“Pak
saya mau es campurnya 1 ya…”
“Iya
Ning, isinya apa Ning?”
“Minta
tolong Bapak pilihkan buahnya yang manis-manis saja ya”
Rambut
beruban dan kulit keriput yang menghiasi lekuk wajah, punggung yang membungkuk,
dan keringat yang mengalir di tepi pelipis, terlukis di diri Nardi, seorang
yang usianya sekitar 54 tahun. Kelincahannya dalam berjualan es campur
mengundang banyak pengunjung di tengah sayup-sayup angin di pinggiran jalan di
antara persawahan desa. Shofa tak tertinggal untuk menilik es campur ala
Pak Nardi yang meskipun sudah sepuh namun mampu menghidupkan keramaian
di gubuk bambu yang beliau dirikan untuk menampung dagangannya itu.
“Monggo
Ning, es campurnya.”
“Ngapunten
Bapak, saya tadi pesan pakai buah yang manis saja Pak.”
“Saya
sudah sering melayani pembeli seperti Panjenengan, ketika akan
meninggalkan gubuk saya, pasti berkomentar ‘es-nya kurang sedap Pak’. Saya hanya
bilang ‘lain waktu balik lagi kesini nggeh’.” Timpal Pak Nardi dengan
senyum yang menyimpul di pipinya
“Ketika
mereka kembali, Bapak tidak akan melayani seperti yang mereka inginkan?”
“Iya
Nak, Bapak suguhkan es campur ini memang sudah sesuai takarannya. Kalau hanya
buah yang manis, pasti tidak sedap meskipun menyegarkan. Allah Maha Bijaksana,
sungguh sudah ketara bagi yang mau melihat kebesaranNya, menumbuhkan pohon agar
berbuah dengan hasil yang berbeda supaya buah satu yang diciptanya manis dapat
membagi manisnya dengan buah yang masam, yang masam dengan yang manis saling
bersatu untuk sebuah kesedapan. Tak luput juga kita manusia, dicipta berbeda
untuk saling menyempurnakan kesempurnaan yang dikaruniakan Allah kepada kita
hamba-hambaNya. Begitu seterusnya untuk macam buah yang lain, bermacam-macam
buah bapak campurkan di dalam satu mangkok, bapak tambahkan sedikit sirup dan
susu, lalu terakhir bapak tumpuk dengan es batu yang sudah dihaluskan. Monggo
Ning rasakan.”
“Nggeh
Bapak.” Simple Shofa menerima es
campur dari Pak Nardi kemudian dengan perlahan dia menyantap es campur ala Pak
Nardi.
“Kalau
ndak dicampur ya bukan es campur Ning.” Lanjut Pak Nardi dengan sedikit
melebarkan senyumnya.
Membutuhkan
waktu 10 menit saja Shofa mampu menyapu bersih mangkuk Pak Nardi. Kemudian dia mendekati
Pak Nardi, berjualan es campur seorang diri sehingga memangku semua pekerjaan
termasuk sebagai kasir ala warung restoran.
EVI
Karang Besuki F3 No.4
0 komentar:
Posting Komentar