Kita bisa terlahir ke dunia ini merupakan kenikamatan yang
besar sekali, belum kenimatan kasih sayang orangtua yang telah membesarkan
kita. Mulai dari dari perut ibu kita sudah mendapatkan curah kasih sayang Sang
Khalik, selama masa pertumbuhan dalam rahim ibu kita telah mendapatan banyak
kenitmatan juga, bahkan setelah terlahirpun kita masih mendapatkan seambrek-ambrek
kenikmatan dari Allah SWT.
Allah Sungguh Dzat yang penuh kasih sayang, seluruh manusia
dibumi ini mendapatkan Rahimnya, tapi sangat sedikit yang mensyukuri kenitmatan
tersebut.
Ketika kita
mendapatkan musibah yang sungguh berat dari Allah, ada dua cara untuk mengobati
rasa sakit hati yang sangat karena musibah tersebut, yakni dengan sabar dan
syukur.
Sudah sering kita mendapatkan ilmu dari pada Da’I bahwa jika
kita mendapatkan musibah maka kita di tuntut untuk tetap bersabar, walau pun
itu sulit. Pahadal belum tentu Da’I tersbut juga sanggup untuk tetap sabar
dikala musibah telah menerpa dia. Hehe
Memang dengan sabar kita bisa menahan hati yang sakit ini,
tapi kalo boleh jujur bisakah kita tetap sabar dikala musibah menerpa kita?? Banyak
diantara kita yang tidak sanggup sabar dalam menghadapi musibah. Karena memang
setiap orang mempunyai titik kesabaran
tertentu. Sebenarnya selain dengan sabar ada cara yang lebih manjur
lagi, yakni dengan bersyukur. Pasti muncul pertanyaan, kok malah di suruh
bersyukur dengan datangnya musibah???
Memang jika di lihat secara sekilas memang tidak wajar cara
ini. Kenapa kita harus bersyukur dengan
datangnya musibah?? Yang saya maksud bersyukur, bukan mensyukuri musibah tersebut
tapi dengan mensyukuri kenikmatan yang telah kita dapatkan, yang kita lupakan.
PASTI kita telah mendapatkan kenikmatan yang berlimpah ruwah yang kitapun kidak
akan sanggup menghitungnya, walau kita tulis dengan tinta seluas air samudra. Tapi
kita sering kali melupakan semua kanikmatan tersebut, kita lebih menfocuskan
pada musibah yang menimpa kita.
Sesuatu jika difocuskan maka hal lainya akan terlupakan atau
terlewatkan, begitu juga dengan kenikmatan yang telah kita terima tidak akan
terlihat jika kita lebih memfocuskan pada musibah yang menimpa kita. Maka jika
ditimpa musibah tinggal mengganti focus kita, ganti secara sadar dari musibah
ke kenikmatan yang telah kita terima, PASTI lebih banyak kenikmatan dari pada
musibah yang menimpa kita, pasti itu.
Misal, jika kita kehilangan orang yang kita cintai (bapak
atau ibu), maka akan sangat sedih hati ini, jika kita tetap memfocuskan pada
musibah tersebut, kita akan tetap terpenjara pada kesedihan yang tidak ada
habisnya. Maka tinggal rumah focus kita pada kenimatan yang kita terima,
hitunglah kenikmatan dan bandingkan dengan musibah yang kita alami. Maka PASTI
anak lebih banyak kenikmatan yang kita terima dari pada musibah, maka akan
timbul rasa malu kepada Allah, apakah pantas kita menyalahkan takdir atau Allah
karena telah memberikan kenikmatan yang jauh lebih besar dan banyak daripada musibah
kita terima..??? pikirnya itu, terus focuskan pada kenikmatan-kenikmatan yang
telah kita peroleh, maka IngsyaAllah rasa sedih itu akan sirna.
By : M khusni Mubarok
Subhanallah, sangat bermanfaat bisa membuat saya tersadar dari hal yang dilupakan. Makasih banyak ya mas?
BalasHapus