Malam telah lelah bertugas. Kini pagi bergegas menemani insan dunia. Perlahan
lahan mentari menampakkan wajahnya, burung burung bernyayi sambil bertebangan
kesana kemari. Rumput rumput menari-nari mengikuti irama angin pagi. Bukan
hanya malam yang hendak beristirahat, jangkrik
dan kunang kunang yang selalu menemani
malam berjaga telah tergantikan oleh ayam yang sibuk mengisi perutnya yang
kosong. Kerbau dan sapi berjalan anggun
menuju panggung lempung. Pagi ini tampak
syahdu, awan dan matahari bemesraan, menyatu hingga menghasilkan atmosfer yang
hangat memeluk ragaku.
Seluruh penjuru pondok pesantren mulai bising dengan beberapa aktivitas. Pagi
indah mengiringi semangat yang membara tuk mengawali hari. Seluruh santri dan
santriwati mulai mempersiapkan diri untuk bergegas tholabul ilmi.
Inilah hari hariku, hidup diantara orang orang
yang jihad fii sabilillah membuat hidupku
seakan selalu berwarna dan tak
pernah merasa sepi. Suka dan duka , canda tawa tertuang menjadi satu. Hari ini
segala aktivitas sudah terprogram dalam otakku. Mulai dari bangun pagi hingga
ku hendak terlelap nanti. Setelah mandi dan mempersiapkan diri bergegas ku
langkahkan kaki menuju majelis tempatku menimba ilmu.
Namun dipertengahan jalan, langkahku harus terhenti karena kudengar abah memanggilku. Dengan segera ku langkahkan
kaki menghampiri pahlawan dalam hidupku.
“Nduk...Ainiatut tasnim, kesini
sebentar” panggil abah kepadaku sambil membawa secangkir kopi dan tak lupa
korannya.
“ Nggeh bah, sendika dhawuh”
jawabku dengan halus dan wajah tertunduk.
“ Ainiatut tasnim, putri abah
duduk sebentar, abah hendak berbicara kepadamu” lanjut abah
“ Begini nduk, kemarin ada
seseorang yang hendak mengkhitbahmu, dia putra dari Kiai Abdulloh Rozak Pesantren
Salaf Babussalam di Porong sana, Namanya
Muhammad Zein Al-Kafabi. Nah abah ini sudah sepuh nduk, abah pengen melihat puti abah yang ayu ini mendirikan bahtera rumah tangga
sendiri, bagaimana nduk menurutmu ? tambah abah
Sontak, seluruh jiwa dan ragaku menjadi
kacau balau, tubuhku lemas tak berdaya mendengar keinginan abah. Dengan
terbata-bata ku jawab keinginan abah tersebut.
“Ng-ng-ggee Bb-bah, beri
kesempatan tasnim untuk beristikhoroh dulu sebelum menjawab” Jawab ku
Setelah mendengar kabar yang
mengejutkan, ku lanjutkan aktivitasku. Ku melangkahkan kaki menuju kelas dengan kaki tak berdaya. Di dalam kelas, seluruh
jiwa ku seakan tak dapat lagi berfungsi, otak seakan buyar tak dapat lagi
berfikir, nadi seakan berhenti berdenyut, fikiranku melayang entah kemana.
Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB
bunyi bel terdengar hingga pangkal
telingaku. Tak dapat lagi ku melanjutkan aktivitas. Sejenak merebahkan tubuh membuatku teringat kenangan indahku
Bukan tak ingin menolak keinginan
Abah, namun saat ini ku sedang terpaut
hati dengan pemuda rupawan pemilik setitik ketampanan Nabi Yusuf. Entah dari
pertambangan mana ia berasal. Melihatnya seakan ku tak ingin segera memalingkan wajah. Wajahnya
bagaikan sinar yang menyinari relung jiwa. Emosi dan rasionalitas seakan sirna ketika
memandangnya. Tutur kata yang sopan mengiringi akhlaknya yang mulia. Dia
bagaikan mawar yang yang tumbuh di hati dan menebarkan semerbak pesona cinta.
Kisahku berawal ketika
mendengarkan kisah dari ustadzah khamsah
tentang pemuda tampan dari keluarga Nabi Ya’qub yang diangkat oleh Allah menjadi seorang
nabi. Beliau adalah nabi Yusuf, yang
sejak kecil selalu membuat saudaranya iri akan ketampanan dan akhlaknya yang
mulia. Berbagai cobaan telah beliau alami selama hidupnya. Hingga bertemu
dengan Zulaikha, istri Al-Aziz, yang juga menjadi korban ketampanan Nabi Yusuf.
Cobaan dan rintangan cinta mereka lalui bersama hingga kisah ini berakhir indah.
Beberapa buku tentang kisah Yusuf
dan Zulaikha telah khatam ku baca hingga surat Yusuf dalam al-quran menjadi
ritual wajibku. Namun terdapat satu buku yang sedang ku baca saat ini. Buku ini
berjudul “ Cinta Kontroversi Yusuf dan Zulaikha karangan Molla Nuruddin
Jami’ Namun ketika sedang asyik membaca, Nadia sahabatku
berlari sambil memanggilku dengan suara lantang hingga membuat kosentrasiku
buyar.
“Neeeeeeeeeeeeeeengggg......Neeenggg
Tasniimmmm. Huuuhhh-huhhhh-huhhhhhhh” sapa Nadia disertai suara tersenggal
senggal
“ ada apa siih Naddd,, kok sampai
lari larii” jawabkuu
“Neeeenggggg ada ustad badal
pengganti ustad ahmad, cakeeeeeeeeeeep sekali pasti ning tasnim terpikat
olehnya“ laaa truuuusss? Kamu ituu kalo udahhhh liat cowok cakepp selaluuu
ajahh lebayyy”jawabku
“yang ini beda niiinggg, dia
cakepppnyaa minta ampppuuuunnn deee”
lanjut Nadia
“ ya suddaahh mana tooohhh ustad
yang kamu lihat, awas yaa kalo ndak cakep, tak jewer pipimuu”
Karena penasaran, terpaksa ku turuti keinginan Nadia. Segera ku
langkahkan kaki menuju kelas 3 diniyah tempat ustad badal mengajar. Karena
takut ketahuan, Nadia menyuruhku mengintip lewat jendela kelas.
“ Dasaaaar tukang bohong!!!!!! Mana ustadnya???” kesalku
sambil mengintip jendela kelas.
Tiba-tiba terdengar suara asing
yang mampir di gendang telingaku.
“ ehhmm..ehm..madza ta’malin
ukhty?” sapanya disertai
Spontan ku memalingkan wajah
menuju asal suara. Hati ini seakan berhenti berdetak ketika memandang wajahnya
yang rupawan. kaki membeku dan sulit tuk digerakkan. Akhlaknya bagaikan pohon yang rindang membuat sejuk
orang disekitarnya. Postur tubuh yang ideal seakan melengkapi kesempurnaannya.
suaranya halus sehalus sutera, matanya elok dan indah dipandang. Harum Parfumnya semerbak, menyebar, dan menyatu di udara. Senyumannya mirip dengan
bulan sabit yang bersinar di keheningan malam. Kulitnya yang halus membuat duri
enggan menyentuhnya.
“ Astaghfirullaaaaaaaaaahhhh....afwan
ustad”. Jawab ku ketika tersadar dari lamunanku
Lalu ku raih tangan Nadia dan berlari
secepat mungkin menghindari nafsu yang berkobar dalam fikiranku. Seketika itu kisah indahku dimulai. Awal dari
sebuah cintaku. Hari demi hari sosok tampan itu mengukir indah sejarah
di pondok. Tampil dengan wajah santun dan rupawan membuat jantungku
seakan berdegup cepat ketika bertemu dengannya. Rindu selalu menghampiri
disetiap malamku. Wajahnya selalu menghiasi bunga tidurku. Sehingga ku tak
ingin matahari segera terbangun tuk membuka mataku. Bahagia, menangis, cemburu
ku dibuatnya. Entah setan apa yang selalu merasukiku dan menggoda hidupku. Sungguh
indah ciptaan Allah.
Kedatangannya tidak hanya memberi
kebahagiaan dalam hidupku. Gundah gulana
juga selalui merasuk dalam kalbuku. bagaimana tidak tiap bertemu dengannya, bom
atom seakan terlempar, mendarat tepat di hati dan menghancurkan perasaanku.
Ketika itu Aku, Nadia dan teman teman yan lain hendak berangkat diniyah namun
ketika di persimpangan jalan.
“Ukhty...ukhty... ada ustam ahmad....”
kata nadia dengan hebohhh kepada teman teman
“ustam?!?!!?!? Apaaan tuhhh?” batinku dalam hati sambil membaca buku
“
mana...mana...mana?!?!!?!?!?!?!!?” lanjut kehebohan teman teman yang lain
“ tuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhh” lanjut
nadia sambil menunjuk ke arah ustad
Karena penasaran yang membelenggu
tak dapat lagi ku bendung, akhirnya ku bertanya kepada Nadia dan teman-teman..
“Ustam apaan ssih ?” tanya ku
180 o tatapan sinis
tertuju kepadaku. Kebingungan semakin melandaku ketika mereka terdiam. Tiba
tiba keheningan menjadi pecah ketika nadia tertawa akibat melihat wajah
polosku.
“ hahahahah...neng..neng..makanya
jangan buku aja yang di lihat” ejek nadia
“ ustam ituuuuuuuuuuuuuuu
ustaaaaadddd tammmmm-ppp--an” jawab nurul temanku yang berada di samping Nadia
Belum sempat meneruskan pembicaraan tiba tiba ustad sudah berada tepat
dihadapanku. Serentak teman teman mengucapkan salam seperti hendak paduan suara.
Seraya membalikkan salam, senyuman
selalu beliau tampakkan. Kehebohan pun berlanjut ketika masing masing merasa di
beri senyuman oleh ustad. USTAM????!!!! Bahagia dan cemburu melanda perjalanan ku tadi
. hari ku selalu seperti ini. Ku sendiri, menanggung rasa cinta yang menderu di
kalbuku. Predikat anak kiai selalu menahanku untuk mengungkapkan rasa cinta ku. Sakit sekali hati ini ketika
memendam rasa rindu yang tak kuasa ku
bendung. Terjebak dalam rasa yang sulit untuk ku tunjukkan membuatku tersiksa.
“cinta
ini bagaikan angin yang dapat kurasakan
namun tak dapat ku peluk erat”
***
Tak terasa air mata menetes,
ketika mengingat keinginan Abah tadi pagi. air mata menggelinang membasahi
tempat peraduanku. Seakan semuanya menjadi gelap tak ada sinar yang menyinari
keadaanku saat ini. Diriku bak putri raja yang terkurung dikerajaan cinta. Air
mata semakin tak tertahan ketika surat cinta yang tak sampai mengingatkan kisah
pertamaku.
Assalamu’alaikum cinta...
Salam rindu teruntuk pemilik paras
indah....
Salam sayang untukmu wahai senyum
yang rupawan
Q bertemu dengan tatapan indah
pagi ini..
Yang menusukku hingga kehati..
Yang menghipnotis ragaku hingga tak dapat lagi melihat warna warni
kehidupan
Yang ku lihat hanyalah bayang bayang semu...
Keindahan Fatamorgana dunia...
Yang sering membuatku hanyut dalam belaian lembut sapanya..
Namun...
Dipagi ini...tatapan indah senyuman manis jiwamu
Membuatku melayang tanpa arah..
Rinduku..salam cinta dan sayangku ..
Kan q titipkan pada mentari lewat cahayanya..
Yang membuat pesan cintaku untukmu
Dalam ruang hampa tanpa cahaya..
Sosokmu menyinari sepiku..
Alunan kata lembutmu ...
Membuat hati dan jiwaku tak dapat memjamkan mata
Membara, menjerit..
Menghadapkan cahaya terang yang masuk lewat cela cela sempit
Membuatku sulit untuk menggapai secercah sinar yang membuat pahit
menjadi manis...
By
: Ainiyatut Tasnim
***
Ketika sedang jatuh cinta, tak peduli berbagai musim telah berlalu.
Hidup seakan menjadi tawanan cinta. Tiada hari tanpa memikirkannya. Semenjak bertemu dengannya wajahnya selalu
terbayang bayang dalam benakku. Menari nari dan menghiasi indah bunga tidurku.
“Ainiyatut Tasniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiimm.....!!!!”
kesal ummi
Lamunan ku terbuyar ketika ku melihat sosok cantik nan lembut
menghampiriku. Inilah ibuku, ibu yang selalu merawat dan menjagaku sejak aku
kecil. Wanita paruh baya inilah yang mati matian melahirkanku sehingga dapat
tumbuh dewasa. Dengan sabar dan ikhlas beliau merawatku. Tanpa mengenal lelah
beliau menjagaku.
“ummi.....” jawabku
“ owalah ndukk..sudah dari tadi ummi ini memanggilmu, kog ya ndak
dateng dateng” kesal ummi
Kamarku memang berada di lantai dua, karena suara ummi terlalu lembut
sehingga membuat angin tidak dapat mengantarkan suara ummi menuju gendang telingaku
“ngapunten ummi, tadi tasnim tidak dengar “ jawabku
“ ya suddahhhh...ini diminum
dulu susunya” lanjut ummi
Ummi memang ibu yang nomor satu di dunia. Beliau tak pernah lelah
memberi perhatian kepada anaknya. Setelah
minum susu, ku rebahkan tubuhku, aku letakkan kepalaku dipangkuannya. Ummi memandangku sambil
mengelus elus rambutku. Wajahnya halus,
pandangannya tajam dan penuh kasih sayang. Nampak matanya bersinar karena air
menggelinang di pelupuk matanya. Entah apa yang membuatnya berkaca-kaca. Sesekali
ummi mencium keningku dengan kecupan penuh cinta.
“ kamu sudah besar nduk. Tidak terasa waktu berjalan cepat sekali, kayak
baru kemarin ummi mengandung dan melahirkanmu dan abah memberimu nama Ainiyatut
tasnim. Eeehh sekarang sudah besar putri ummi,, cantik lagi ” ummi memujiku
“ siapa dulu ummiiiiiiiiiiiiiiiiiiinya. Anaknya cantik karena
ibunya juga cantik ummi” balasku
Suasana menjadi cair ketika kita saling melempar pujian. tiba tiba
ku mengajukan pertanyaan yang membuatku sedikit gugup
“ Ummiii,,ustad yang baru cakep yyahh, siapa ssiih itu ummi?” Tanya ku dengan terbata-bata
“Yang mana ssiiihh sayang??? Kok ummi tidak tahu???” Jawab ummi
“Iiiiihhh ummii masak ummi ndak tahu, padahal seluruh asrama putri
gempar sejak kedatangannya”kesalku
“Masak siiihh?????kog ummi ndak tahuuu yya ???? lanjut ummi
“itu tuh ummi yang
menggantikan ustad Ahmad mengajar, masa ndak tahu” jawabku
“ ohhhh ituuuuu......”
“Ummmmmiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii’’’’’’’, ada
tamu” panggil abah dengan jelas
Tak sempat menjawab tiba tiba terdengar suara lantang memanggil
ummi. Dengan segera ummi membalas sahutan abah
“ Nggeeehhh bahhhhhhh, tunggu sebentar” sahut ummi
“ Sebentar yya tasnim, ummii mau ke abahmu dulu nanti abahmu marah
kalo ndak segera ditemui “
“fiuuuuuuhhhhhhhhh...”
gerutuku dalam hati.
Rasa penasaran semakin menjelma, hati ini seakan menjadi pilu dibuatnya.
Keheningan semakin menjalar beriringan rasa penasaranku. Tak kuasa ku merasakan
kepiluan ini, ingin segera ku bertanya
kepada ummi siapa namanya. Namun, ketika berada di ruang bawah, ummi dan abi
tak henti hentinya tersenyum setelah menerima tamu tadi.
“ ummi ada apa ssih kog kayaknya senang sekali? Bisikku pada ummi
“ besokkk abbahmu yang beri tahu ndukk, pasti kamu senang mendengar
kabar ini “ jawab ummi dengan suara lantang
“iyya tasniiim, besok aja abbah beritahu, sekarang sudah malam nduk,
segera kamu tidur, agar besok tidak terlambat belajar.
“ Ngge bbah” jawab ku sambil menundukkan kepala
***
Kepada
siapa ku kan berbicara...
Menahan
rasa yang membuatku tersiksa...
Bahagia
namun menderita..
Itulah
yang kurasa....
Inikah kabar yang kemarin abbah janjikan??? Mawarku telah layu dan tak lagi mekar seperti
biasanya. Resah dan gelisah menyelimuti hari hariku. Manakah Yusuf yang
akan menemani hari hariku kelak. Berjam jam ku meratapi kesedihan yang tak
kunjung berhenti Kamar indahku kini
berganti menjadi lautan tissue yang
tercecer dimana-mana. Menolak atau menerima, jujur atau berbesar hati??? Itulah
pertanyaan yang terngiang ngiang dalam otakku untuk menjawab permintaan
abbah tadi pagi.
Hari berganti hari, Awan hitam tak kunjung merekah, kesedihan
kembali datang ketika wajah rupawan itu
tak dapat lagi ku lihat, Ustad ahmad yang dulu mengambil cuti kini telah kembali mengajar, kini
mahkota cinta tak lagi menunjukkan tampangnya kembali. Datang dengan membawa
ceria namun pulang membawa duka. Hidupku
bagaikan ombak yang terombang ambing.
Duhai cintaku permata hatiku..
Cintamu bagaikan duri yang menyusup di hatiku...
Bagaikan memori yang tak
akan hilang hingga ku menutup mata
Cintamu telah tertanam dalam lubuk hati ini.....
Hari demi hari cinta ini tumbuh...
Semula hanya berupa tunas kini cinta itu kokoh dalam relung
hatikku...
Melihatmu bagaikan pupuk yang mengokohkan cinta dihatiku....
Melihatmu bagaikan pupuk yang mengokohkan cinta dihatiku....
Hingga mata ini tak ingin berkedip walau hanya sekedipan mata...
Senyummu adalah matahari untuk fotosintesis cintakuu
Membayangkanmu seakan ku sirami cintaku agar tak layu
Indah parasmu sudah menghipnotis seluruh jiwaq....
Hingga tak dapat henti hentinya membayangkamu...
Namamu selalu terucap dibibir ini....
Cinta....
Hingga tak dapat henti hentinya membayangkamu...
Namamu selalu terucap dibibir ini....
Cinta....
Akankah cinta ini berbuah manis....
Ataukah cinta ini hanya bayangan semu semata.....
Tuhan...
Tuhan...
Jika kelak q tak dapat melangkahkan kaki bersamanya..
Dan genggaman
tanganya tak dapat di persembahkan untukku
Namun,, izinkan cintaku tetap abadi bagaikan cinta suci Yusuf dan Zulaikha
Namun,, izinkan cintaku tetap abadi bagaikan cinta suci Yusuf dan Zulaikha
Lama ku larut
dalam buaian cinta, terpesona oleh wajah rupawan hingga melupakan dzat yang menjadikan.
Ku tutup kisah yang mambuatku tersiksa, ku terima pinangan yang terdampar di
kepulauan cinta. Namun alangkah tak disangka waktu seakan berlangsung cepat, teka
teki misteri kini telah terjawab. Muhammad Zein
Al-Kafabi adalah ustad cinta yang membimbingkku menggapai sunnah seperti kisah
Yusuf dan Zulaikha
0 komentar:
Posting Komentar