By : Catur Mukti Wiani
Kepadamu yang tercinta, ibuku tersayang
Ibu... hari ini aku merasa sangat lelah, tapi
ketika aku ingin mengeluh kuteringat
denganmu. Engkau tidak pernah mengeluh
dalam mendidik anak-anakmu, bersabar
atas kesalahan dan dalam menghadapi semua masalah, termasuk tingkah polah buah
hatimu yang kadang memeras keringat di sekujur tubuhmu. Aku masih ingat ketika
kami anak-anakmu bertengkar engkau melerai kami dengan kasih sayangmu tanpa
kekerasan sedikitpun. Atau aku masih sangat ingat , engkau sengaja menyelimutiku
dengan selimut tebal, ketika engkau temukan aku dalam keadaan kedinginan
sedangkan engkau sendiri tidak memakai selimut.
Ibu... sungguh bahagianya aku memiliki ibu
sepertimu. Engkau yang selalu mengajariku berbuat baik dan tidak pernah
mengajariku perbuatan tercela. Engkau adalah guru yang sangat aku idolakan.
Maka tak salah jika ibu dijadikan guru pertama dalam pendidikan. Karena engkau
guru yang penuh cinta meskipun tanpa menyandang gelar sarjana dibelakang
namamu. Engkaulah guru yang penuh cinta, keikhlasan, kelemah lembutan dan kasih
sayang ketika mendidik buah hatimu.
Ibuku tersayang...
Sungguh tak bisa aku membalas jasamu. Hanya
terimakasih aku persembahkan padamu yang telah senantiasa bersabar dan
memberikan dukungan, do’a, serta ridhomu untuk buah hatimu yang sedang menuntut
ilmu nan jauh dari hadapan matamu ini.
Ibu... izinkanlah aku menangis jika memang air
matamu terjatuh karena kedurhakaanku. Tapi, tersenyumlah wahai ibuku tersayang,
karena senyum teduhmu menjauhkanku dari kesedihan dan belaian tangan kasih
sayangmu menjadi madu ketika aku merasa sulit menghadapi pahitnya cobaan
kehidupan.
Ibu sayang... dengarlah, sesungguhnya buah
hatimu ini tidak pernah berharap ketika ia besar nanti menjadi seorang sarjana
yang berbangga diri karena telah tecapai cita-citanya. Karena sesungguhnya yang
paling tinggi adalah bisa melihat senyum indahmu ketika berada disisimu dan berada di dekapan dadamu.
Dan ketika air matanya terjatuh karena rindu akan cinta dan kasih sayangmu.
Dari si kecilmu,
“yang selalu dirundung rindu kepadamu”
0 komentar:
Posting Komentar