Entah kenapa saya sangat tergila-gila dengan semua goresan pena Ustadz
Halimi Zuhdy, saya sangat mengagumi beliau yang bertindak sebagai penyair zaman
sekarang, bahkan tak ada satupun penilaian buruk saya terhadap tulisannya. Selain
itu mengenal pribadi baik hati, ramah, sopan dan sangat mencintai keluarganya
merupakan keburuntungan saya karena telah mengenalnya, teringat ucapan beliau
ketika aku dan ketiga temanku dari Pondok yang kebetulan setiap minggu kami
datang ke rumah beliau untuk mengaji Tafsir Al-Quran dengan Cinta dan bahasa
yang Indah. Salah satu diantaranya adalah kenapa setelah surat Ali-Imran adalah
surat An-nisa, hari itu saya merasa bahwa saya sangat beruntung telah terlahir
menjadi seorang nisa’, setelah mendengar beliau berkata, Al-quran menjunjung
tinggi derajad wanita dengan memasukkan nama kaumnya dalam surat di Al-quran,
yaitu An-nisa. Dan tidak ada surat Rijal, dan kenapa Surat An-nisa diletakkan
setelah Surat Ali-Imran, karena Pondasi, tembok dan Atap dari keluarga adalah
Nisa’, bukan Rijal. Nisa adalah pencetak generasi, baik buruk, atau bejat
tidaknya generasi itu tergantung pemilik rahim yang mengeluarkannya.
Sayangnya setelah
membaca Puisi yang dibuat oleh beliau ini,
PUTIK YANG TAK PUITIS LAGI
Halimi Zuhdy
Koran di pagi buta,
kubaca angka
perempuan Indonesia
yang ingusan, ribuan
mereka tak lagi berbadan surga
putiknya, diresap
begitu saja
helai demi helai,
bunganya pun rontok
dedaunannya terus
mengering, tinggal batang yang tak berupa
Koran di siang hari
Kubaca kata, perempuan
Indonesia
Membuang bayinya di
kolong-kolong jempatan
Tempat sampah, bahkan
sebelum wujud, menelan perangsang
Dulu orang-orang
jahiliah, menggali tanah, menghujamkan
Kini, melempar begitu
saja, sampai lalat panca roba, tersenyum
Koran di sore hari
Kubaca realita,
perempuan Indonesia
Yang masih Ingusan,
tergeletak, mengerang
Di sampingnya,
obat-obat terlarang
dan puisi cinta, membusuk
putik itu, diam. Tak
lagi mampu merangkai puisi surga
Saya menjadi tau kondisi kaum saya tak lagi seindah yang saya bayangkan, pondasi, dinding dan atap itu tak lagi kuat, pencetak generasi itu akan melahirkan generasi yang bejat. Jika aku, kamu, dia dan mereka tak lagi sadar maka tak ada yang lagi bisa diharapkan.
Assalamualaikum wrwb
BalasHapusSalam kenal ust Halimi Zuhdy👍👍👍