan jaringan sosial media facebook di mobile phone
klasik yang sudah ku beli sejak dua ramadhan yang lalu. Ketika muncul tampilan
beranda dari facebook, beberapa status muncul.
“aku ingin marah tapi ku tak bisa. Teman-teman bantu aku…. I miss him…”
Lalu batinku serasa menyahuti status ini,, jika tak bisa marah itu indah, lah
marah itu sifat syaitan,, kemudian ku geser jempol kananku ke atas, dan ku
temukan status serupa.
“malam mingguku kelabu…..”
Tak kuasa batinku menerawang warna yang dia maksudkan,, kemudian ku geser lagi
jempolku, ku temukan hampir 30 status yang miris menyerupai status-status
sebelumnya. Baiklah akan kutunjukkan mutiara-mutiara buah tulisan itu.
“aku bosan.. malam minggu selalu begini…”
“hatiku abu-abu, malam ini ku tak bisa hang out dengannya,, huftt…”
“senang sekali rasanya, akhirnya rinduku terobati,,, makasih sayanggg,,,”
“langit
ini kejam,, kenapa kau tunjukkan cintamu pada bumi malam ini hingga ku
tak jadi bertemu dengannya,, arrrghhh…”
“suasana hati ini sedang dirundung rinduu,,,, bintang sampaikan rindu ini
padanya..”
“honey… where are you,, L”
“siapa
mau belikan es degan malam ini,, tidak tahu kenapa meski hujan namun es degan
tak akan pernah tertinggalkan di relung pikiranku..”
Beberapa status di atas ku rasa cukup mewakili status yang
ku baca malam itu. Setelah membaca tulisan-tulisan di atas ku menghela nafas
panjang dan menghentikan jempolku sejenak, kenapa tidak ada status yang
menggugah semangatku, hanya ada satu status yang mengingatkanku pada santri
pondok yang sangat mencintai es degan, tapi entahlah, sering ku dengar dia
ingin minum es degan, namun selama hampir satu tahun dia tinggal di pondok
bersamaku, aku belum pernah melihatnya menghirup kuah degan. Aku hanya berharap
semoga akan segera tiba masa untuknya bercinta dengan es degan.
Aku berniat keluar dari akun facebook, tapi ku
batalkan niatku dan kulanjutkan me-refresh beranda. Tak lama setelah ku
pilih icon beranda, status-status baru pun muncul, meski status itu
sudah lama ditulis. Ku amati, ku perhatikan dan ku rasakan memang status yang
tengah berada di beranda paling atas di layar handphoneku ini adalah
status dari salah satu mahasantri Darun Nun. Ku sipitkan kedua mataku dan
perlahan ku lihat keseluruhan isi status itu dengan memencet pilihan”lihat
selengkapnya” di bagian ujung akhir status yang tidak penuh dan ditandai dengan
titik-titik. Setelah muncul keseluruhan statusnya, kusadari memang statusnya
lumayan panjang. Mataku sudah mulai redup, baca-tidak-baca-tidak, ku baca saja
statusnya itu.
“Kenikmatan
Terbesar ketika beribadah adalah ketika kita melakukannya dilandasi karena
kekuatan cinta kita kepada Allah. Bukan karena apa2. Shalat bukan karena ingin
mendapat surganya atau ingin mendapat pahala 27 derajat dengan berjamaah, tapi
karena kita rindu untuk menghadap Allah, rindu bercerita, bersimpuh menangis
kepada Allah. Membaca al-qur’an bukan karena kita ingin mendapat pahala 10 di
tiap hurufnya, tapi karena kita rindu bercengkerama dengan Allah lewat
kalamNya. Mencintai Allah dengan sebenar2nya cinta, rayu Allah dengan cinta
kita. Jika kita sudah mencintai Allah seperti demikian, maka Allah akan balik
mencintai kita lebih apa yang kita berikan kepadaNya. Maka jika Allah sudah
mencintai kita, dengan mudahnya Allah akan memberikan apapun yang kita
inginkan. Jangan menodai cinta itu dengan sifat2 ingin dipuji, ingin dibilang
alim, ahli ibadah. JANGAN. SEKALI LAGI JANGAN. (Edisi. tahun 2016/2017 biar Aku
dan Allah yang tahu "Mahabbah")” [F. A. Siha]
Kata terakhir dari status itu berhasil menutup
mulutku. Ku terdiam, ku ibaratkan ini bukan sekedar mutiara, namun bak berlian
yang mampu mengetuk hati dan pikiran. Ku rasakan rindu yang dialami
temanku begitu dalam. Hatiku memberontak, meminta pikiranku bertanya pada orang
yang menulis status itu. Bagaimana hingga seorang hamba bisa merasakan rindu
teramat dalam kepadaMu ya Allah? Bagi hamba yang hina dan diselimuti lautan
diryah ini, cemburu padanya. Betapa seluruh alam seisinya dirasa dimiliki
ketika rindu itu hanya tertuju padaNya. Rabby, luruskan niat kami hidup di
duniaMu ini semata-mata hanya untuk meraih ridhaMu, hanya menghamba padaMu.
Jadikan rindu yang teramat dalam ini hanya untukMu. Amin, amin, amin ya Rabbal
‘alamin…
Bukit Cemara
Tidar
EVI
Blok F3 No. 4
0 komentar:
Posting Komentar