Izzati Ruba’ie
Suatu
hari, seorang sahabat bertanya kepada Rasulallah, Ya Rasulallah ,siapakah yang
harus ku hormati ?Rasulallah menjawab : Ibumu, kemudian siapa lagi Ya
Rasulallah ,Ibumu, kemudian siapa Ya Rasulallah ,Ibumu ,barulah yang keempat Rasulallah menjawab : Bapakmu.
Subahnallah,,betapa besar perhatian Rasulallah kepada kaum perempuan khususnya Ibu.Bagaimana tidak? Ibu adalah
perempuan terbaik yang dikirim Allah untuk kita yang tak pernah lelah berjuang
untuk kebahagiaan anak- anak nya, tanpa
peduli bagaimana keadaannya sendiri. Perempuan yang punya cinta dan kasih
sayang yang murni yang takkan pernah mampu kita menyamai cintanya. Perempuan
yang selalu memberi tanpa pernah berharap kita membalasnya. Perempuan yang
selalu tersenyum walau di dalam hati kadang sedang menangis. Perempuan yang
paling khawatir ketika kita sakit, dan selalu mencurahkan kasih sayangnya dalam
setiap keadaan. Perempuan yang paling bahagia ketika melihat kita bahagia dan
sukses menggapai impian. Dan perempuan yang selalu mengalir setiap untain
doanya untuk kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.Doanya yang mampu menembus
langit dan bumi ,begitu cepat di kabulkan oleh Allah Swt. Duhai Ibunda,,untaian doamu selalu kupinta.
Terbayang
sosok perempuan cantik yang sederhana nan jauh disana. Wajahnya selalu
tersenyum ceria ketika bertemu anak dan cucu-cucunya. Selalu memasakkan makanan
kesukaan anaknya ketika kami pulang. Selalu bertanya kapan pulang ketika kami
sedang jauh darinya. Wajahnya yang begitu menyejukkan membuat setiap hati
selalu rindu dengan segala tentangnya.Dialah Ibundaku, kami memanggilnya dengan
panggilan “ Inaq” yang merupakan bahasa Sasak yang berarti Ibu. Namanya selalu indah dihati, selalu terbayang dalam
fikiran dan selalu hadir dalam setiap doa.
Seorang
gadis cantik, yang tumbuh dalam keluarga yang sangat berkecukupan dan begitu
kental nuansa agama. Ayahnya seorang saudagar sapi yang termasyhur dikotanya ,
yang memiliki sahabat dari berbagai macam daerah dan memiliki semangat menuntut
ilmu yang begitu tinggi. Waktunya selalu diluangkan untuk mengikuti pengajian
rutin di Pesantren dekat rumahnya. Pimpinan Pesantren itu adalah sahabat
ayahnya sejak kecil, dan terus menjalin hubungan baik sampai mereka tua. Ibunya
seorang perempuan sederhana yang begitu lembut dan penurut setiap keputusan
suaminya. Maka tumbuhlah gadis cantik ini dalam keluarga yang harmonis, orang
tua yang begitu perhatian, ekonomi yang melimpah dan nuansa agama yang melekat
dalam jiwa anak-anaknya.
Hari-harinya
selalu dihabiskan dengan sekolah,
mengaji di dekat pesantren, dan selalu membantu ibunya di dapur dan mengajak
adik-adiknya bermain. Dia memiliki adik sebanyak 9 orang dan dia adalah anak
yang tertua. Maka dengan keadaan itu, dia selalu berusaha menjadi kakak yang
baik untuk semua adiknya.Setiap hari , ia pergi sekolah dengan berjalan kaki
dengan jarak yang cukup jauh,karena waktu itu orang sekolah sangat jarang
sekali .Di sekolah pun dia termasuk anak yang pintar dan sering juara
kelas. Maka, wajarlah dia menjadi
perempuan yang begitu di idamankan, cantik, pintar, rajin mengaji, anak orang
kaya lagi. Maka sungguh besar godaannya ketika dia beranjak remaja.
Maka
tibalah waktunya dia telah siap untuk membina sebuah rumah tangga.
Pendidikannya telah selesai dan orang tuanya sudah memberikan nasihat bahwa
sudah saatnya dia menikah. Sebenarnya banyak pemuda yang telah menyatakan
cintanya namun dia hanya menjawab bahwa dia telah punya lelaki yang dipilihkan
oleh Ayahnya sendiri, padahal waktu itu Ayahnya belum memiliki calon untuk
dirinya.Suatu hari dia menyampaikan isi hatinya kepada ayahnya, bahwa dia mau
menikah dengan lelaki pilihan ayahnya. Siapapun
lelaki itu, dia akan menerima yang penting itu adalah pilihan ayahnya
sendiri.Mungkin banyak yang bertanya mengapa harus pilihan ayah. Padahal yang
akan menikah adalah anaknya sendiri. Maka dengan tenang dia menjawab, ayahku
adalah lelaki shalih yang sangat ku kagumi, maka ku ingin pula mendapatkan
suami seperti ayah, tak mungkin rasanya
jika ayah memilihkan lelaki yang tidak baik untuk anaknya. Dia selalu ingat
pesan ayahnya, bahwa ketika memilih lelaki adalah yang paling penting adalah
agamanya,karena hanya lelaki shalih yang mampu membimbing istri menggapai
keluarga yang bahagia sampai di syurga nanti.
Mulailah
ayahnya mencari pemuda untuk calon suami anaknya . Dalam benak ayahnya adalah
hanya ingin melihat anaknya bersanding dengan pemuda yang shalih, dengan begitu
ia akan bahagia melepas anaknya di tangan lelaki yang bertanggung jawab.
Waktu
pun berlalu, masa penantian jodoh digunakan dengan sebaik-baiknya oleh gadis
ini. Mengisi waktunya dengan terus berusaha memperbaiki diri dan banyak
beribadah. Suatu hari pulanglah ayahnya yang baru pulang dari pesantren yang
mengikuti pengajian rutin hari Jum’at. Ayahnya berkata bahwa telah menemukan
seorang lelaki yang menurut ayahnya sangat tepat bersanding dengannya, namun
ayahnya bertanya : Nak, apakah kamu akan siap atas semua keadaan laki-laki ini dengan kelebihan
dan kekurangannya? Gadis ini menjawab bahwa dia akan berusaha menerima apapun
itu dengan ikhlas yang penting orang tuanya ridho dan bahagia.
Tibalah
waktu yang ditentukan ayah gadis ini dan Kiai pesantren untuk mempertemukan dua
insan yang ingin membina sebuah mahligai
rumah tangga di jalanNya. Walaupun mereka belum saling kenal satu sama lain
tapi dalam hati mereka sungguh sangat mendebarkan. Berkatalah Kiai kepada gadis
ini bahwa lelaki yang akan meminangmu ini adalah seorang yang sangat miskin ,
hidpnya sederhana, tidak punya biaya untuk sekolah, dia bisa di pesantren hanya
karena mengembala kambing milik Kiai dan selalu mendampingi Kiai kemanapun
beliau pergi. Maka dengan modal itulah dia bisa ikut mengaji di pesantren, dan
dia bukanlah pemuda tampan, dia hanya sosok pemuda yang kurus dan hitam, namun
memiliki hati dan akhlak yang luar biasa.
Gadis
ini terus berdzikir kepada Allah. Memohon petunjuk dari setiap harapan dan doa.
Maka apapun keputusan Allah itulah yang terbaik dalam hidup kita. Bertemulah
dua insan ini di depan ayah dan Kiai. Gadis ini hanya tertunduk dengan tenang .
Pandangannya hanya terus menuju ke bawah. Lisannya tak pernah berhenti mengucap
ayat ayat Nya. Lelaki ini begitu terkejut dengan gadis yang ada di hadapannya.
Begitu cantik dan menawan bak Bidadari
yang paling cantik sedunia, maka dia langsung menundukkan pandangannya.
Ternyata gadis ini adalah impian lelaki para santri yang sering dia dengar
ketika sela-sela selesai kegiatan di Pesantren. Banyak yang ingin berkenalan
dengannya dan banyak yang memendam cinta padanya namun karena dia anak yang sangat
pemalu dan menjaga diri , ditambah anak orang kaya, sehingga sangat sedikit
lelaki yang bener-benar mau mendekatinya. Semua telah mundur sebelum mereka
berperang. Maka lelaki sederhana inilah yang beruntung mendapatkannya, yang tak
pernah terbayang dalam hidupnya akan bersanding dengan perempuan yang begitu
indah, yang tidak hanya cantik lahirnya saja tapi jauh dari itu begitu cantik
pula hatinya. Dengan berat hati, lelaki ini meminta maaf kepada Kiai bahwa dia
tidak mungkin mampu meminang putrid teman beliau, karena sungguh dia tidak punya
apa- apa. Lelaki ini menjelaskan keadaan dia selama ini. Ternyata ayah gadis
ini telah mengetahui semua tentang lelaki ini, dan menjawab dengan penuh kasih
sayang bahwa semua akan baik- baik saja, jangan pernah khawatir, mengapa kau
ragu padahal Allah selalu bersamamu, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah
telah berkehandak. Lelaki ini begitu bahagia dan tak menyangka bahwa ini adalah
kejadian nyata, dia hanya mengira bahwa ini hanya mimpi, dia mencoba mencubit
tangannya dan ternyata sakit,dia tidak mimpi. Mengucap basmallah dan
memantapkan hati maka Lelaki ini berkata dia akan siap meminang gadis ini.
Bersatulah
dua insan yang sedang dilanda cinta yang dilandasi karenaNya. Walaupun mereka
tak pernah mengenal satu sama lain sebelumnya. Mereka menikah dengan penuh bahagia
dan semua orang pun ikut berbahagia. Gadis ini telah siap mendampingi suaminya
dalam keadaan apapun. Dia siap hidup susah yang penting selalu bersama. Padahal bersama orang tuanya
itu dia selalu hidup berkecukupan. Bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu tidaklah
kita bisa menilai dari materi saja namun bagaimana hati kita yang sesungguhnya.
Selama kita ikhlas menjalaninya ,maka semua akan terasa bahagia. Begitulah mungkin
cara Allah mendidik kita, cara Allah memelihara kita agar mampu menjadi hamba
yang shalih- shalihah. Hidup tak akan selalu bahagia, pasti ada kalanya juga
akan menderita. Mereka pun bahagia sampai tua, saat ini memiliki 8 anak dan 8
cucu. Tak pernah terbayang akan scenario Allah begitu indah.
Begitulah
yang diceritakan seorang ayah kepada anak nya, lelaki sederhana yang selalu
kurindukan, yang semangat juang menuntut ilmunya tak pernah luntur sampai setua
sekarang ini, kesederhanaannya tak pernah berubah walau Allah telah merubah
nasib nya menjadi orang yang jauh lebih dari kata cukup. Beliau selalu berkata
: ayah ini tak punya apa- apa, tak ada yang mampu ayah berikan apa- apa kecuali
sedikit ilmu yang ayah punya, ayah tak pinta apapun dari kalian, hanya ingin
melihat anak- anak ayah menjadi anak yang shalih- shalihah, dimanapun dan
kapanpun, jangan pernah jauh dari Allah.
Teringat
kenangan pulang kemarin bersama Abah , menghabiskan senja di teras rumah sambil
mengkaji Tafsir Al- Mishbah. Tak terasa kau telah tumbuh dewasa Nak..ucap
Beliau. Semoga kelak kau bertemu lelaki shalih yang mampu membawamu menggapai
ridhaNya.Air mata mengalir memendam rindu pada beliau, rindu senyumnya, rindu
ketenangannya, rindu makan bersama, rindu jalan jalan sekeluarga , rindu jamaah dengan keluarga, dan paling
rindu duduk berdua bakda Ashar di teras rumah sambil bercengkrama, bercerita
tentang semuanya, kenangan indah, harapan dan do’a do’a kita.
Abah
,,Ummy,,Athlubul Afwa…Ana Uhibbu ilaykuma…
Ana
musytaqun jiddan ilaykuma……
0 komentar:
Posting Komentar