The Sufficiency Not
Destitution
By: Evi Nurjanah
“Allah
itu memberikan Kekayaan dan Kecukupan Cu”
Momo
melanjutkan perjalanannya, setelah ia memastikan bahwa nenek tua disampingnya
selesai bertutur kata.
Nenek
tua yang mengenakan jubah putih dengan jilbab berwarna merah mencolok, sedikit
kurang serasi dengan warna jubahnya. Berbadan kurus dan sedikit bungkuk, namun
terlihat masih kuat ketika di usianya yang sudah renta ia masih rutin melakoni
aktivitas kesehariannya sebagai pencari kayu bakar untuk kemudian dijual ke
pasar kecil di dekat rumahnya. Momo bertemu nenek tua itu ketika ia sedang
berjalan melewati pasar di mana sang nenek memasarkan kayu bakarnya. Mereka
berjalan beriringan di pinggir jalan. Tak disangka sorban yang dikenakan Momo
tersangkut salah satu kayu bakar nenek. Intonasi jalan yang dibentuk oleh Momo
tentu lebih cepat dibandingkan dengan sang nenek.
“braaakkk…”
akhirnya kayu bakar nenek terjatuh bersamaan dengan nenek dan Momo.
“astaghfirullah”
seru sang nenek dengan suara yang sedikit bergetar.
“astaghfirullah”
timpal Momo dan bergegas mendekati sang nenek.
“Nek,
apakah nenek baik-baik saja?” lanjut Momo kemudian lekas mengumpilkan kayu
bakar nenek itu.
“Nenek
tidak apa-apa, cepat kumpulkan kayu bakar itu dan tali seperti semula,
seseorang telah menungguku untuk mendapatkan kayu bakar itu.” Pinta nenek
seolah beliau sudah mengenal Momo bak seorang nenek yang memerintah cucunya.
“baik
Nek” dengan sedikit bingung Momo memfokuskan tangannya untuk menyatukan
kayu-kayu yang tercecer itu ke sebuah tali usang yang digunakan nenek untuk
mengikat kayu bakarnya.
“Fiuuuuuhhhh…”
helaan nafas sang nenek seakan menusuk perasaan Momo. Perasaan kasihan atau
lebih pada tak tega sangat mengganggu Momo saat ini yang tengah duduk di depan
gubuk nenek.
“Terima
kasih Cu.” Lanjut nenek setelah menyuguhkan secangkir air putih kepada Momo.
“Maafkan
nenek Cu, nenek belum membeli bakal minuman yang pantas untuk disuguhkan, tapi
nenek masih mempunyai sebotol air putih yang selesai nenek rebus tadi pagi Cu.
Minumlah…” dengan tawa renyah nenek meneguk secangkir air putih yang ada
digenggamannya.
“Nek,
setiap hari nenek mencari kayu bakar?”
Nenek
hanya mengangguk dan tersenyum.
“Nenek
tinggal di gubuk ini seorang diri?”
“Suami
nenek sudah tiada, anak-anak juga sudah tinggal dengan sebuah rumah baru”
“Setiap
hari nenek mendapatkan hasil dari kayu bakar itu?”
“Tidak
Cu, Terkadang tidak ada kayu bakar yang bisa nenek kumpulkan.”
“lalu,
bagaimana dengan kebutuhan nenek, apakah semua terpenuhi Nek?”
“Tentu,
selalu ada pertolongan. Orang menyangka nenek miskin. Cucu juga begitu?”
Momo
hanya terdiam mendengarkan dengan seksama apa yang sang nenek haturkan.
“Nenek
tidak miskin Cu, nenek merasa apa yang nenek butuhkan selalu diberi kecukupan
oleh Allah. Karena benar adanya bahwa sesungguhnya Allah memberikan Kekayaan
dan Kecukupan, dan satu lagi yang harus selalu diingat Cu, kegembiraan akan
selalu ada di kegelapan sekalipun, asalkan kamu tidak mematikan cahaya
(harapan)”
Kata-kata
terakhir yang dirasa paling kuat tertancap di pikiran Momo. Menandakan betapa
besarnya kasih sayang Allah terhadap semua makhluknya. Sudah menjadi kewajiban
kita sebagai umat pengikut Sang Penghulu Utusan, Nabi Muhammad SAW untuk
senantiasa bersyukur atas semua keadaan yang dititahkan Allah untuk kita.
Supaya kita senantiasa berfikir dan mencari hikmah untuk terus belajar menjadi
insan yang berakhlak.
Bukit Cemara Tidar, Malang
0 komentar:
Posting Komentar