Halimi Zuhdy
Men-Dhuhakan hati,
agar
bunga-bunga rindu
mengalun
derai, menghampiri sanubari
menatap
pagi, mementarikan dzikir menuju Ilahi
Men-Dhuhurkan diri,
Mencerai
kusut, memberai suntuk
Di
punggung siang, tuma’nina menjadi wujud
Meruku’
diri, di hadapan Tuhan, yang tertabiri
Meng-Asarkan iri,
Mentari
mulai jenuh,
Sinisme,
menjadi candu, pemandu ketamakan
Takbir, dialunkan
Tasbih,
disiulkan
Mentari mulai
redup, bersama hati yang tak hidup
Mema-Ghribkan dengki,
Qiyam,
rukuk, julus, berotasi
Mensucikan
hati dan diri,
Memudarkan
mentari benci,
Di
ufuk sajadah cinta,
Memulai
malam, dengan tasbih ilahi
Meng-Isyakkan taqorrub ilahi,
Siang
hari, benar-benar telah pergi
Malam
berdendang, berselimut kelam
pagi
siang mencari jati diri,
apakah
malam mati bersimbah kemaksiatan diri?
Tahiyyat
awal kita mulai
Menggerakkan
jari, mendekatkan dahi pada tanah tempat kembali
Men-Subuhkan iman dalam segala
posisi
Menjelang
pagi, tahiyyat akhir diakhiri
Ucapkan
salam pada mentari pagi,
“Assalamu’alaikum
warahmatullah”
Para
malaikat menjawab, “wassalamualaikum”
Amal
dihantar menuju Ilahi
Tuhan
tersenyum, menyaksikan ibadah penuh puji
Malang, 4 Juni 2014/ 5 Ramadhan 1434
0 komentar:
Posting Komentar