Oleh Ninis Nofelia MPAF
Malang, 4 November 2014.
Pukul 19.00 WIB
Habiburrahman El-Shirazy,
biasa dipanggil Kang Abik, siapa yang tak kenal beliau? Penoreh kisah
“Ayat-ayat Cinta” yang melegenda di tahun 2004 lalu. Sosok penulis karya sastra
yang bernuansa religi. Pada malam itu, Selasa, 4 November 2014, Beliau hadir
menghamparkan “Bumi Cinta” miliknya di pelataran UIN Maliki Malang. Sorak-sorai
riuh para pengembara ilmu berdatangan ingin berjumpa nyata dengan sosoknya.Alhamdulillah,
termasuk diriku ditakdirkan tuk menyaksikan wejangan beliau membedah
penelusuran ditemukannya “ Bumi Cinta”.
Dengan ditemani ustad
Tamimulloh sebagai pembawa acara, acara pada malam itu semakin semarak dengan
semangat yang hidup. Beliau mendapingi penulis dengan rasa yang mungkin sedang
aku rasakan. Bahagia dan terharu karena bertatap langsung dengan sang penulis
idola. Tak bisa kubayangkan seandainya saja aku yang duduk di kursi ustad
Tamim, betapa senangnya. Karya-karya sang penulis idola yang luar biasa memberi
inspirasi segar dan selalu menghipnotisku untuk menikmatinya hingga selesai.
Masih aku rasakan hingga kini sensasi ketika membaca karya-karya Kang Abik. Hemm...
sampai tak sadar aku khusyuk duduk selama 3 jam membaca novel “Ayat-ayat Cinta”
ketika aku duduk di masa Aliyah dulu. Entahlah, setiap kalimatnya seakan
mengajakku menyaksikan bahwa kisah itu adalah nyata.
Malam itu, aku semakin
terhipnotis dengan kedatangan beliau. Awalnya hati bertanya seperti apakah sosok
sebenarnya beliau?
Subhanalloh, bagiku sikap beliau
berbanding lurus dengan karya-karyanya. Halus dan mengagumkan. Aura beliau yang
meneduhkansemakin terpancar ketika beliau mengungkapkan niatan apa saja yang
membawa beliau menapaki “ Bumi Cinta” di pelataran Humaniora UIN Maliki Malang
ini. Beliau mengatakan bahwa niatan beliau pertama adalah untuk tholibul
ilmi (menuntut ilmu), sedikit beliau mengulas kisah betapa bahagianya bagi
siapapun penyandang status tholib(Penuntut ilmu). Bahkan ulama
hebat terdahulu meski karyanya sudah luar biasa tetapi tetap saja pergi mencari
orang ‘alim lainnya yang dirasa lebih ‘alimilmunya daripadanya
untuk dimintai pengajaran atasnya. Subhanalloh... Kang Abik pun menukil
sebuah hadis yang redaksinya kurang lebih demikian “... Bahkan ikan-ikan di
lautan memintakan ampunan terhadap orang-orang yang sibuk menuntut ilmu...”subhanalloh,
bergetar rasanya aku duduk di sana. Menuntut ilmu tiada batasnya. Begitulah
mungkin cara beliau menyampaikan pengajaran akhlak ulama terdahulu kepada kami
semua yang duduk terpesona sebagai hadirin.
Selanjutnya, niatan
beliau ke dua adalah untuk silaturahmi. Masyaallah... beliaupun kemudian
menyampaikan beberapa fadhilah dari silaturahmi, salah satunya adalah menambah
ilmu kita. Nah, di sinilah beliau menyampaikan kronologi perjalanan
ditemukannya “ Bumi Cinta” yang semoga menambah ilmu dari kita semua, Robbii
zidnii ilma warzuqnii fahmaa.
%%%
Di suatu kesempatan ketika beliau
sedangan rihlah ke Jerman, beliau ditawari oleh salah seorang pemuda seorang mahasiswa
Indonesia yang kebetulan sedang menempuh masa studi di Jermanuntuk berkunjung
di tempat tinggal yang ia sewa. Sebelum pemuda itu mengajak Kang Abik, pemuda
itu menceritakan perihal suasana tempat tinggalnya. Cerita pemuda itu membuat
Kang Abik merasa terkejut karena isi dari rumah sewanya yang semacam rusun
(rumah susun) itu dihuni oleh wanita juga, yang mana bagian dapur dan kamar
mandi menjadi 1 pusat. Sehingga secara tidak langsung terjadi pembauran antara
kedua lawan jenis itu. Pemuda itu mengeluh seandainya saja ia memiliki uang
yang cukup ia akan lebih memilih tinggal di rumah sewa yang isinya laki-laki
semua. Ia tingga di sana karena keadaan finansialnya yang memaksanya untuk
tetap tinggal di tempat tersebut. Betapa nampak kegalauan terhadap dirinya.
Pergolakan iman seorang lelaki normal yang butuh dikuatkan. Luar biasa rasanya
memperjuangkan keimanan seorang lelaki normal yang dihadapkan dengan dunia
seperti itu, dunia yang begitu menantang. Masyaallah, dari sinilah ide “Bumi
Cinta” itu muncul yang menyampaikan kisah seorang pemuda muslim yang dihadapkan
dengan dunia lain yang begitu menantang keteguhan keimanannya. Seorang mahasiwa
yang melaksanakan masa studi di sebuah negara yang pernah diberitakan sebagai negara
nomor satu pengakses situs porno di dunia. Itulah mengapa Rusia dijadikan
setting tempat pada novel tersebut. Bisa dikatakan ini adalah kisah nabi yusuf
yang disampaikan dalam bentuk lain yang dikemas secara modern. Ingin tahu lebih
detailnya? silakan membaca novelnya. Dan nantikan insyaallah kelanjutannya pada
“Bumi Cinta 2”.
%%%
Demikianlah sedikit
ulasan tentang acara bedah buku “Bumi Cinta”. Di akhir ulasan ini ingin kusampaikan jawaban Kang Abik dari
salah seorang audiens yang bertanya “Mengapa karya anda selalu bertemakan
tentang cinta?”, Beliau menjawab, “ Karena cinta mampu meringankan yang
berat”.Subhanalloh... jawaban yang membuatku semakin terpesona saja.
Pondok Pesantren Darun Nun, Bukit Cemara Tidar Blok F3/ 4, Karangbesuki-Sukun-Malang
0 komentar:
Posting Komentar