Biarlah Cinta Bersanding di Surga
Oleh : Miftachul Chusnia
Shalsabilla, sahabat terbaik yang pernah ku miliki. Ia selalu
menebarkan senyuman lembut kepada siapapun. Ia tak pernah membeda-bedakan orang
lain. Ia cerminan bidadari surga. Banyak
cinta yang ia berikan kepadaku, banyak kenangan indah yang kita ukir bersama hingga
ajal menjemputnya. Ia telah pergi meninggalkanku cintanya dan sejuta kenangan
indah karena penyakit kanker yang ia derita. Ia tempatku bersandar ketika ada
masalah yang menimpa. Ia yang selalu mengusap air mata di pipi. Ia pula yang
selalu membangkitkanku ketika sedang terpuruk.
Aku bukanlah sahabat
pertamanya. Namun, bagiku ia adalah
sahabat pertama yang kumiliki. Perjumpaanku berawal ketika berbagai cobaan yang menghantam
hidupku. Ia datang bagaikan bidadari surga yang Allah utus untuk membantuku
keluar dari cobaan yang menimpaku.
Kala itu orang tuaku
bertengkar hebat hingga tak ada sedikitpun kasih sayang yang mereka berikan
kepadaku. Hanya uang dan kekayaan yang mereka berikan. Hal itu yang membuatku
berani mencoba minum minuman keras, narkoba dll hingga ada niat dalam hati
untuk mengakhiri hidupku. Tak ada seseorang yang mau memberikan pundaknya tuk
ku bersandar. Namun, ketika aku benar benar ingin mengakhiri hidup, billa
datang menghiburku dengan sabar dan senyuman. Ia berkata bahwa tiadalah makhluk
yang diciptakan tanpa cobaan. Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas
kemampuannya. Jangan pernah takut, karena Allah selalu bersama kita. Nasihatnyalah
yang membuatku mulai luluh dan mau berhijab tuk mendekatkan diri kepada Allah
sang Maha Pencipta.
***
Awan berubah menjadi
hitam. Matahari bersembunyi memendam rasa sedih. Tetesan hujan siap berjatuhan
mengiringi jasad Billa yang sudah tak bernyawa. Tepat hari ini ia akan dikebumikan. Rasa
sedih menimpa seluruh orang yang ditinggalkan. Terlihat sesekali ummi Farra
meneteskan air mata. Beliau berusaha tegar melihat putri kesayangannya
mendahuluinya bertemu dengan sang pemilik kehidupan. Keadaan semakin mengharu
tatkala tanah mulai menutup jasadnya. Aqilah menangis terisak isak ketika tak
dapat melihat dan merasakan kasih sayang tulus
kakaknya. Ketika semua telah selesai dan orang orang mulai meninggalkan
pemakaman, aku sendiri menatap pusara sahabatku. Ku melangkah perlahan lahan
meninggalkan. Ketika tepat di langkahku yang ke tujuh, ku melambaikan tangan
dengan tetesan air mata.
Namun, tak
sedikitpun ku menyadari bahwa ku tak pernah menjadi tempat sandarannya. Tak
bisa ku menjaga sahabatku. Bahkan akulah orang yang membuatnya terluka. Ini
kudapat ketika Aqillah, gadis kecil merangkulku sambil menangis hingga terlelap
di pangkuanku. Ku rebahkan aqillah di
kamar Billa yang bersih dan berbau
harum. Saat itu ku mendapati buku yang berjudul “ Catatan
Hidup Shalsabilla Putri ” tepat di
atas meja belajar.
Ku buka perlahan
lahan buku yang bersampul merah muda itu. Banyak foto yang terpampang di awal
halamannya. Ada fotonya dengan keluarga, fotoku dengannya ketika umroh bersama
dan ada 1 foto yang membuatku tercengang ketika melihatnya.
Setelah melihat foto
itu semakin membuatku penasaran untuk melihat isi buku tersebut. Berbagai kisah
hidupnya ia tulis seakan ada dunianya disana. aku seperti menemukan ruang baru
yang tak pernah aku kunjungi. Membacanya – memunculkan imajinasi tentang kehidupannya.
Namun langkahku terhenti, seketika ku meneteskan air mata sekaligus penyesalan.
Kini ku baru mengetahui, seperti memecahkan teka teki yang berasal dari dalam
hati. Yaa...kini ku tau siapa lelaki yang menghiasi harinya selama ini.
***
20 Agustus 2010, 20.00 WIB
Rabbi,
terbesit rasa yang asing dalam diri ini.
Menguasai
hati hingga rela menjadi budak rasa.
Rabbi,
Maafkan mata ini yang tak mampu menjaga...
Ampuni
hati ini yang tega mendua..
Entah
Cinta ataukah Nafsu belaka..
Namun,
izinkan rasa ini hadir murni fillah...
Pagi ini nampak bersahaja, matahari terbit
tepat pada waktunya. Hari ini angin pagi bersahabat dengan manusia. Tidak
terlalu dingin dan tidak terlalu panas pula.
Semua orang sibuk dengan aktivitasnya masing masing. Sosok wajah rupawan
hadir di penglihatanku, menebarkan pesona indah di wajahnya. Berpakaian sopan
berbalut islami. Ia lah Muhammad Hamzah Al Baihaqi, teman lamaku di Aliyah.
Akhlaknya yang karimah mengiringi ketampanan wajahnya. Ia temanku sekelompok di
Ospek, ia sungguh bertanggung jawab dan menghargai orang lain. Namun, selama 3
hari bertemu denganya telah mengirimkan rasa yang berbeda dalam hati.
Ya Allah, jangan buat aku terpelosok
ke dalam cintanya, jadikan ia hanya panutan karena akhlaknya karena ku takut
engkau akan menjauh dariku dan tetap luruskan niaku Ya Allah. Amiiinnn
***
22
Agustus 2010
Ya Rabb, engkau
lah dzat yang maha pencipta...
Begitu indah
ciptaan yang engkau perlihatkan...
Hingga sebagian
wanita tercuri hatinya...
Ya Allah, entah untuk
siapakah senyuman itu mendarat..
Melihatnya saja
sudah di mabuk kepayang...
Selamatkan aku ya
Rabb...
13
Januari 2015
Tak berhak aku marah....
Tak layak aku merasa tak adil
Semua berjalan searah dengan
skenarioNya..
Karena....Tak ada yang salah tentang
cinta
Meski ku
tahu rasa ini menyayat hati..
Air mataku
tak mampu ku bendung lagi
Namun ku tak
akan munafiq pada diri sendiri
Billa kekasih
kini bersanding dengan sahabat sendiri...
Ya Tuhan...
Berikanlah aku kesahabaran tuk
menghadapi kenyataan yang pahit...
Meski cinta tak dapat kuraih hari
ini namun izinkan cinta bersading di surga nanti...
Shalsabilla
Putri
***
Tak kuasa aku membacanya. Seakan batu besar menghantamku seketika. Tak
pernah kubayangkan bagaimana perasaannya ketika orang yang ia dambakan adalah
orang yang esok menghiasi hariku. Tak pernah pula ku menduga bahwa kita
memiliki perasaan yang sama. Demi menjaga perasaanku ia rela memendam
perasaannya bertahun tahun lamanya.
Ku tutup lembaran
kisah Billa. Perasaan menyesal dan bersalah hinggap di hatiku. Dalam doaku, ku
berharap Billa kan memaafkan kesalahanku. Maafkan aku Billa L
Selesai
ditulis pada tanggal 20 Februari 2015, jam 13:02 WIB
MC_200215C_Biarlah
Cinta Bersanding di Surga
0 komentar:
Posting Komentar