“Birrul Walidaini”
By: Risalatul Munawwaroh
Suatu
hari ada salah seorang temanku yang bercerita kepadaku. Dia sudah menikah. Kini
dia tinggal bersama suami dan ayahnya saja karena ibunya sudah meninggal dan
kedua kakaknya sudah menikah. Dia tergolong orang yang kurang mampu sehingga
dia harus bekerja menjadi pembantu. Suaminya bekerja sebagai kuli batu
Sedangkan bapaknya hanya bekerja sebagai tukang cangkul.
Sebagai
pembantu dia hanya mendapatkan upah sebesar 500 ribu per bulannya sedangkan
suaminya yang bekerja sebagai tukang buat rumah mendapatkan upah 45 ribu
perharinya.
Sebagai
seorang istri, dia harus mampu memanage uang tersebut agar cukup untuk
satu bulannya. Belum juga kalau ada keperluan yang mendadak seperti sakit dan
lainnya.
Seseorang
yang telah menikah psti akan memikirkan bagaimana cara dia agar bisa memiliki
perabot rumah seperti yang dimiliki orang lain. Begitu pula yang terjadi pada
temanku ini. Saking obsesinya agar dia memiliki barang-barang yang diinginkan
tersebut hingga ia lupa akan memberikan sebagian uangnya pada bapaknya. Dia
sampai tega tidak memasakkan bapaknya tersebut. Dia fikir bahwa bapaknya masih
sehat dan mampu bekerja dan masak sendiri.
Ternyata
apa yang terjadi?
Uang yang
mereka kumpulkan tersebut sedikit demi sedikit hilang tanpa mereka sadari.
Ketika
mereka pulang dari kerja tiba-tiba TV mereka rusak sehingga jika mereka ingin
menonton TV mau tidak mau harus memperbaiki TVnya lagi, dan itu pasti akan
membutuhkan biaya. Selain itu bapak dari istri tersebut juga sering sakit sehingga
mereka harus mengeluarkan uang mereka lagi untuk membawa bapak mereka ke
dokter. Serta banyak lagi kejadian yang membuat uang mereka berkurang.
Lama
kelamaan mereka mengintropeksi diri mereka. Apa yang membuat kehidupan mereka
seperti itu? Setelah mereka memikirkan penyebab dari semua itu, mereka dapat
menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah mereka tidak berbakti terhadap orang tua
mereka.
Setelah
mereka sadar akan hal itu, maka sekarang mereka selalu memasakkan orang tua
mereka sebelum berangkat kerja. Mereka juga selalu memperhatikan semua yang
dibutuhkan orang tua mereka sehingga kehidupan mereka kini berubah. Dari yang
gersang kini Nampak indah nan bahagia. wallohu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar