oleh:
Siti Munadliroh
Terik matahari yang begitu menyengat
dan membakar tubuhku, rasa kantuk dimata sudah tak tertahan lagi. Ingin ku
pejamkan mata ini sejenak saja tapi apalah daya sang mata tak sanggup terpejam,
ada satu rasa yang mengganggu dalam hatinya yaitu rasa rindu mendalam pada
pondok tercintanya"Darun Nun" Seorang ustadz muda bernama Dr. H.
Halimi Zuhdy, M.Pd, MA menyerahkan jiwa dan raganya untuk mewujudkan tempat
yang mubarokah itu, aku sangat bersyukur kepada Alloh yang telah mempertemukanku
dengan beliau beserta keluarganya yang sangat berjasa dalam kehidupanku dengan
kehendak Alloh yang sangat luar biasa dan tak kan pernah terpecahkan oleh
fikiran manusia yang sangat lemah ini.
Kutulis sms ke ukhti pondok minta
tolong bantuan untuk berkenan menjemputku, bukan bermaksud untuk manja tetapi
jarak yang begitu jauh dengan terik matahari yang membakar kulit serta
menyilaukan mata. Ternyata dia baru saja sampai dari mengikuti seminar forum
lingkar pena dikampus UIN Malang tempatku juga menimba ilmu, tentu hal pertama kali
terlintas dalam benak adalah rasa kecewa. tapi apalah daya, Alloh begitu
mencintaiku sehingga memutar memoriku dengan mengingatkanku pada pesan
seseorang yang pernah mengisi relung hati"Hidup itu jangan memberatkan
diri sendiri & orang lain, belajarlah untuk mandiri dan mensyukuri semua
nikmat-Nya" Sungguh motivasi yang luar biasa bagiku dan membuatku mandiri karna inilah arti
sebuah kehidupan.
Sering ku merasakan siang hari keluar rumah pasti akan ada rasa malas, capek
dan hawanya ingin istirahat untuk menghilangkan rasa penat dalam harinya. Tapi
jika kita masih mampu janganlah permintaan bantuan seseorang itu ditolak karena
dalam setiap peristiwa pasti akan ada pengalaman yang indah muncul dalam
kehidupan kita" Pengalaman itu merupakan guru sejati kita".
Kulangkahkan kakiku menerobos
nakalnya sinar matahari yang mempermainkan jiwa dan ragaku tanpa ada rasa
kasian sedikitpun, dipinggir2 jalan sang pepohonan mengorbankan akar dedaunnya
untuk meneduhkan jiwa dan ragaku sehingga rasa lelah dan panas sedikit
terobati. Ditengah jalan haus dahaga teramat pedih di tenggorokan yang
berakibat tenaga jiwa terkuras habis. Disela itu aku teringat perkataan guru MI
dulu :" air adalah salah satu kunci kehidupan. kemudian beliau memberikan
pertanyaan: ketika petani diladang dan seseorang mengirimkan roti, apa yang
akan dilakukan? Anak2(teman2ku) serentak menjawab: memakan rotinya bu guru. bu
guru berkata: bukan anak2! karna saat itu pastilah dahaga menjadi pokok pertama
masalahnya dan petani itu akan pergi mencari air sungai untuk diminumnya."
Sungguh luar biasa ciptaan Alloh. aku tak bisa membayangkan dengan kejadian pada masa Sahabat Rosululloh yang
rela meninggalkan keluarga dan hartanya demi berjihad fi sabilillah dan
ditengah2 padang pasir yang luas serta panas mereka kehabisan air. dan meminum air
penyimpanan yang ada di untanya, karna unta itu hewan yang sangat luar biasa
dan sanggup menyimpan air berliter2 dalam perutnya.
Aku bertahan dan memamerkan diri
kalau dipondok banyak air dingin dan menyembuhkan tengorokan dari kehausan. sesampainya dipondok rasa
syukur itu begitu terasa luar biasa dan langkah pertama mata yang tertuju adalah
galon isi air. tanpa menunggu aba2 kutuang air dalam gelas tak lupa membaca
basmalah dan kusiramkan air ketaman bunga layu di tenggorokanku.
Alhamdulillah... sungguh indah
nikmat Alloh. saudarku banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik dalam
cerita ini, antara lain yaitu :
1. kita
harus slalu bersabar dalam menghadapi semua cobaan dari Alloh, pasti akan ada
nikmat tersendiri pada waktunya.
2. Bersyukur
dengan semua nikmat yang telah diberikan dan jangalah slalu mengeluh.
3. Jalani
semuanya dengan keikhlasan dan ukirkan senyuman dibibir manis kita.
makasih artikelnya bu siti munadliroh
BalasHapus