EVI
“Piguranya kenapa sampai
pecah?”
“Maaf Bapak, saya tidak sengaja
menjatuhkannya. Ketika saya kesini saya membawa banyak barang seperti yang
Bapak pesankan kepada saya. Saat saya membuka pintu ternyata ada orang dari
dalam ruangan hendak keluar, sehingga semua barang yang saya bawa jatuh dan
berantakan. Bahkan pigura ini sampai pecah. Mohon maaf Bapak.”
“Pigura ini akan saya gunakan sebagai
oleh-oleh rekan bisnis saya yang akan datang sekitar 30 menit lagi. Kalau pecah
begini lalu bagaimana? Ini pigura mahal dari Jerman yang saya beli satu bulan
lalu ketika saya ada pertemuan dengan Menteri Keuangan disana. Seharusnya kamu
membawanya dengan hati-hati. Jangan bawa banyak barang bersamaan. Akibatnya jadi
begini. Seharusnya tadi kamu juga periksa ada orang atau tidak di dalam ruangan.
Pastikan kalau mau masuk pintu itu harus ketuk pintu terlebih dahulu…”
“Iya Bapak. Mohon maaf, silahkan Bapak
potong gaji saya untuk mengganti pigura ini. Sementara untuk oleh-oleh rekan
Bapak, bagaimana jika saya carikan dari pigura Bapak yang lainnya?
“Sudah, sudah, kamu tinggalkan ruangan
saya. Saya akan urus sendiri masalah ini…”
Subhanallah, tukang cleaning service
pun keluar dengan muka tertunduk karena merasa sangat bersalah terhadap
pimpinannya. Namun kejadian sesungguhnya bukanlah kesalahannya ini mutlak atas
pak tukang, namun ada unsur ketidaksengajaan oleh pihak yang hendak
keluar dari ruangan pimpinannya dan juga pinta pimpinannya agar membawa
segudang barang-barang dengan segera ke dalam ruangannya. Tentunya tidak hanya
mereka, Allah SWT Yang Maha Mengatur scenario hambaNya lah yang telah mengambil
andil semua cerita yang terjadi terhadap hambaNYa.
Masalah adalah teman bagi
semua insan yang masih dikaruniai kehidupan oleh Yang Maha Menghidupkan. Begitu
pula yang terjadi pada pak tukang dan pimpinannya. Ketika masalah datang,
berbagai insan menyapa dengan tanggapan yang berbeda-beda. Tukang dalam
cerita di atas menanggapi masalah dengan sabar dan berusaha mencari solusi,
Berbanding terbalik dengan pimpinannya, tergesa-gesa dengan menyalahkan tanpa
mau mendengar alasan.
Wahai insan pencinta
kedamaian, sungguh Nabi telah mengajarkan dalam sunnahnya untuk berlaku sabar
dan tidak menjadi insan yang pemarah. Ketika suatu waktu beliau diminta untuk
menasihati seorang pemuda ‘Wahai Rasulullah nasihatilah diriku’, kemudian Rasul
bersabda ‘Jangan marah’, Pemuda berkata ‘lalu Rasul?’, Rasul bersabda ‘Jangan
marah’, kemudian seterusnya Rasul mengulang jawabanNya dua kali. Begitu
pentingnya menahan marah, karena sesungguhnya yang kita perlukan ketika masalah
datang adalah sebuah kesabaran dan keikhlasan yang kemudian akan mendatangkan
setitik solusi. Merupakan salah satu ciri orang bermanfaat adalah orang yang memberi
solusi ketika masalah datang, ketika tidak mampu, maka sebaiknya diam dan
berdoa dalam kebisuannya. Sebaliknya, tanda orang yang membawa kejelekan kepada
orang lain adalah orang yang saling menyalahkan ketika masalah datang, baik
menyalahkan sesama maupun menyalahkan keadaan. Semoga kita semua tergolong ke
dalam insan-insan yang mampu memeberikan solusi ketika masalah datang. Amin ya
Rabbal ‘alamin.
BUKIT CEMARA TIDAR F3 NO.4
KARANG BESUKI SUKUN,MALANG
0 komentar:
Posting Komentar