Rutinitas merupakan bukti hidupnya seorang
insan. Ketika seorang insan dihadapkan dengan berbagai macam aktivitas, hal ini
akan memberikan dorongan insan tersebut untuk lebih pandai mengatur waktu.
Begitu pun bagi insan-insan yang memiliki waktu lebih longgar dengan aktivitas yang sedikit, akan
mendorong insan tersebut untuk menambah aktivitasnya guna memanfaatkan waktu
yang tersedia. Waktu adalah nikmat Allah yang diberikan kepada hambanya sebagai
pertanda kehidupan. Insan yang yang masih dikaruniai kehidupan, maka dia masih
mmiliki waktu. Sebaliknya, seseorang dikatakan tidak memiliki waktu, ketika
seseorang sudah dipisahkan antara ruh dan jasadnya oleh Sang Pemisah yakni Malaikat
Izra’il.
Berbagai macam sikap muncul sebagai dampak
dari mengatur waktu, sikap yang terbaik adalah disiplin serta menghargai
waktu, ditandai dengan bersegera melakoni aktivitas yang dihadapkan kepadaya.
Sebaliknya, sikap terburuk ditandai dengan
bermalas-malasan, tidak menghargai nilai waktu dengan menunda-nunda
aktvitas yang seharusnya dapat ia kerjakan saat itu juga. Masa depan adalah
suatu hal yang fana bagi umat manusia. Tidak dapat terdeteksi kapan seorang
umat akan dicabut nyawanya. Akhirnya, Sang Pencipta menyeru ciptaannya melalui
Nabinya untuk memanfaatkan waktu secara seimbang antara melakoni rutinitas
untuk kepentingan duniawi dan rutinitas untuk kepentingan ukhrawi.
Allah memberikan hidayah kepada sebagian
umatnya akan berharganya sedetik waktu. Sehingga sebagian umat ini akan
senantiasa hidup disiplin dengan memanfaatan waktu di jalan yang Allah ridha
terhadapnya. Di sisi lain, Allah memberikan hidayah dengan cara yang berbeda.
Ketika seseorang tidak mendapatkan hal yang diingikan sebab kurangnya ia dalam
menggunakan waktu yang tersedia, disinilah ia tersadar bahwa waktu itu
berharga. Paling akhir, semoga kita semua digolongkan ke dalam umat-umat yang
bisa menghargai betapa berharganya nilai dari sedetik waktu bagi sebuah
kehidupan.
Denganmu aku hidup, tanpamu aku mati
Sungguh berharga dirimu bagiku.
Duhai Waktu... .. ..
Evi
0 komentar:
Posting Komentar