Saat ini banyak sekali pelajar yang mencari ilmu
dengan tanpa mengetahui adab- adabnya. Sehingga ilmu yang didapatnya sia-sia
tanpa membekas pada dirinya. Oleh karena itu, seorang pelajar sebaiknya
memahami bagaimana adab mereka dalam menuntut itu agar mendapatkan ilmu yang
barokah dan bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Istilah adab dari segi asal kata (etimologi) merupakan kata
serapan dari bahasa arab,adab (ادب) yang berarti sopan santun, budi pekerti atau tata cara
Setelah menjadi salah satu kosa kata (perbendaraan kata) dalam bahasa
Indonesia, kata adab dipakai dengan beberapa pengertian yang tidak jauh dari
bahasa aslinya, seperti kesopanan, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau
akhlak. Yang dimaksud
adab adalah segala bentuk sikap, prilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan
nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. Dengan demikian adab
pelajar adalah perilaku yang mencerminkan nilai sopan santun dari murid
terhadap gurunya.
Sifat pertama yang perlu ada pada setiap pelajar di dalam
menunaikan hak terhadap guru ialah menghormati guru. Guru wajib dihormati kerana kedudukannya yang menyampaikan ilmu
kepada pelajar. Pelajar juga wajib menghormati guru kerana kedudukan pelajar
yang menerima ilmu darinya. Selain
itu, seorang pelajar sebaiknya menjauhi hal-hal yang dapat menyibukkan dirinya
menjadi tidak bisa berkonsentrasi untuk belajar, memiliki hati yang bersih,
serta bersikap rendah diri terhadap gurunya dan sopan kepadanya meskipun lebih
muda, kurang tersohor dan lebih rendah nasabnya. Dengan sikap tersebut maka ia
bisa mendapat ilmu yang diharapkan.
Adab- adab pelajar menurut kitab “at tibyanu fii adaabi hamalatil
qur’an “ adalah
1.
Janganlah
ia belajar kecuali pada orang yang lengkap keahliannya, menonjol keagamaannya,
nyata pengetahuannya dan terkenal kebersihan dirinya.
Menurut Muhammad bin Sirin dan Malik bin Anas serta para ulama’
salaf lainnya “ ilmu adalah agama, maka lihatlah kamu mengambil agamamu”.
Sebagian ulama’ di zaman dulu apabila pergi ke rumah gurunya ia
sedekahkan sesuatu seraya ia berkata ”ya Allah, tutupilah kejelekan guruku
dariku dan jangan hilangkan keberkahan ilmunya dariku”
2.
Hendaknya
pelajar masuk kepada gurunya dalam keadaan memiliki sifat sempurna yaitu dengan
bersuci, mengosongkan hatinya dari hal-hal yang menyibukkan. Janganlah ia masuk
sebelum minta izin di suatu tempa yang perlu minta izin sebelum memasukinya.
Janganlah ia melangkahi pundak-pundak orang, tetapi hendaklah ia duduk dimana
tempat majelis berakhir kecuali bila guru mengizinkannya untuk maju atau bila
diketahui bahwa mereka lebih menyukai hal itu. Jangnlah ia duduk di tengah
halaqoh kecuali bila ada keperluan, jangan duduk diantara dua teman tanpa izin
keduanya.
3.
Hendaklah
ia menampakkan adab terhadap tema-temannya dan orang-orang yang dahir dalam
majelis sang guru. Janganlah ia mengeraskan suaranya jika tanpa keperluan,
jangan tertawa, jangan banyak bicara, jangan main tangannya maupun lainnya,
jangan menoleh ke kanan dank e kiri tanpa keperluan, tetapi dengarlah perkataan
guru dan mendengar perkataannya.
4.
Jangan
belajar kepada guru dalam keadaan hati guru sedang sibuk dan dilanda kejemuan,
ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kehausan, mengantuk, kegelisahan dan hal-hal
lain yang dapat mengahalangi guru untuk dapat mengajar secara optimal dan
serius.
5.
Hendaknya
pelajar gemar dan tekun menuntut ilmu dalam
semua waktu yang dapat dimanfaatkannya dan tidak puas dengan yang sedikit
sedangkan ia bisa belajar banyak. Janganlah ia memaksakan sesuatu yang tak
mampu dilakukannya supaya tidak jemu dan hilang apa yang diperolehnya. Apabila tiba
di majelis guru dan ia tidak menemukannya ia harus menunggu dan tetap tinggal
di pintunya. Janganlah meninggalkan tugas yang diberikan oleh guru. Apabila mendapati
guru sedang tidur atau sibuk dengan sesuatu yang penting, janganlah ia minta
izin masuk kepadanya tetapi sabar sampai ia bangun dan selesai dari
kesibukannya.
6.
Hendaknya
ia pergi ke gurunya untuk belajar di awal siang, selalu memelihara hafalannya,
tidak mengutamakan orang lain jika tiba gilirannya karena mengutamakan orang
lain dalam hal ibadah adalah makruh.
Pesan Umar bin Khattab : “ tuntutlah ilmu sebelum kamu menjadi
pemimpin. Yakni berijtihadlah segenap kemampuanmu disaat kamu menjadi pengikut
sebelum menjadi pemimpin, karena jika sudah menjadi pemimpin yang diikuti, kamu
enggan belajar banyak”.
Begitu pula menurut imam Syafi’i: “tuntutlah ilmu sebelum engkau menjadi
pemimpin. Bila engkau sudah menjadi oemimpin, maka tidak ada jalan menuntut
ilmu.”
Oleh: Risalatul Munawwaroh
0 komentar:
Posting Komentar