Berebut
Adzan
Saya seorang anak desa dari
lamongan. Bagi kami-anak-anak desa, Sawah adalah sahabat karib. Tempat kita
bermain layang-layang, bermain air, maupun berlarian di rerumputan sawah yang
belum ditanami padi. Namun, satu hal yang paling susah dijangkau dari desaku.
Yakni GUNUNG
“Mbak, aku pingin liat gunung” kata
adik kecilku
“Oke, siap-siap yah, besok bangun
subuh. Abis subuh kita ke sawah liat gunung”
Esok hari kami mulai bertengger di
atas gubuk sawah yang terbuat dari anyaman bamboo-bambu desa.
“Itu loh dek yang warnanya kebiru-biruan”
sambil menunjuk kearah gunung
“Kecil sekali mbak” sahut adik
satunya
“ Iya sayang, gunung itu sangat
jauh dari sini. Makanya keliatan kecil. Nah kalo kita ke sana gunung itu
sangaaaat besar. Gunung adalah ciptaan
allah yang sangat besar dan dijadikan sebagai pasak di muka bumi ini. Tahukah
adek bahwa di dalam bumi ini ada cairan yang sangat panaas?”
“Masak sih mbak?? Kan ini tanah
yang aku injak”
“Adek tahu telor?(adik-adikku
mengangguk) telor itu atasnya keras, tapi dalamnya?”
“iya cair sih, kalo belum dikukus
hehe”
“iya betul adik. Di dalam bumi ada
cairan yang saaangat panas. Yang kadang-kadang akan keluar ke permukaan. Kita
sebut itu gunung meletus.”
“oo.. iya kemarin aku liat berita
di TV kak. Yang ada merah-merah keluar dari gunung itu loh kak kayak kembang api maha gede” adik
kecil menyahut
“haha. Itu lava namanya” si kakak
menanggapi
“banyak orang yang salah
mengartikan. Mereka mengira gunung itu sebagai tuhan. yang bisa sewaktu-waktu
marah dan mengeluarkan lava itu. Tapi kita sebagai umat islam harus percaya
kalau tuhan itu satu. Siapa??”
“Allah… “ jawab mereka serentak
“betul sekali. Gunung itu mah kecil
kalau dibandingkan kekuasaan allah. Bahkan banyak sekali planet-planet dan
bintang yang lebih maha besar dari gunung, bisa diatur oleh kekuasaan allah. Suatu
hari nanti Jutaan gunung akan memuntahkan isinya. Bumi ini akan digonjang
ganjingkan. Langit akan diruntuhkan. Seruntuh runtuhnya. Tak aka nada yang bisa
selamat. Kita semua akan mati dan nanti akan dihidupkan kembali dengan wajah-wajah
yang berbeda-beda. Ada yang seperti binatang, ada yang sangat tampan dan segar.
Adek mau yang mana?”
“Aku gak mau jadi binatang mbak”
“maka dari itu. Harus rajin
sholatnya, Adzannya, puasanya, dan baik sama pak e sama buk e. Oke?”
Mereka hanya diam tak menyahut.
Kupeluk keduanya sambil melihat kembali gunung kecil yang mulai pudar oleh
sinar mentari. Saat sore tiba, pak e bercerita bahwa kedua adikku berebut untuk
mengumandangkan adzan di masjid. Hehe sungguh lucu mereka ini.
Dyah Ayu Fitriana
Bukit Cemara Tidar
0 komentar:
Posting Komentar